Hello, KKN! | [32. Posko Tanpa Kama]

44.5K 7.9K 7.5K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii. 🌼

Kita LDR-an dulu niyyy sama Kamaaa.

Selamat membaca ya. Jangan lupa voteee, terus komen yang banyaaak. 🌼🌼🌼

Terus kasih apiii. 🔥🔥🔥🔥🔥

***





Siang itu, semua mengeluh lelah. Jenuh. Bahkan sebagian ingin pulang saja. Semangat anggota KKN 111 mendadak luruh hingga semua kembali ke posko dari kegiatan masing-masing di saat waktu masih terang. Para laki-laki berkumpul di halaman tanpa melakukan apa-apa. Menatap mangkraknya proyek pembakar sampah yang diketuai oleh Javindra. Dan para anggota perempuan satu per satu muncul di halaman posko.

Sementara itu, Gege yang kini datang lebih dulu, segera meneliti wajah-wajah di hadapannya. Dia memperhatikan gestur dari satu per satu yang datang dan menyapanya. Adakah perbedaan dari kebiasaan sebelumnya?

Gege masih meneliti.

Masih menilai.

Masih menebak-nebak. Tentang siapa seseorang yang menutup pintu dapur pagi tadi, di saat Gege dan Kama tengah ... berciuman. [Additional Part 30].

Namun, tidak ada yang berubah dari seluruh gelagatnya, semua tampak normal, semua tampak biasa saja. Seseorang yang menutup pintu itu, entah memang sekadar melindunginya dari anggota KKN lain, atau memang ... dia tengah menciptakan bom waktu bagi Kama dan Gege untuk diledakkan di waktu yang dia inginkan?

"Teh Gege!" Suara teriakan itu membuat Gege menoleh. Ada Hasna, bocah perempuan yang sering datang ke posko untuk bermain atau sekadar memberi sepucuk surat untuk Kama. "Aa Kama mana?"

Gege menghampiri gadis kecil itu, "Aa Kama lagi ke Jakarta, pulang dulu. Ada urusan yang harus diselesaikan."

Gadis kecil itu mencebik. "Masa Aa Kama nggak bilang sama aku?"

"Coba chat aja deh," ujar Rajata. "Tanyain, kapan Aa Kama pulang?" Padahal Kama baru saja berangkat tadi pagi.

Karena Aa kesukaannya tidak ada di sana, gadis kecil itu kini berbaur dengan Aa-aa yang masih duduk di halaman sambil membahas alat pembakar sampah minim asap yang menjadi topik pembicaraan mereka sejak tadi.

Sesenyap itu pergerakan program kerja para anggota KKN ketika Kama tidak ada. Bahkan, Sabine kini tengah pergi bersama Sakala, memenuhi 'janji nyalon' yang diucapkannya kemarin-kemarin. Sakala benar-benar mewujudkannya. Mengajak Sabine pergi bertepatan di hari piketnya, entah sengaja atau tidak, karena hari itu seharusnya Sabine bertugas bersama Gege di dapur untuk menggantikan Juana dan Samira yang baru saja pulang mengikuti kegiatan ibu-ibu PKK.

Melihat para anggota laki-laki tampak begitu serius, para anggota perempuan yang baru kembali dari kegiatan luar mereka kini langsung menuju rumah Mak Wasih ketika pintu rumahnya terbuka pada siang hari. Hal itu di luar kebiasaan, karena pintu Mak Wasih yang terbuka di siang hari jarang sekali terjadi jika dia sedang tidak sakit. Biasanya, rumah itu akan tertutup hingga sore, dan terbuka saat Mak Wasih kembali dari ladang.

Hello, KKN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang