Hello, KKN! | [14. Gadis Kecil yang Sama]

45.7K 6.5K 7.3K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii. 🌼

Adakah pembaca yang benar-benar baruuu banget di sini? Atau banyaknya pembaca senior ya? 😆

Selamat bersenang-senang di sini ya. Semoga betahhh. Selalu betahhh. Loyal menjadi haters-nya Kama dan ikut ke mana pun Kama pergi 😆🌼

Lagi-lagi hampir 4000 kata jadi sebenarnya apa yang kutulis kok panjang-panjang bener 😭🫵🏻

Selamat membacaaa. Semangat banget nih kayaknya bakar-bakarnyaaa 🌼🔥

***






"Ge?" Kama bersimpuh di atas lantai kayu dengan tubuh lemah Gege yang masih dia peluk, dia sangga dengan satu tangannya.  "Bisa dengar suaraku?" Kama menepuk-nepuk pipinya. Dia lihat bagaimana gadis itu menghela napas lewat mulutnya yang terbuka, seolah-olah berusaha mengambil udara yang lebih banyak karena saluran napasnya sangat bermasalah.

Kini, tatap Kama beralih pada Yesa yang bergerak mendekat. "Apa yang dia makan selama bareng lo tadi?" tanya Kama.

Yesa tampak kesulitan menjawab, mungkin dia ingat, tapi tatap Kama membuatnya tersudut sehingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa dan hanya menggeragap. 

"Ge?" Kama semakin panik saat tubuh Gege di dalam peluknya terasa kaku.

Wajah Gege berubah merah, dengan raut wajah yang berkali-kali terlihat menahan sakit. Air matanya terurai dari sudut mata yang tampak setengah terbuka. Kama mengguncang tubuh itu, semakin panik. Keadaan seperti ini, pernah Kama temukan sebelumnya. Dulu. Lama sekali. Namun, masih terasa sama, dia begitu putus asa dan merasa bersalah.

Satu tangannya yang gemetar masih memegangi sisi wajah Gege. Lalu mendongak.  "Panggil dokter!" Teriakan Kama membuat para teman laki-lakinya terkejut.

Gesang menjawab, "Nggak ada dokter di sini, Ka. Hanya ada petugas kesehatan yang—"

Saat Yesa hendak mendekat, Kama mendorong kencang tubuhnya. "Ambil kunci mobil Sakala!" bentak Kama saat para teman laki-lakinya masih tampak kebingungan. "Sekarang, Yes!"

Kama menggendong tubuh Gege dengan dua tangannya sampai Yesa berhasil mendapatkan kunci mobil dan menempatkan tubuh Gege di jok belakang. Kama duduk di sisinya, merangkul pundak Gege dengan satu tangan sementara tangannya yang lain memegangi wajah gadis itu yang kini tampak semakin pucat. Tarikan napasnya lemah sekali, dia tampak kelelahan untuk sekadar menghela udara.

"Ge, bisa dengar suaraku?" tanya Kama sambil mendekatkan sisi wajahnya ke bibir Gege. "Bisa dengar?" tanya Kama lagi. Dia temukan suaranya yang bergetar. "Aku di sini, aku nggak akan ke mana-mana, aku nggak akan ninggalin kamu. Aku nggak akan bikin kamu kesakitan lama-lama. Dengar?" tanya Kama. "Tetap tenang, tetap atur napas. Jangan panik. Semua akan baik-baik aja."

Hello, KKN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang