Semalaman suntuk Iqbal tidak bisa terlelap karena ini pertama kalinya dia tidur sekasur dengan Nina. Iqbal baru mengetahui kebiasaan buruk Nina saat tidur. Nina tak bisa diam, dia selalu bergerak. Terkadang kaki Nina berada diatas perut Iqbal, terkadang tangan Nina tak sengaja terhempas ke wajah Iqbal sampai Iqbal mengadu kesakitan. Bahkan Nina memutar badannya hingga kakinya hampir mengenai kepala Iqbal jika Iqbal tidak menghindarinya.
Iqbal POV
Berkali-kali aku harus memperbaiki posisi Nina hingga aku bosan sendiri. Salah satu cara untuk menghentikannya adalah dengan mengikatnya. Tapi karena tidak ada tali disini, aku rela mengikatnya dengan tanganku (sebenarnya itu alasanku saja, karena aku memang ingin memeluknya dari tadi. LOL). Kurengkuh tubuhnya meringkuk disampingku. Aku merasa seperti memeluk anak SMP karena badannya memang sangat kecil. Mungkin beda tinggi kami hampir 40 cm. Apa aku harus memberinya suplemen?
***
Nina POV
Suara alarm membangunkanku setelah bermimpi terlalu lama. Semalam aku bermimpi bermain petak umpet dengan seekor kelinci dan kami tergelincir dari bukit yang tidak tinggi sebelum berputar-putar. Lalu kami ditangkap pemburu. Dia mengikat kami diatas gumpalan kapas. Mimpi yang aneh bukan? Tapi, kenapa saat terbangun aku masih merasa ada yang mengikatku?
Kubuka mataku, yang pertama kali kulihat adalah dada seseorang yang dilapisi baju, dan tangannya sedang memelukku sekarang. Aku benci mengatakan ini, tapi aku suka dengan pelukannya. Kututup lagi mataku sambil mendekatkan kepalaku untuk bersandar kedadanya.
"Ehem!" Aku mendengar suara yang berdehem padaku. Mengganggu saja.
"Ehem, suka yah? Aku ikhlas kok melakukannya sepanjang hari ini." Suara kak Iqbal terdengar jelas ditelingaku karena jarak kami yang dekat. Akhirnya aku sadar apa yang sedang terjadi. Aku mendorong paksa tubuhku menjauh darinya hingga genggaman tangannya terlepas.
Aku menatapnya dengan kesal. Tapi dia malah menatapku setengah menggodaku. Dia fikir aku tertarik? Apa dia selalu mencari kesempatan saat orang lain tidak sadar.
"Jangan Geer dulu!" Ujarnya lalu bangkit dari kasur. "Aku harus menahan tangan dan kakimu waktu tidur, karena tidurmu seperti monyet, gak bisa diam."
"Monyet?" Dia mengatakanku monyet?
"Iyalah, jadi apa lagi? Seperti putri? Sepertinya kamu harus dibedong dengan kain seperti bayi biar gak resek."
Aduh, aku jadi malu. Dulu ketika SMA kami mengadakan perkemahan, teman satu tendaku pada mengomel semua dan hampir mengusirku karena mereka tidak bisa tidur dengan nyaman akibat gerakanku. Aku beruntung karena Azhari membantuku dengan membujuk mereka. Alhasil, aku yang harus terjaga semalaman agar tidak mengacau lagi.
"Melamun lagi?" Bisik Iqbal. Jantungku hampir saja melayang karena jarak wajah kami hanya sekitar 2 cm. Aku terpaku beberapa menit hingga otakku bekerja kembali saat dia hendak mempersempit jarak diantara kami. Kudorong tubuhnya agar aku bisa menjauh darinya. Dia menyeringai padaku lalu tertawa meninggalkanku sendirian dikamar. Mungkin saat ini wajahku sudah seperti kepiting rebus.
"Dasar tua-tua keladi" umpatku dalam hati. Lebih baik aku mandi dan berganti pakaian sebelum dia kembali.
"Byrrrrr! Segarnya...." Aku menyiram air ketubuhku dengan menggunakan gayung kecil. Meskipun dirumah ini ada shower tapi aku lebih terbiasa mandi seperti ini. Ternyata kamar mandi ini sangat besar karena ada dua bilik didalamnya. Disebelah ada bath tub. Aku tergoda untuk mencelupkan tubuhku didalamnya.
"Waahhhh.. Enak banget mandi disini." Sebagian tubuhku sudah tenggelam dikolam busa ini. Fikiranku lebih rileks dari sebelumnya. Ingin rasanya aku berlama-lama didalam bath tub ini. Ketahuan banget yah aku gak pernah punya bath tub dirumah. Haha, konyol sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal