Bab XXXI

1 0 0
                                    

"Sialan! Apa kau yakin tentang itu?" Tanya cesar mengacak-acakan rambutnya dengan frustasi. Setelah mendengar penjelasan bryan ia jadi merasa kesal sendiri.

"Tentu saja, aku tidak mungkin membohongi mu,"ujar bryan menyesap cerutu nya. "Aku mendapat informasi itu dari beberapa teman amera saat di universitas dulu. Mereka bilang bahwa nolan memang kekasih amera dan bahkan mereka telah menjalin hubungan tiga tahun lamanya. Aku yakin informasi itu tidak hanya rumor belaka."

"Oh ya ampun, sekarang aku benar-benar merasa gila," gerutu cesar dengan kesal. Sungguh, informasi itu membuat nya hampir kehilangan akal sehat. Bukan nya mengapa, namun setelah mendengar penjelasan bryan ia jadi benar-benar ingin memukul wajah si nolan dan menarik amera untuk menjauh dari keparat itu. Namun setelah di pikir-pikir, cesar jadi mengurungkan niat nya. Bukan nya tidak berani, tapi ia berpikir mungkin amera tak akan suka jika ia melakukan hal seperti itu.

Bryan menelisik wajah merah padam cesar kemudian senyum tipisnya merekah. Ia sudah tahu apa yang kini cesar rasakan, wajar karena bryan juga dulu pernah mengalami perasaan tersebut. Ia kembali menyesap cerutunya dan menghembuskan nya ke atas langit langit.

"Katakan pada ku, apa kau cemburu pada nolan?" Tanya bryan menatap cesar dengan satu alisnya yang terangkat.

Cesar mengerut tanda bahwa ia tak setuju dengan apa yang di katakan oleh kakak nya, bryan. "Kau bilang apa, cemburu?"

Cesar berdecak. "Untuk apa aku cemburu pada si keparat itu. Aku dan dia jika di bandingkan, maka aku masih lebih baik dalam segala hal daripada dirinya."

"Setidaknya dia perna mendapat cinta dari amera, tidak seperti kau," ujar bryan terkekeh rendah seraya membenarkan posisinya. Sedangkan cesar lebih kesal ketika mendengar ucapan dari bryan. Apa kakaknya itu tidak bisa jika sehari saja tidak mengganggu nya.

"Apa kau benar-benar ingin mati sekarang hm?" Tanya cesar menggenggam sebuah buku tebal yang ingin ia lempar ke arah bryan. Namun sayang nya bryan malah terkekeh mendengar ucapan adik nya, benar sekali dugaan nya bahwa adik nya itu memang sedang cemburu tapi masih terus mencoba menyangkal nya.

"Tidak, tidak, tentu saja tidak."

Cesar kembali menaruh buku tersebut ke atas meja nya kemudian menyandarkan tubuhnya di bahu kursi seraya menghela napas berat.

"Apa kau tahu kak, aku merasa bahwa aku seperti nya jadi bersikap aneh akhir-akhir ini."

"Aneh bagaimana?" Tanya bryan. Sengaja pria itu bertanya, padahal ia sudah tahu perasaan cesar sekarang namun sayang adik nya itu masih belum menyadari nya.

Cesar bangkit dari duduk nya kemudian melangkah menghadap kaca jendela dengan kedua tangan yang ia letakan ke dalam saku celana. "Aku merasa bahwa...ya kau tahu. Aku seperti tidak ingin jauh-jauh dari amera, bahkan aku sangat kesal ketika mendengar bahwa ia ternyata punya mantan kekasih. Aku tidak tahu kenapa aku jadi seperti ini."

Bryan sekali lagi hanya menghela napas, mengapa adik nya itu terlambat menyadari perasaan nya sendiri. "Ku rasa kau benar-benar jatuh cinta pada nya, cesar."

Cinta katanya? Sayang nya cesar tak benar-benar yakin tentang yang namanya cinta. Apa cinta bisa membuat seseorang takut, apa cinta memang membuat nya senang walau kita hanya melihat senyum nya saja, apa cinta memang bisa membuat seseorang dapat memberikan apapun untuk orang itu. Cesar tidak yakin itu cinta.Cesar membalikkan tubuhnya hingga menatap ke arah bryan. "Aku tidak tahu apa itu bisa di sebut cinta."

Bryan terkekeh rendah kemudian bangkit dari duduk nya. "Kau mungkin telat menyadari nya cesar, tapi ku beri tahu saja pada mu bahwa cinta itu indah. Kau akan merasakan nya nanti."

"Oh entah lah aku tak begitu yakin," ujar cesar mengangkat kedua bahunya.

Bryan mendekati cesar kemudian menepuk bahu cesar dengan pelan sebelum merangkul pundak adik nya itu.

"Kalau kau tak yakin kenapa kau harus marah hanya karena nolan mendekati amera, toh mereka mantan kekasih. Gakpapa lah mereka memadu kasih kembali."

"Apa kau gila?!" Seru cesar tak terima seraya menepis lengan bryan dengan kasar.

Bibir bryan terangkat hingga membentuk simpul senyuman. "Tu kan kau jadi marah lagi, kalau kau tak yakin dengan perasaan mu. Kenapa kau harus marah cesar, biarkan saja mereka," ujar bryan menambah emosi cesar, bagai minyak solar yang menyirami api.

"Kau gila kak, kau sudah gila. Bagaimana kau bisa bicara seperti itu padahal kau kan tahu bahwa amera adalah istri ku," ucap nya dengan penuh penekanan.

Bryan terkekeh rendah mendengar pernyataan adik nya. Ini pertama kalinya cesar berkata seperti itu,walaupun sorot matanya masih berapi-api.

"Jadi sekarang kau benar-benar menganggap amera istri mu? Oh fantastic. Kau jadi seperti....ya, suami idaman." Lagi, bryan tertawa setelah mengucapkan kalimat tersebut. Namun di balas tatapan sinis dari cesar.

"Diamlah!"

Cesar melangkah gontai meninggalkan tempat nya semula, sedangkan bryan heran mau kemana cesar pergi.

"Hei, kau mau kemana?" Tanya bryan.

"Menemui istri ku," sahut cesar membuka pintu dan melenggang keluar dari tempat tersebut. Bryan hanya tersenyum melihat tingkah adik nya yang tak biasa itu.

"Kau akan sadar cesar, bahwa kau sudah jatuh cinta pada amera," gumam nya pelan kepada diri sendiri.

_______


"Baiklah lihat ke kamera, jangan lupa tersenyum okey iya seperti itu, agak lebih dekatan ya," instruksi fotografer yang ingin mengambil pemotretan nolan bersama model wanita juga. Bisa di bilang ini pemotretan pasangan. Sedangkan amera memperhatikan proses tersebut memastikan bahwa semua nya berjalan dengan baik.

Ditengah tengah kesibukan amera, tiba-tiba saja seorang staf karyawan nya menghampiri amera dengan tergesa-gesa. Napas nya juga naik turun karena seperti nya ia berlari menghampiri amera.

"Nyonya, ada tuan harland di depan. Katanya mau ketemu sama nyonya," bisik staf tersebut hingga membuat amera keheranan mengapa cesar datang menemui nya sepagi itu. Apakah ada kepentingan hingga pria itu datang menemui nya, amera tidak tahu pasti.

"Suruh dia masuk aja," ujar amera kemudian staf itu menuruti perintah amera untuk menghampiri cesar di luar sana.

Langkah gontai cesar begitu membuat semua orang tertuju padanya, aura karismatik dari pria itu membuat siapapun terpukau pada nya. Amera menghampiri cesar.

"Kenapa kau kemari?" Tanya amera keheranan, memang ada kepentingan apa hingga membuat cesar datang ke tempat kerjanya.

"Tidak ada, aku hanya ingin melihatmu saja. Memang tidak boleh?"

Dari banyak nya jawaban yang amera pikirkan, ia tak akan menduga jika cesar akan mengatakan seperti itu. Bukan kah pria juga banyak pekerjaan.

"Aku sedang kerja, kau bisa kembali lagi nanti," ucap amera melipat kedua lengan nya di dada. Ia bukan nya bermaksud untuk mengusir cesar, namun sekarang ia benar-benar sedang sibuk dengan pemotretan hari ini.

"Aku sudah bilang aku hanya ingin melihat mu saja, jadi aku akan tetap disini. Anggap saja aku tidak ada, jadi jangan khawatir. Aku pastikan aku tidak akan mengganggu mu."

Amera merasa perubahan sikap cesar saat ini. Tentu saja amera merasa aneh, masa cesar datang ke kantornya jauh-jauh hanya untuk melihat nya saja apa itu tidak aneh?

Namun amera hanya bisa menghela napas dan bersikap pasrah saja, ia tak ingin berdebat dengan cesar apalagi sekarang ia masih berada di ruang lingkup kerja nya. Ia tentu tak ingin melihatkan kepada orang hubungan cesar dan amera yang sama sekali tak berjalan dengan baik.

"Terserah apa kata mu, tapi ingatlah jangan mencoba mengacaukan apapun." Amera mencoba memperingati cesar sekali lagi, bukan mengapa tapi jika pria itu benar-benar mengacaukan nya maka ia berjanji akan mengusir cesar dari sana.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang