Seperti janji mereka semalam, amera dan cesar akhirnya pergi menuju kediaman kakek george setelah menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu lama. Namun perjalanan itu tak sia-sia bagi keduanya, pemandangan selama perjalanan sangat lah indah. Hamparan laut biru dengan ombak yang menerjang batu-batu pinggiran membuat amera begitu bersemangat melihat nya. Hingga mobil mereka menepi di pembatas jalan yang menghadap laut biru. Mereka berdua turun dari mobil sambil menikmati sepoian angin laut yang begitu sejuk.
"Kau tahu, aku dulu perna di ajak kemari dengan kakek ku," ucap cesar melirik amera yang sedang menikmati suasana tersebut dengan kedua mata yang ia tutup.
Amera membuka mata sambil menghembuskan napas. "Aku selalu ingin pergi ke tempat seperti ini, aku sangat suka."
"Kalau kau begitu suka, kita bisa berlibur ke tempat seperti ini. Ya.. jika kau mau," ucap cesar menatap hamparan laut biru yang begitu sejuk. Tempat itu jadi mengingat kan dirinya saat ia berlibur bersama kakek nya. Walaupun sudah puluhan tahun namun ia masih tak bisa melupakan kenangan tersebut.
"Sayang sekali aku tidak bisa, kau tahu kan aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku urus."
Bola mata cesar melirik ke arah amera, kemudian tangan nya ia taruh di saku celana. "Aku tahu, kalau begitu lain kali saja. Kita masih punya banyak waktu."
Amera masih menatap lekat ke arah hamparan laut di hadapan nya. Begitu sejuk dan juga memanjakan mata. Ia ingin sekali melihat matahari terbenam di sana, namun mustahil karena waktu masih pagi. Butuh waktu lama untuk menunggu sang mentari terbenam.
Cesar melirik jam tangan nya. "Ayo, kakek pasti sudah menunggu kita," ucap cesar membuka pintu mobil untuk mempersilahkan amera masuk ke dalam. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan kembali menuju kediaman kakek george.
________
"Selamat datang tuan muda cesar," sapa seorang pria paru bayah yang di kenal sebagai kepala pembantu di kediaman tersebut."Dimana kakek?" Tanya cesar melirik sekitar nya guna mencari keberadaan kakek nya itu, namun sayang nya keberadaan beliau tak di temukan oleh cesar. Sedangkan amera kini berdiri disebelah cesar sambil memperhatikan sekeliling nya, bangunan kediaman kakek george bisa di bilang sangat ekonik. Di halaman depan terdapat patung kuda di air mancurnya, kakek george memang penyuka kuda. Beliau bahkan memiliki setidaknya lima ekor kuda yang ia pelihara di kediaman nya, namun hanya satu kuda yang sangat ia sayangi yang kemudian ia beri nama backy.
"Beliau sedang di halaman belakang, mari saya antarkan."
Cesar dan amera kemudian mengikuti pria tersebut hingga kini mereka berada di halaman belakang kediaman. Ternyata tidak hanya halaman depan nya saja yang indah, namun halaman belakang nya pun juga tak kala indahnya. Begitu luas dan ada berbagai jenis bunga yang ditanam disana serta lapangan berkuda yang begitu terawat.
Kakek george terkekeh ketika mendapati kedua orang tersebut. Dengan topi jerami dan tak lupa sarung tangan berwarna merah serta sepatu bot. Kakek george tampil sederhana begitu sederhana. "Amera kau sudah datang, ayo lihat kesini," ujar kakek george melambaikan tangan nya yang jarak nya tak jauh dari tempat amera dan cesar kini berdiri.
Amera pun menghampiri kakek george di sana dengan begitu bersemangat, entah apa yang sedang kakek george lakukan saat ini namun berhasil membuat wanita itu penasaran.
