"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii. 🌼
Aku lagi sedih banget karena masih berada dalam masa berkabung. Jadi, bisa nggak hibur aku dengan kata-kata? Apa aja boleh pokoknya. 🥲
4600 kata. Tolong jangan lupa kasih vote dan komen yaaa.
Jangan lupa kasih apiii. 🔥🔥🔥🔥
***
Gege baru tahu bahwa Mak Wasih sudah pulang dari rumah sakit. Jadi, sebelum melakukan kegiatan di desa, Gege berniat menemui Mak Wasih di rumahnya terlebih dahulu. Di sana, dia temukan Bu Nurma membukakan pintu rumah. Langsung bisa dia dengar suara denting piano yang halus, yang entah dari mana asalnya.
"Mak Wasih ada di dalam, Teh," ujar Bu Nurma.
"Aku nggak tahu kalau Mak Wasih udah pulang. Tadinya, hari ini mau ajak semua teman-teman untuknengok ke rumah sakit."
"Mak Wasih sudah diperbolehkan pulang dan beristirahat di rumah, Teh."
Gege mengangguk, lega sekali rasanya.
Wanita paruh baya itu membawa Gege pada ke sebuah kamar yang dihalangi oleh kain gorden berwarna merah muda. Semakin jelas terdengar suara denting piano itu saat tangan Bu Nurma menyibaknya kain gorden itu perlahan.
Dan di dalam kamar itu, Gege temukan Mak Wasih tengah duduk di atas tempat tidur, bersandar pada bantal yang ditumpuk di belakang punggungnya. Wajahnya mendongak saat melihat Gege melangkah masuk, mengalihkan perhatian dari benda yang terus berbunyi di tangannya. Oh, suara suara piano, itu berasal dari sana.
"Hai ...," sapa Gege. Tangannya bergerak menyentuh kening. Lalu mengayunkan dua tangan yang terbuka ke depan. "Apa kabar."
Baik. Tampak sebuah senyum yang cerah dari wajah penuh kerutan itu saat tangannya memberi isyarat.
Wanita lanjut usia itu mengenakan sweter merah muda yang cerah. Kedua tangannya terangkat untuk menunjukkan benda di tangannya. Sebuah bola kaca berisi miniatur biang lala yang berputar, memancarkan warna lembut yang berubah-ubah dari lampu di dalamnya sesuai denting yang terdengar.
Gege mengacungkan ibu jari. "Bagus." Dia melihat glitter yang menyebar di dalam air, berkilauan, berubah warna sesuai warna lampu yang menyala.
Mak Wasih menggerakkan jari, menyebutkan satu nama. Kama. Kasih ini. Selain menunjukkan snow globe di tangannya, Mak Wasih juga mengusap sweter merah muda yang dia kenakan.
Gege tersenyum. Tangannya membentuk huruf 'C' lalu berputar di depan wajah. "Cantik." Dia memuji Mak Wasih. Yang mengenakan sweter merah muda itu.
Mak Wasih menyentuh dagunya. Terima kasih, ujarnya. Lalu, tangannya merogoh saku sweter dengan gerakan ringkih. Tangan yang gemetar itu meraih case ponsel milik Gege, lalu menyerahkannya.