Hamil diluar nikah dan dihamili pacarmu tapi pacarmu tidak mau bertanggung jawab?
Bagaimana rasanya?
Anindya merasa sangat hancur dan tidak ingin melanjutkan hidupnya. Namun ada seseorang yang bersedia menjadi tempat bersandar untuknya bahkan menj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cena, kamu tau ga kalau Aksa bakal punya Ade."
Pagi ini Aksara bermain di rumahnya Shena, ditemani oleh Anindya. Namun Anindya diajak oleh Mamanya Shena ke halaman belakang, tepat di kebun rumahnya. Membiarkan kedua anak mereka bermain bersama.
Shena menatap Aksara dengan bingung,"Adik itu apa sih, Aksa?"
"Aksa juga bingung. Tapi kata Nda, Ade itu artinya Aksa bakal punya Ade bayi yang lucu."
Kedua mata Shena berbinar merasa antusias lalu memegang boneka bayi yang dipeluknya,"Kaya boneka bayi ini ya? Bedanya boneka ini benda mati ga bisa gerak."
Aksara mengangguk membenarkan. Ia memainkan robot mainan milik Shena. Walaupun Shena anak perempuan tapi kebanyakan mainan miliknya tidak feminim seperti anak perempuan lainnya. Mungkin Shena tidak terlalu suka mainan perempuan.
"Shena juga pengen punya Adik. Gimana ya caranya, Aksa?"Tanya Shena.
"Cena bilang aja sama Mama kalau Cena mau punya Ade."
Shena cemberut,"Shena udah minta dulu sama Mami, tapi kata Mami, Mami Shena aja udah cukup."
"Nanti kalau Ade Aksa lahil, Cena boleh ko anggap Ade Aksa itu Ade Cena."Ujar Aksara.
Shena terlihat antusias,"Tapi Shena mau Adek perempuan biar Shena ada temen main boneka dan masak-masakan. Kalau sama Aksa, kita pasti mainnya mobil-mobilan terus."Keluhnya.
Aksara tertawa renyah,"Aksa juga pengen punya Ade pelempuan yang cantik. Nanti kita main beltiga ya Cena."
Shena mengangguk lalu mengikuti Aksara bermain mobil mainan miliknya. Tak lama kemudian Anindya dan Shanti memasuki rumah tersebut dengan keranjang yang berisi buah-buahan dan sayuran yang mereka petik dari kebun milik Shanti.
"Ini beneran buat aku semua?"
"Iya Anin. Sayuran di kebun aku bagus-bagus kok, bersih dan higienis."
"Bukan gitu maksud aku. Tapi ini kayaknya terlalu banyak deh."Anindya menatap dua keranjang yang terletak di atas meja.
Shanti terkekeh,"Gak apa-apa Anin. Kebetulan buah-buahan di kebun aku lagi panen. Kamu kan lagi hamil, aku kasih buah mangga yang banyak buat kamu. Siapa tau nanti kamu ngidam pengen makan mangga, gak usah nyari-nyari lagi dan nyusahin suami kamu."
Anindya tersenyum,"Makasih ya. Aku terima sayuran dan buah-buahan ini."
"Iya sama-sama. Biar aku bantu bawa ke rumah kamu."
"Eh jangan. Aku bisa sendiri kok."Tolak Anindya merasa tak enak.
Shanti mengabaikan ucapan Anindya dan mengambil satu keranjang berisi buah-buahan untuk ia bawa. Kebetulan keranjang itu yang isinya banyak dan lumayan berat. Shanti tidak tega, apalagi Anindya sedang hamil.