"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii. 🌼 Temu lagiii kitaaa.
Udah siappp untuk menyaksikan kemalangan Kama belum? Mana angkat tangan dooong🙌🏻
Jangan lupa kasih voteee sebelum baca yaaa. Komennya boleeeh diramaikan biar bisa aku bacain satu-satu karena itu seruuuuu 😆
Untuk 4800 kata ini, duh panjang benerrrr. Mau spam emot apaaaa???
Jangan lupa kasih apiii jugaaa. Yang banyaaak. 🔥🔥🔥🔥
***
"Lo ... buang buket bunga dari gue, Ge?"
Pertanyaan itu dibiarkan berlalu. Kama menatap perempuan dengan cepolan rambut yang menyisakan sedikit helai di wajahnya itu. Mata itu tampak gamang, bibirnya sedikit terbuka, tapi tidak menghasilkan suara apa-apa.
"Lo buang ...." Kali ini Kama tidak lagi bertanya, dia hanya bergumam, menatap buket bunga yang tampak rusak itu. Mengalami penolakan, ternyata bisa membuat sebagian dari dirinya jatuh iba pada dirinya sendiri.
"Iya ...." Akhirnya Gege bersuara. "Kenapa memangnya? Ada yang salah?"
Kama masih berdiri di depan tempat sampah yang tutupnya terbuka, menatap Gege yang membelakangi bak cuci piring. Di dalam sebuah dapur bangunan kayu, yang segala celahnya memberi kesempatan pada suara petir dan hujan di luar terdengar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di selang waktu itu, Kama menahan diri untuk tidak mengucapkan hal yang akan memperburuk keadaan. Dia tidak meledak, tidak menyudutkan, tidak membela diri. Entah karena memang dia sedang tidak punya tenaga untuk melakukannya, atau memang ... saat ini dia sedang lelah saja. "Nggak apa-apa .... Itu pilihan lo. Itu hak lo," ucapnya. "Tapi kalau lo ingin tahu apa yang gue rasakan sekarang ... gue cukup kaget." Juga sedikit kecewa.
"Lo mau gue minta maaf?" tanya Gege, dia meneliti raut wajah Kama. "Karena gue memilih untuk membuang bunga itu?"
Kama menggeleng. Padahal dia ingin sekali bahwa, dia tidak terima, dia kecewa, maaf tentu saja harus dia dengar karena hal ini. Namun, "Gue hanya ingin tahu, tentang alasan lo buang bunganya."