Seokjin menyukai teman-teman kuliahnya. Ini dunia yang di harapkannya, mengabaikan apa yang di sembunyikan di balik mereka.
*Ini Jin GS ya*
Enjoy gaes!
#1 jings
#1 kimseokjin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak perempuan itu menjerit marah. Pengasuhnya berusaha menenangkan tapi si anak makin keras menangis. Seokjin masuk ke ruang main anak-anak.
"Hei ada apa sayang?" Seokjin bertanya dengan lembut.
Di lantai sudah banyak mainan berceceran.
"Mamih, liat dia berulah lagi," Jean menunjuk apa yang sudah anak perempuan kecil itu lakukan pada semua mainannya.
Menumpahkan semua dari dalam konter-konter mainan milik Jean.
Selama Jean liburan sekolah sebelum masuk SD, Seokjin dan putranya sengaja tinggal di rumah buyut Jean di Jepang. Namun mereka tidak berdua saja, Ruby, putri dari Taehyung ikut bersama mereka karena satu kondisi. Ayah Ruby harus keluar negri untuk beberapa urusan dan tidak bisa membawa Ruby bersamanya. Selama inipun Ruby lebih banyak tinggal bersama kakek neneknya.
Ruby dikenal sangat dimanja oleh orang tuanya, karena itu sikapnya kadang sulit sekali diatur. Walau begitu, Seokjin selalu bersikap lembut padanya.
"Ruby kenapa marah?" tanya Seokjin pelan-pelan,
Ruby menunjukan wajah marahnya dan menunjuk Jean.
"Kok aku sih," protes Jean,
Padahal dia tengah fokus mewarnai lukisan yang dibuatnya. Dia memang tidak terlalu suka main dengan anak yang dibawa usianya. Merepotkan apalagi Ruby juga sulit diatur dan egois.
"Memang Jean kenapa?" tanya Seokjin,
"Panggil aku kakak dong, aku kan lebih tua dari dia," Jean menyahut lagi,
"Iya sayang, bentar ya," Seokjin membawa Ruby ke ruang lain.
Seokjin berusaha berdiskusi dengan Ruby dengan apa yang dia mau. Sampai akhirnya mereka kembali dan Seokjin menyiapkan alat gambar yang sama seperti milik Jean.
"Mih," Jean cemberut karena perhatian ibunya sekarang terbagi dari dirinya.
"Jean mau apa?" tanya Seokjin,
Jean mengeleng, dia tahu Seokjin tengah kesulitan dan ini bukan pertama bocah nakal itu berulah di rumah mereka. Jean bersabar juga karena ibunya.
"Mau makan," katanya,
"Oke, mamih masakin bentar ya?"
Jean mengangguk, dia melirik Ruby yang menatap keduanya. Ingin sekali mencibir bocah perempuan itu karena ibunya akan selalu memprioritaskannya dulu.
.
.
.
"Yeobo, kamu ngga kecapean kan ngurus Ruby?" Jungkook menelfon Seokjin.
"Engga kok,"
"Aku tahu Taehyung tuh sengaja, dia biasanya aja nitipin Ruby ke rumah paman," terdengar suara kesal Jungkook.
"Sayang, jangan ngomong begitu ya, kamu ngga kasihan sama Ruby?" kata Seokjin sedih,
"Iya, iya, tapi janji ngga kecapean ya? Aku cinta kamu," ucap Jungkook sebelum menutup telfonnya.
Seokjin mengerling putri kecil Taehyung yang tidur dengan lelap setelah dia lelah bermain seharian ini. Karena Ruby juga tidak tidur siang seperti anak-anak pada umumnya. Mungkin karena itu, moodnya memburuk dan cenderung rewel.
Seokjin mengusap kepala Ruby dengan lembut. Dia ingat, saat Jean berusia dua tahun, Ruby lahir ke dunia. Seokjin sempat ingin merawat gadis ini karena satu kondisi, tapi atas pertimbangan keluarganya, mereka melarangnya.