"Kakek sedang apa?" Tanya amera penasaran. Setelah disana barulah amera sadar bahwa ternyata halaman belakang kediaman kakek george ternyata memiliki sebuah kebun kecil. Ada beberapa sayuran dan juga buah yang di tanam disana, bahkan pekerja juga sangat bersemangat menanam nya disana.
"Aku sedang menanam tomat. Akhir-akhir ini aku sedang mencoba hobi baru. Usia ku sudah tua jadi tidak bisa lagi menunggang kuda," terang sang kakek dengan sedih, namun ia juga begitu senang dengan hobi baru nya kini.
"Apa aku boleh mencoba nya juga?" Tanya amera meminta izin kepada kakek george. Dan beliau tersenyum lebar menatap amera.
"Tentu saja boleh, kau bisa membantu ku."
Amera pun memakai sarung tangan serta topi yang di berikan oleh salah satu pelayan di sana. Kemudian keduanya mencoba menanam beberapa biji tomat ke dalam pot. Sedangkan cesar hanya memperhatikan mereka dari kejauhan dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada. Bukan nya tak ingin membantu, namun ia tak ingin mengganggu momen keduanya. Kemudian ia duduk di kursi paviliun yang berada disana. Ia perhatikan terus amera seraya menyesap cerutu di bibirnya, ternyata wanita itu bisa tertawa riang bersama pekerja disana. Tidak perna cesar melihat amera tertawa lepas seperti itu ketika bersama nya, wanita itu selalu menunjukan wajah ketus dan dingin nya kepada cesar.
"Ck, wanita itu bisa tertawa pada orang lain, tapi tidak kepada ku. Apa sebegitu bencinya kah dia pada ku," gumam cesar dengan sedikit kesal kemudian mematikan cerutunya.
Ketika ia memiliki kesempatan untuk mendekati amera, ia pun segera menyusul amera ketika kakek tak lagi sedang bersama wanita itu.
"Ekhm, kau sedang apa?" Tanya cesar dari arah belakang. Semua pekerja yang melihat nya segera membubarkan diri hingga meninggal amera berdua dengan cesar. Mereka tentu tak ingin mengganggu kedua majikan tersebut.
"Memang nya kau tidak bisa melihat aku sedang apa?" Tanya amera ketus sembari memetik buah tomat yang sudah siap di panen. Tak hanya tomat saja, tetapi ada juga beberapa buah seperti strawbery yang ia panen.
"Apa kau suka berkebun, kalau iya kita bisa membangun kebun kecil di rumah kita juga."
Cesar kemudian membantu amera memanen tomat tersebut, lalu menaruh nya di keranjang yang di pegang amera.
"Tidak perlu, aku juga tidak terlalu bisa menanam dengan baik. Lagipula aku juga sibuk dan tidak punya waktu untuk hal semacam ini."
Sudah selesai amera memanen tomat, ia kemudian melangkah yang kemudian di susul oleh cesar.
Cesar menghela napas. "Kau benar, aku dan kau sama sibuknya."
Cesar melangkah lebih lebar untuk menyamai langkah wanita di depan nya. Hingga mereka berjalan beriringan.
Angin menerpa surai amera hingga menghalangi mata wanita itu. Langkah nya jadi terhenti begitu juga dengan cesar. Ia perhatikan wanita nya yang kerepotan untuk merapikan surai rambutnya. Dan tanpa sadar cesar pun merapikan surai amera. Mata amera seketika membulat kaget hingga daun telinga nya memerah padam ketika cesar menyelipkan surai rambutnya di belakang daun telinga amera.
"Biar aku bawakan keranjang nya," ucap cesar dengan pelan. Amera kemudian menyerahkan keranjang nya dan melanjutkan langkah nya yang tadi sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
his farewell attempt
RomansDeskripsion: Dua tahun menikah amera tak pernah merasakan kehangatan dalam pernikahan tersebut. Kedua pasangan tersebut tidak pernah saling mencintai, mereka menikah karena di jodohkan oleh pihak keluarga bukan keinginan mereka sendiri. Dan pada akh...