"Pertunangan kita ini harus dirahasiakan!"
Begitu kesepakatan Kama dan Gege sebelum keduanya melakukan kegiatan KKN 111 Desa Welasasih. Hubungan pertunangan yang hanya diinginkan oleh dua pasang orangtua sementara Kama dan Gege menyatakan tidak sal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haiii🌸
Bisa updateee. Semoga hari Senin kamu menyenangkan yaaa. 🌸
Ngomong-ngomong nih, tiap buka lapak komen, isinya hujatan buat Kama semuaaa. Wkwk. Ya ampun antara ngakak sama kesian jugaaa. Kamaaa bagaimana caranya kamu bisa mendapatkan simpati dari masyarakat di sini, Ka. Gimana caranya kamu akan berdamai dengan merekaaa? Wkwk. 😭🤣
Oh iyaaa. Untuk bahasa isyarat tiap kali ada dialog sama Mak Wasih, aku cuma ngandelin kamus SIBI. Jadi kalau ada yang salah-salag mohon dimaafkan yaaa. Dikoreksi juga boleeeh banget lhooo. 🙌🏻🌸
Ya udahhh. Selamat membaca. 🌸
***
Gege dan Kama berjalan menuju arah pulang dari rumah Teh Lilih. Mereka berjalan di atas jalanan yang—kira-kira—berukuran dua meter dengan permukaan cor kasar untuk menuju ke posko. Menyusuri sisi sungai, yang kata Kama, jalan yang mereka susuri akan menghubungkan mereka dengan sungai yang ada di bagian depan posko.
"Tumben kita nemu jalan yang bagus gini di area jalanan rumah warga?" gumam Gege. Dia berjalan di depan, sementara Kama yang tadi menyampirkan almamater ke satu pundaknya itu tetap berjalan di belakang.
"Ini jalan menuju ke rumah mantan Kades, katanya dulu dia pakai dana CSR dari perusahaan komunikasi—yang seharusnya untuk warga—untuk kepentingannya sendiri, ya ini, dipake untuk bikin jalan ini katanya. Biar akses ke rumahnya bisa masuk mobil."
"Wah ...." Gege agak terkejut mendengar informasi buruk itu. Namun, lebih terkejut pada Kama yang bisa-bisanya tahu tenta g rahasia pejabat desa padahal mereka baru menginap satu malam.
Seolah-olah mengerti cibiran Gege, Kama kembali menjelaskan. "Pak Sekdes yang bilang waktu gue survei pertama kali ke sini."
Gege hanya menggumam. Mereka terus berjalan, kali ini, Kama berjalan menyejajari langkahnya. Namun, jangan bayangkan mereka berjalan saling berisisian. Gege mengambil jalan di sisi kiri, dan Kama di sisi kanan. Berjarak.
Jalanan itu dinaungi oleh pohon-pohon besar yang berjejer rapi di sisinya. Jenis pohonnya banyak. Kadang ada mangga, kadang jambu air, kadang juga durian.
Mereka juga melewati beberapa warung kecil yang bangunannya terbuat dari kayu, bangunan yang sudah tampak tua dengan beberapa bagian ditambal oleh spanduk bekas, seorang nenek-nenek menunggu warung itu di luar sendirian.
Suara Kama akan terdengar, "Punten ...."
Lalu disahuti dengan suara sopan dan gerak tubuh yang merunduk kecil. "Mangga ...." Setelahnya, Kama akan menghampiri nenek itu, lalu mengenalkan diri sebagai mahasiswa KKN yang akan tinggal di desa Welasasih selama empat puluh hari ke depan.