"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii. 🌼
Ramaiii sekali di part kemarin komentaryaaaa. Kereeeen. Aku bacain komen seru banget 😭🫶🏻terima kasih ya. Terima kasih juga untuk 1M views-nyaaa.
Semoga nggak bosen nungguuu, nggak pernah pergiii sampai Kama-Gege menceritakan kisahnya sampai akhiiirrr. Aamiin!
Happy reading. 🌼 Kasih api bolehhhh banget lho! 😆🔥🔥🔥
Kalau komennya gacor banget. Nanti aku double up khusus additional part Karyakarsa. 👀 Mau nggak? 😋
***
"Serius kamu nolak ajakan aku nih?" tanya Axel, sekali lagi.
"Aku nggak nolak ya. Aku hanya menunda." Gege tertawa. "Aku lagi lumayan banyak kerjaan sekarang, terus Kama juga lagi sakit, kan ...." Gege bisa melihat bagaimana kondisi fisik laki-laki itu yang terus dipaksakan untuk melakukan kegiatan sementara segala hal di dalam dirinya bahkan memintanya untuk beristirahat. "Jadi ...."
"Jadi kamu khawatir kalau harus ninggalin Kama?"
Gege sudah membuka mulut, tapi urung bicara. Terdiam selama beberapa saat. "Nggak, sih ..." Gumaman itu keluar dengan ragu. "Tapi lebih ke ... mungkin ada beberapa kerjaan atau tugas dia yang bisa aku bantu handle selama aku ada di posko."
Percakapan itu berlangsung selama perjalanan pulang dari balai desa menuju posko, di sore yang mendung. Tidak turun hujan seharian ini, seolah-olah gelapnya hanya untuk membuat manusia was-was. Gege baru saja turun dari boncengan motor Axel saat tiba di halaman. Laki-laki itu, kembali mengantarkannya ke posko.
Saat Gege berdiri di sampingnya, Axel memegangi dada. Memasang raut wajah dramatis. "Sebenarnya, diem-diem aku cemburu, sih, sama Kama." Setelah mengatakan lelucon konyol itu, dia melepaskan tawa pelan.
Padahal raut wajah Gege sudah cemas sekali.
"Kama kayaknya berhasil menjadi sosok kakak yang baik buat kamu ya, sampai kamu memikirkan Kama sampai ke hal sekecil itu?"
Gege menggeleng. "Ini masalah tugas kelompok kami aja sih." Tapi ya .... Mungkin benar, bahwa Gege merasakan sedikit kekhawatiran setiap kali melihat bagaimana laki-laki itu bekerja dengan kondisi fisiknya yang tidak baik-baik saja. Mungkin benar, Gege sedikit merasa khawatir karena ....
Tunggu.
Gege tertegun.
Gege belum beranjak ke mana-mana.
Dia masih berdiri di samping motor Axel sambil menatap ke arah posko. Melihat sosok gadis yang dikenalinya tengah duduk di beranda.
"Tapi, nanti malam jadi kan, ikut bantu di klinik?" tanya Axel. "Nemuin pasien yang aku ceritain tadi, dia cuma butuh teman bicara sih kayaknya. Soalnya—Ge? Halo?"