(3). Dont leave me.
Pagi ini begitu mendung, tidak ada sedikit pun matahari yang menyinari bumi. Seolah langit sedang mendukung kesedihan yang dialami Mora dan Grace setelah Ivana dinyatakan meninggal dunia kemarin sore.
Tak usah ditanyakan lagi bagaimana keadaan Mora sekarang. Sejak kemarin hingga sekarang Mora terus menangis dan tidak mau menjauh dari Ivana. Bahkan saat jenazah Ivana hendak dimandikan dan dikafani, Grace harus turun tangan untuk menjauhkan Mora dari Ivana.
Grace menenangkan Mora yang terus menangis sambil memeluk nisan Ivana dengan erat. Jenazah Ivana sudah dimakamkan dua puluh menit yang lalu dan sampai sekarang Mora tidak mau dipisahkan dari makam Ivana.
"Mora, ayo kita pulang."
"Mora gak mau. Mora mau disini sama Mami."
"Mora.. Mau sampai kapan kamu seperti ini? Mami sudah gak ada. Mami sudah bahagia bersama Tuhan disana. Katanya Mora mau Mami bahagia kan?"
Mora terisak,"Hiks.. Tapi kenapa Mami gak ngajak Mora kalau Mami mau pergi? Mora gak mau ditinggalin sendiri. Mora mau sama Mami terus."
"Mora gak sendiri, ada Oma disini. Oma akan menjaga Mora seperti janji Oma sama Mami."
Grace memeluk tubuh Mora yang sedikit bergetar. Sejak kemarin sore, Mora belum makan sama sekali. Grace takut Mora sakit. Sudah cukup baginya kehilangan Ivana, Grace juga tidak ingin kehilangan Mora.
"Mora ayo kita pulang. Mora belum makan. Apa Mora sengaja pengen sakit? Mora mau ninggalin Oma juga? Oma udah kehilangan Mami. Oma gak mau Mora kenapa-napa. Oma sayang banget sama Mora. Mami pasti sedih kalau ngeliat Mora menangis terus."Ujar Grace.
Mora terisak kecil menatap Grace. Kedua matanya bengkak dan hidungnya memerah karna terlalu banyak menangis.
"Mora juga sayang sama Oma. Maafin Mora, Oma. Mora gak bermaksud buat Oma sedih."
Grace tersenyum sambil mengusap bekas air mata di wajah cantik cucunya,"Yaudah, ayo kita pulang."
Mora mengangguk mengikuti langkah Grace sambil bergandengan tangan. Sesekali Mora melihat ke belakang, tepat ke makam Maminya. Berat sekali rasanya, namun mau tak mau Mora harus menerima takdir walaupun pahit.
"Eh Dokter Reiga."Sapa Grace ramah saat mereka berpapasan. Reiga datang bersama Anindya dan Aksara.
"Nyonya Grace, saya dan keluarga berduka cita atas meninggalnya Ibu Ivana. Semoga amal ibadahnya diterima dan semoga beliau tenang di alam sana. Maafkan saya karna saya tidak bisa menyelamatkan nyawa anak Nyonya."Ujar Reiga merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Dokter. Semua ini sudah takdir, bukan salah Dokter. Dokter sudah melakukan yang terbaik. Terimakasih sudah merawat anak saya selama dirawat di rumah sakit."
"Sama-sama Nyonya. Maaf Nyonya, saya dan istri saya mau melayat tapi saya tidak tahu makam Ibu Ivana dimana, boleh Nyonya antar kami ke makam Ibu Ivana kalau tidak merepotkan?"Pinta Reiga tak enak hati.
Grace tersenyum,"Tentu saja boleh."Setelah itu ia menatap Mora dan mengelus rambutnya,"Mora sebentar ya, Oma mau antar Dokter Reiga dan istrinya ke makam Mami."
Mora mengangguk tanpa ekspresi.
"Abang juga disini aja ya temenin Mora."Kata Anindya yang diangguki Aksara.
Aksara mendekat lalu memberikan sebucket bunga Lily pada Mora,"Ini buat kamu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya Mami kami. Maaf aku gak bisa nemenin kamu kemarin, kamu pasti butuh waktu sendiri untuk menerima semua ini."
Mora menatapnya sekilas tanpa berniat untuk menerima bunga itu. Melihat bunga itu malah mengingatkannya pada Maminya yang begitu menyukai bunga Lily.
"Eh, maaf aku buat kamu sedih ya? Gak apa-apa kalau kamu gak mau nerima bunga ini."Aksara menurunkan tangannya yang memegang bunga Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
REIGA : Ayah Sambung Anakku [√]
ЧиклитHamil diluar nikah dan dihamili pacarmu tapi pacarmu tidak mau bertanggung jawab? Bagaimana rasanya? Anindya merasa sangat hancur dan tidak ingin melanjutkan hidupnya. Namun ada seseorang yang bersedia menjadi tempat bersandar untuknya bahkan menj...
![REIGA : Ayah Sambung Anakku [√]](https://img.wattpad.com/cover/373909369-64-k265833.jpg)