Hello, KKN! | [7. Aa dan Teteh KKN]

43.7K 5.6K 3.6K
                                    

Haiii🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii🌸


Ayok ayok vote komennn yang rameee 😋 bantuin promosiin juga boleh lho yaaa 😆🙌🏻


Tercatat udah ada 27838273636 musuhnya Kama sampai Part 6 kemarin. Apakah tidak ada kesempatan Kama punya tim sukses ini tuhhh? Kesian banget dia. Wkwk.


Selamat membaca ya. Selamat nge-vote sama komen yang banyaaak. Ini 3200 kata lhooooooo 🌸🌸🌸

***




Mereka tiba di Balai Desa Welasasih pada pukul delapan pagi. Di sana, sudah tampak kesibukan para perangkat desa yang tengah melayani masyarakat. "Orang-orang di sini kebanyakan para petani, yang pagi-pagi sekali harus berangkat ke sawah atau kebun. Jadi, kita perangkat desa sebisa mungkin buka lebih pagi supaya yang ada keperluan ke desa, nggak kesiangan berangkat ke sawahnya," jelas Pak Ruhyat, Sekdes Desa Welasasih.

"Oh, buka dari jam berapa, Pak, pelayanan desa?"

"Jam enam kami sudah buka."

Senyata-nyatanya morning person orang-orang di sini tuh, saat para budak korporat di ibu kota mengeluhkan jam masuk kerja pada pukul delapan pagi. Mereka bahkan sudah standby di tempat kerja pada pukul enam pagi.

Kembali pada keadaan di balai desa. Selain ada bangunan Balai Desa Welasasih, di sana terdapat juga Puskesmas, bangunan sekolah dasar yang terdengar ramai dan bising saat melewatinya, juga lapangan sepak bola yang sisi-sisinya dikelilingi oleh pohon beringin.

Gege akan menjelaskan sedikit di mana letak Balai Desa Welasasih itu. Bangunannya berada di puncak bukit, puncak tertinggi Welasasih sepertinya. Karena saat mengendarai motor tadi, mereka hanya menemukan jalan yang terus menanjak. Saat berdiri di lahan parkir luas balai desa, Gege juga bisa melihat rumah-rumah warga yang menyebar di seluruh wilayah Desa Welasasih.

Benar Kama bilang, bentuk desa itu serupa mangkuk, cekungan hijau penuh pohon dengan bangunan rumahnya yang membentuk titik-titik putih.

Bagaimana tempat itu jika dilihat saat malam hari, ya?

"Ge, ayo!" teriak Juana.

Gege berbalik, lalu berjalan masuk ke balai desa menyusul yang lain.

Anginnya kencang sekali, membuat kelima belas anak kota itu mengeratkan jas almamater marun yang mereka kenakan—Gesang bahkan terdengar mengumpat diam-diam. Ada suara gemeresak daun yang ramai dari pohon beringin yang rimbun itu saat tertiup angin, mereka bergoyang, memberikan celah pada matahari yang mulai naik.

Saat para mahasiswa dan mahasiswi KKN 111 UNDAYA tiba di balai desa, para perangkat desa sudah tiba lebih dulu, para anggota karang taruna bahkan sudah duduk di area rapat. Di gedung olah raga yang bangunannya berada di samping balai desa, kursi-kursi plastik hijau disusun dalam baris yang rapi. Di bagian depan, disediakan lima belas kursi untuk anggota KKN 111, dan mereka segera menempatinya.

Hello, KKN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang