"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii🌸
Ditungguin banget nih kayaknyaaa. 😋 Mana angkat tangan yang nungguin KAMA manaaaa WKWKWK.
Eh iya. Banyak yang nanyain visual Gege. Nanti aku kasih tahu visual Gege yang ada di bayanganku yaaa, gemessss banget, cantik jugaaa, nggak ngebosenin. Pokoknya yang tidak bisa melihat keistimewaan Gege hanya Kama. HAHAHAHAHA. 😍
Selamat membaca. Semoga Hari Rabunya terhibur. Bahagia terus yaaa 🌸
***
"Ya ampun gue pengen ngopiii!" Teriakan frustrasi Javindra terdengar di antara kebisingan pagi itu di Posko KKN 111. "Paling deket adanya kopi Point, itu pun mesti ke gerbang Tol Soreang. Anjeeeng itu jauh bangettt."
Pagi-pagi sekali, para anggota KKN 111 itu sudah bersiap dengan jaket marun mereka masing-masing. Beberapa sudah siap dengan program kerja yang harus dilaksanakan pada pagi hari sesuai janji dengan perangkat desa dan warga setempat. Ada Yash dan Kama yang masih santai mencuci motor. Zale dan Jenggala yang sedang mengotak-atik laptop meng-edit konten untuk bukti program kerja. Ada yang tengah sibuk dengan tugas piket di posko. Lainnya lagi tengah mengantre untuk mandi.
Sementara Gege kini tengah bergabung dengan Juana dan Samira, duduk di beranda depan untuk menunggu tukang sayur yang lewat pada pukul enam pagi. Ketiganya duduk bersisian, sesekali mendesis kedinginan, udara pagi Welasasih memang tidak pernah gagal untuk membuat mereka mengeratkan jaket.
"Makasih, Ibu." Cleona yang tengah menyapu di halaman rumah, seperti biasa, baru saja menerima sewadah besar makanan pemberian warga. Hal itu, membuat ucapan terima kasih saling bersahutan terdengar dari Gege dan teman-temannya yang duduk di posko. Sementara Si Ibu pemberi makanan hanya mengangguk, memberikan senyum sambil berlalu.
"Katanya setengah enam?" Juana menguap sambil menatap ke arah jalan di seberang sungai. "Ini udah jam enam belum lewat juga."
"Diberhentiin ibu-ibu dulu kali di tempat lain," ujar Samira. "Makanya telat datang ke sini."
Cleona berjalan mendekat, mengantarkan wadah pemberian tadi ke beranda. Menaruhnya di atas teras kayu. "Nih, masih anget, kayaknya kolak deh." Lalu, "Sabiiine, ambil mangkuk, Biiine."
Tiba-tiba suara pecahan gelas terdengar. Membuat Gege dan yang lainnya menoleh ke arah dalam rumah.
"Keiii, lo tuh kebiasaan." Javindra mengomel. "Gue bilang pake kacamata lo deh, gelas segede bagong gini nggak kelihatan, main tendang aja. Heran."
"Nggak sengaja," ujar Keiya.
"Kei?" Suara Gege dari beranda membuat wajah Keiya yang berada di ruang dapur melongok. "Lo nggak apa-apa?"