11. Liburan III

374 82 41
                                    

"Ma, ini aku aja perginya sama Jungkook loh bukan sama penculik," Seokjin mengertakan giginya menahan kekesalannya.

"Mama ngga bisa ngga khawatir, waktu kemarin kamu pingsan juga pas sama Jungkook," saut mamanya di seberang telfon,

"Ma!"

"Nanti mama bilangin kakek kalau kamu ngeyel terus begitu," ancam sang mama.

"Kakek juga ngga masalah kok, aku tadi udah bilang mau nemenin Jungkook di hotel aja, capek aku tuh ngikutin mama terus!"

"Tapi kalian malah keluar hotel ngga ijin sama mama dulu,"

"Astaga ma! Aku mau liburan ngga di dalem rumah terus, mama jangan bawel terus deh!"

Seokjin mematikan sambungan telfon dari mamanya. Sangat dongkol karena terus dicercar mamanya perkara mereka ketahuan keluar dari penginapan mereka.

Sementara Jungkook yang tengah menyetir, mengerling spion mobilnya dan menyadari sebuah mobil hitam yang dikenalnya mengikuti mereka sejak mereka keluar dari hotel.

Jungkook mengulurkan satu tangannya yang bebas dan mengusap kepala Seokjin yang sudah marah-marah menghadapi keposesifan mamanya.

"Ngga apa-apa ya? Mama kamu cuma khawatir loh sayang," Jungkook mencoba menenangkan,

Seokjin sudah kepalang badmood, bukan tidak tahu kalau mamanya sudah menyiapkan bodyguard yang mengawasi mereka dari jauh sejak pergi ke sini. Bahkan mamanya sempat melarangnya ikut serta. Seokjin sudah 20 tahun sekarang, dia bukan lagi anak-anaknya.

Tapi Seokjin terbilang ceroboh dan masa bodoh dengan sekitar. Kadang ketidakhati-hatinya ini yang terus di cari kelemahannya oleh mamanya.

Jungkook juga sama, tapi setelah bertambah usia, Jungkook sekarang lebih waspada dan sangat hati-hati menjaga kesayangannya ini. Tidak heran mereka berkali-kali hilang di setiap momen keluarga mereka berlibur.

Terjebak di pulau terpencil saat di Thailand dan terpisah dari rombongan saat di pusat wisata di Negara lain sudah jadi makanan sehari-hari Jinkook. Tidak jarang mamanya akan mengikat mereka berdua agar tidak sembarangan pergi sesuka hati.

Meski begitu, ayah Seokjin selalu membela mereka kalaupun nantinya mereka akan hilang selama berhari-hari keduanya akan tetap bisa bertahan hidup. Otak Seokjin cerdas dan tenaga Jungkook cukup kuat sekalipun membangun pondok di tengah hutan.

Tapi tentu saja, sebelum itu terjadi, mama Seokjin sudah memikirkan banyak cara agar anak-anaknya tetap dirumah dan terjaga dari marabahaya.

Seokjin melipat kedua tangannya dan bibirnya sudah maju beberapa senti. Bukan salah Jungkook, tapi pastinya kekasihnya ini begitu sampai moodnya kembali.

"Ngga usah dipikirin ya, kita have fun aja sekarang. Mau apa?" Jungkook menawarkan,

Pengennya sih Jungkook menikmati waktu bebas berdua saja, sesuatu yang sederhana yang bisa dilakukan berdua tanpa di usik siapapun.

"Makan," jawab Seokjin masih ketus,

"Lobster di sini enak loh,"

"Mau yang banyak ya Kook?"

"Boleh, tapi minum dulu obat alerginya ya?"

Seokjin mengangguk menurut.

Mereka memilih salah satu restoran terbaik yang Jungkook tahu di kota ini. Membiarkan Seokjin makan apapun yang di suka. Moodnya membaik setelah itu dan melupakan apa yang mamanya ucapkan padanya.

"Kakek bener ternyata, ayo nikah lebih cepat dari seharusnya," kata Seokjin tiba-tiba mengejutkan Jungkook.

"Loh tiba-tiba?" Jungkook mengernyit bingung,

Lullaby ( KookJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang