"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii. 🌼 Ada notif masuk nggakkk??? Follow ig-ku ya citra.novy biar tahu kalau cerita ini update, karena Wattpad sekarang banyak pundungnya. Nggak ada notif molooo.
Kayaknya kita bakal diajak demam bareng sama Kama karena ini masih ceritain POV-nya Kama. 🤣 Mangat ya kita ikut bakarrrr. Mau dispam emoticon 🌼 dulu tapi yang banyak boleee nggak?
4300 kata niyyy. 🌼
Part ini dialognya agak padat l semoga nggak bikin bosen ya!
Dan ayooooo beri apiiii yang banyaaak. 🔥🔥🔥🔥
***
SETETES DARAHMU, BERHARGA BAGI KAMI.
Tulisan itu terpampang pada banner yang satu sudutnya baru saja Kama pasang di dinding depan balai desa. Dibantu oleh Yesa saat memasang sudut lainnya, yang kini melangkah mundur untuk bilang, "Ke atas dikit, Ka. Nah, iya cukup. Udah lurus di situ." Petunjuk itu membuat Kama yakin untuk memaku sudut lainnya. Hingga banner selesai dipasang.
Di antara teman-temannya yang lain, Kama dan Yesa hadir lebih pagi ke balai desa. Sejak pukul enam, keduanya sudah datang untuk melihat persiapan program donor darah dan membantu merapikan booth registrasi dan pemeriksaan kesehatan. Para pendonor darah akan melalui dua booth tersebut sebelum menuju ke gedung olahraga, berada di samping Balai Desa Welasasih yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan darah. Sementara di bagian luar, ada sebuah posko berupa tenda luas untuk ruang pemulihan.
"Aa Kakaen!"
Suara itu terdengar saat Kama dan Yesa baru selesai memaku setiap sudut banner. Kama dan Yesa menoleh, mendapati dua remaja perempuan yang melintas di depan balai desa.
Lalu, "Petantang, petenteng. Hai Aa gantenggg!" sapaan itu diakhiri dengan jeritan sebelum kedua remaja itu berlari-lari sambil menutup wajah malu-malu.
"Yailah, kena goda piyik," gumam Yesa sambil tertawa.
Kama menyeret bangku yang tadi dia gunakan untuk tempat berpijak itu menjauh, dia tatap banner dari kejauhan. Tugasnya selesai sebelum mengerjakan tugas lainnya. Di sana, suasana sudah cukup riuh oleh para anggota PMI dan pendonor yang sudah antre di booth registrasi padahal kegiatan baru akan dibuka sekitar satu jam lagi.
Selanjutnya, Kama melihat beberapa temannya sudah datang, juga kesepuluh anggota KKN dari dua desa lainnya. Masing-masing tugas telah ditentukan, sehingga mereka langsung mengerti apa yang harus dikerjakan. Para anggota KKN dengan vest merah marun itu menyebar di antara kesibukan.
Namun tunggu, satu hal yang membuat Kama tertegun dan belum beranjak ke mana-mana sekarang adalah, saat melihat Gege datang bersama Axel di boncengan motornya. Oke ..., dia pernah membayangkan ada di posisi itu, melihat bagaimana Gege berada di boncengan laki-laki lain. Namun, perasaannya ternyata jauh lebih buruk saat benar-benar melihat hal itu menjadi nyata.