Juga, karena alasan kesehatan Seokjin yang cukup lama pemulihannya setelah melahirkan Jean.
Pintu kamar tempat Ruby tidur terbuka, Jean muncul dengan mengenakan piyamanya.
"Mamih," panggilnya seraya mengusap matanya.
Jean sudah mengantuk dan akhirnya Seokjin menemaninya tidur di kamarnya.
"Maaf ya nak, liburan kita tidak bisa kita nikmati berdua," kata Seokjin setelah mereka sudah berbaring di tempat tidur.
Menjadi kebiasaan Seokjin sebelum tidur adalah membacakan cerita untuk Jean sampai terlelap. Terkadang, Seokjin akan mendengar curahan hati Jean selama sehari-hari agar Jean lebih terbuka pada ibunya.
"Aku kesal sih, tapi tidak apa-apa untuk mamih,"
Seokjin mencium pipi Jean dengan gemas,
"Makasih nak,"
Jean terkikik,
"Mamih boleh andelin Jean kapanpun," katanya,
Seokjin tersenyum, kebijaksanaan Jean mengikuti sifat ayahnya.
"Tapi mih, apa benar Ruby tidak punya mama?" tanyanya tiba-tiba merubah topik.
"Eum, seperti yang kamu tahu, mama Ruby meninggal saat melahirkannya,"
Jean terlihat terkejut. Selama ini belum ada yang menjelaskan padanya mengenai hal itu. Di samping itu, Jean hanya bertemu dengan Ruby hanya saat kumpul keluarga Jeon saja.
"Kasihan sekali ya mih," Jean tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya sekarang tanpa ibunya.
Jean mungkin tidak akan sebahagia dan seberuntung ini.
Taehyung dan ibu Ruby tidak pernah menikah setelah hubungan mereka berantakan dulu. Tapi Taehyung masih menemuinya sebagai pacar. Suatu hari pacarnya hamil tanpa pengetahuan Taehyung dan melahirkan dalam kondisi yang tidak cukup baik.
Ibu Ruby meninggal saat melahirkan Ruby dan Taehyung bertanggung jawab merawat putrinya itu. Namun di sisi lain, karir Taehyung memuncak setelah dia mengurus perusahaan peninggalan kakek Jeon. Sehingga, Ruby sedikit terabaikan.
Karena alasan inipun, Seokjin sangat memperhatikan bagaimana Ruby tumbuh tanpa sosok ibunya. Inipun saran dari nyonya Jeon untuk mendekatkan Ruby pada keluarganya karena alasan tersebut. Jungkook sempat melarang karena beberapa alasan, tapi demi Ruby Seokjin menyanggupinya.
Jean menatap ibunya lama sekali, sementara Seokjin fokus dengan apa yang ada di kepalanya sendiri.
"Mih, aku tidak suka punya adik, tapi mamih boleh sayang juga sama Ruby," kata Jean tiba-tiba membuat Seokjin terkejut.
Seokjin tiba-tiba merasa terharu atas ucapan putranya itu. Jean memang selalu mengejutkannya.
"Boleh main mainanku, boleh juga ganggu liburan kita," katanya lagi,
"Kenapa Jean bolehin itu?"
Jean tampak berfikir,
"Mamih pernah bilang, dulu papih juga sering main sama mamih waktu kecil. Papih disayang mamih dan dia bisa jadi orang kaya sekarang,"
Seokjin mengangguk, tidak menyangka Jean akan sepeka ini mengenai situasi mereka.
Benar, dulu saat Jungkook kecil dan kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang, keluarganya menyatukan mereka. Mungkin hal ini yang dipikirkan orang tua mereka. Mungkin dengan kasih sayangnya yang tulus akan sampai pada hati Ruby yang kesepian.
"Makasih ya sayang," Seokjin memeluk Jean dalam dekapannya.
"Yang penting Jean tetep nomor satu buat mamih, yang penting mamih ngga lupain Jean,"