Setelah tiba dirumah amera segera memapah cesar masuk ke dalam rumah, agak sedikit sulit karena tubuh cesar begitu besar jika di bandingkan dengan wanita itu. Hingga mereka tiba diruang tamu, kemudian amera merebahkan tubuh cesar ke atas sofa.
"Oh ya ampun, kau begitu berat," gerutu amera berkacak pinggang dengan napas yang tersengal-sengal. Sedangkan cesar masih tidak sadar kan diri.
"Euhm..." gumam cesar membuka kedua matanya, mata tajam kecoklatan itu menangkap sosok wanita yang berdiri di hadapannya, bukan lain dan tak bukan ialah amera. Wanita berambut panjang dengan mata emerald nya yang kini berdiri di hadapan cesar.
"Aduh kepala ku sakit sekali," lirih cesar membenarkan posisi nya menjadi duduk dengan satu tangan yang memegangi kepalanya. Pria itu tampak menahan sakit kepalanya yang begitu berdenyut.
"Kau kenapa?" Tanya amera khawatir setelah cesar mengaduh sakit kepala. Bahkan tanpa sadar tangan nya mengulur ke arah cesar. Namun sayang nya cesar segera menarik wanita itu ke dalam dekapan nya.
"Cesar! Lepaskan aku. Cesar!" Seru amera dengan berkali-kali berontak, tapi kekuatan nya tak setara dengan kekuatan pria itu.
"Berhenti bergerak amera, atau nanti kau akan jatuh," bisik cesar di telinga amera, napas beratnya terasa di kulit leher wanita itu.
"Kalau begitu lepaskan aku dulu."
Sayang sekali permintaan amera sama sekali tak di gubris oleh cesar, masih saja pria itu mendekap erat amera dengan kepala yang ia taruh di atas perut wanitanya.
"Kau tahu, bau mu ini sangat wangi. Aku suka ini, sangat suka aroma nya seperti lemon."
Aroma yang berasal dari tubuh wanita itu tak perna henti membuat cesar melupakan nya. Bau itu sangat menyegarkan bahkan setiap langkah wanita itu selalu saja di ikuti bau tersebut entah itu berasal dari parfum atau sabun yang wanita itu pakai.
"Cesar kumohon lepaskan aku," lirih amera.
"Amera kau tahu, aku tidak ingin bercerai amera."
Cesar melonggarkan dekapan nya kemudian mendongak menatap amera dengan mimik wajah yang sedih.
"Cesar dengarkan aku, hubungan kita tak bisa lagi di lanjutkan-"
"Apa nya yang tidak bisa di lanjutkan?" Potong cesar tak terima dengan nada yang meninggi. Pria itu sungguh benar-benar tidak ingin berpisah.
"Kita bisa memulai yang baru amera, dan aku akan berjanji untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama, jadi maafkan aku."
Amera menggeleng dengan perlahan, ia tatap manik kecoklatan cesar yang sepertinya bergetar. Sayu sayu cesar menatap wanita nya juga, tangan nya yang ia taruh di pinggang wanita itu kini semakin erat. Bibir pucat amera begitu terasa menantang, ingin sekali rasanya cesar membuat wanita keras kepala itu terdiam. Bagaimanakah jadi nya wajah tegas wanita itu menjadi berantakan, cesar penasaran sendiri.
"Cesar aku-"
Perkataan amera terhenti kala cesar menangkup kedua pipi wanita itu kemudian mendaratkan bibirnya ke bibir mungil amera. Wanita itu terkejut, ia berontak sejadi mungkin namun cesar semakin erat mendekap nya, mengapit kaki amera dengan pahanya hingga amera tak bisa lagi berontak, juga tidak bisa menolak ciuman dari cesar. Rasa panas seketika menjalar ke tubuhnya, pagutan demi pagutan cesar berikan pada amera. Cesar begitu menikmati nya hingga tiba saja tangan nya bergerak menyusuri kedua tonjolan amera. Mata amera seketika membulat lebar, ia kembali berontak namun cesar melotot dan kembali menikmati ciuman yang kini benar-benar terasa intens.
Cesar melepaskan ciumannya kala amera mencengkram kuat bahu pria itu dengan gemetar. "Jangan takut amera, jangan takut," ujar cesar dengan nada beratnya. Napasnya bahkan masih tersengal-sengal.
"Ku mohon jangan bercerai amera, tolong terima aku sekali saja. Aku benar-benar tidak ingin bercerai dari mu," tambah cesar memeluk amera dengan erat, seakan-akan tak ingin amera pergi dari hadapan nya.
Melihat cesar seperti itu membuat amera tanpa sadar mengelus puncak kepala cesar dengan pelan, pertama kali nya amera merasakan rambut cesar dan rasanya begitu halus. Kemudian ia mengangkat kepala cesar hingga manik mata keduanya bertemu.
"Sudah malam, ayo tidur."
"Jadi apa kau sudah memaafkan aku?" Tanya cesar kepada amera, sedangkan wanita itu hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.
"Sekarang kau malah seperti anak kecil," ucap amera terkekeh pelan. Sedangkan cesar tampak cemberut mendengar perkataan amera, enak saja dia di bilang anak kecil padahal usia nya itu sudah kepala tiga.
"Kau mengatai ku hm? Aku bisa bertindak dewasa jika kau mau, aku bisa membuktikan nya karena adik kecil ku seperti nya sudah tidak sabaran lagi," jawab cesar menyeringai tipis. Sedangkan amera menegang mendengar nya, bisa-bisa nya cesar mengatakan hal seperti itu padanya.
"Ka-kau ini bicara apa, hei lepaskan aku." Amera berontak berupaya melepaskan dekapan cesar. Namun tatapan tajam dari cesar begitu membuat amera semakin gugup.
"Cesar lepaskan aku dulu."
"Tidak, aku tidak mau. Biar lah aku mendekap mu seperti ini sepanjang malam."
"Apa kau gila? Bagaimana nanti ada yang lihat?" Tanya amera tak suka dengan perkataan cesar. Sungguh memalukan jika pelayan datang dan mendapati mereka seperti sekarang.
"Memang nya siapa yang berani? Lagipula sah sah saja kita melakukan ini, kita masih suami istri dan kau pun tahu itu."
"Apa kau tidak malu jika seseorang memergoki kita seperti ini?" Tanya amera dengan nada sedikit meninggi.
"Untuk apa aku malu, untuk apa. Aku punya istri yang cantik begitu cantik seperti bunga. Tidak, tidak kau seperti uhm.... permata. Ya, kau seperti permata."
"Oh ya ampun kau pasti sudah sangat mabuk maka nya bicara mu jadi melantur."
"Lepaskan aku, ini sudah malam. Aku ingin tidur cesar jadi lepaskan aku."
"Argg!" Pekik amera kala cesar mengangkat tubuhnya kemudian ia taruh di pundak lebarnya dan melangkah menuju tangga atas.
"Cesar, lepaskan aku! Cesar!" Seru amera memukul punggung pria itu berkali-kali namun cesar terus mengabaikan nya dan masih melanjutkan langkah menuju kamar nya.
Setelah masuk ke dalam kamar cesar, pria itu segera merebahkan tubuh amera tidak dengan cara yang lembut.
"Apa kau tidak bisa bersikap lebih lembut, pinggang ku jadi sakit," gerutu amera membenarkan posisi nya menjadi duduk seraya menggosok pinggang nya.
"Kau bilang mau tidur kan, aku turuti kemauan mu nyonya. Jadi tidurlah disini jangan lagi membantah ku," ucap cesar membuka kancing kemeja nya dan baru lah ia merebahkan tubuhnya di samping amera.
"Kau benar-benar gila," umpat amera kesal. Namun tiba-tiba saja tangan besar cesar melayang ke bahu amera. Seakan akan menyuruh wanita itu tidur di sebelah nya.
"Tak apa jika kau yang mengatai ku gila. Aku memang sudah gila, gila karena mu," gumam cesar kemudian memejam kan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
his farewell attempt
RomantikDeskripsion: Dua tahun menikah amera tak pernah merasakan kehangatan dalam pernikahan tersebut. Kedua pasangan tersebut tidak pernah saling mencintai, mereka menikah karena di jodohkan oleh pihak keluarga bukan keinginan mereka sendiri. Dan pada akh...