Terima Kenyataan

28.2K 1K 9
                                    

Rama POV

Kutinggalkan rumah itu dengan perasaan hancur. Angan-anganku untuk bertemu kembali dengan Nina dan menyelesaikan salah paham diantara kami sudah sirna. Nina sudah menikah, dan laki-laki tadi adalah kakak kandungnya. Aku tidak tahu semua berita ini. Mama, dia pasti sudah puas sekarang. Kukepalkan tanganku, setelah ini aku tak akan mau kembali kerumah lagi.

***

Kubiarkan saja ponselku berdering diatas jok belakang mobilku karena yang memanggil adalah dia, mama tiriku. Aku sangat membencinya karena dia telah membuat Bunda bercerai dengan ayah. Aku berjanji akan membuat dia susah, karena dia hubunganku dengan Nina telah berakhir.

"Shit!" Desisku setelah seseorang hampir tertabrak oleh mobilku. Dia berlari menyeberang tanpa hati-hati, bagaimana kalau tadi aku tidak sempat mengerem? Bukan hanya dia, tapi aku juga akan naas. Aku keluar dari mobil dan melihat kondisi gadis itu. Dia tidak apa-apa hanya terdapat lecet di siku tangannya.

"Lain kali kalau nyebrang hati-hati dong. Ini jalan raya bukan taman bermain. Kalau lo kenapa-napa siapa yang disalahkan?"

"Maaf.. Maaf mas. Aku buru-buru, jadi gak liat kiri kanan." Cewek ini polos banget, medok lagi. Dari kampung mana sih?

"Kenapa lo buru-buru? Dikejar anjing?"

Tiba-tiba dia menjamah tanganku dengan wajah memelas.

"Mas! Tolongin aku. Aku dikejar sama orang jahat. Mereka mau jual aku."

"Apa??? Jual??" Ternyata cewek ini korban penipuan. Jika tidak kutolong, maka aku bukan manusia. Aku harus melakukan sesuatu.

Tak jauh dari tempat kami berdiri terdengar suara orang meneriaki kami, lebih tepatnya cewek ini. Aku panik karena orang-orang itu adalah preman. Aku harus membawanya pergi.

"Ayo!" Kutarik tangannya untuk segera masuk kedalam mobil. Mereka semakin dekat dan cewek ini makin ketakutan. Syukurlah sebelum mereka sampai mobilku sudah menyala dan kami kabur secepat mungkin dari mereka. Kalau saja jalanan ini tidak sepi, mungkin kami bisa meminta tolong dengan orang lain.

Aku mengemudi mobil masih dengan jantung yang berdebar-debar. Sesekali aku melihat kebelakang melalui kaca spion apakah ada yang mengikuti kami atau tidak. Mereka pasti mengenali mobil ini jadi nanti aku harus langsung menggantinya dengan Suzuki Ayla pembelian nenek tahun lalu meskipun mobil Fordku ini jauh lebih mahal.

Kulirik cewek itu, dia masih menunduk dan seluruh tubuhnya bergetar. Aku bisa merasakan dia sangat ketakutan. Kutepuk punggungnya pelan-pelan agar dia tenang, seperti cara nenek menenangkanku. Tapi, untuk selanjutnya kemana kubawa gadis ini?

"Lo datang darimana?"

"Solo mas" jawabnya dengan suara yang masih bergetar.

"Solo? Lo tinggal sama siapa disana? Ortu?"

"Ortu? Ortu itu apa mas?"

Ya ampun, anonim ortu pun dia tidak tahu. Cewek ini benar-benar sesuatu.

"Orang tua.!"

Raut wajahnya berubah sedih, apa aku salah tanya? "Lo kenapa?"

"Aku tinggal dipanti asuhan mas dari kecil."

"Maaf, gue gak tahu." Aku jadi menyesal menanyakannya. "Jadi, lo mau balik ke panti?"

Dia lansung menggeleng. "Kenapa?" Tanyaku.

"Mereka pasti mencariku sampai kesana mas. Ibu Mirna gak tahu masalah ini, dan gak boleh sampai tau. Dia pasti stress dan susah karena aku. " cewek ini masih sempat-sempatnya mikirin orang lain. Jadi dia akan tinggal dimana?

"Jadi, lo mau tinggal dimana? Gue jadi ikutan pusing.".

"Kalau gitu, aku turun disini aja mas."

"Loh kok.. Kenapa?"

"Aku gak mau nyusahin orang lain mas. Badanku sehat kok, jadi gak apa-apa. Mas gak perlu merasa bertanggung jawab." Apa hatinya memang seperti ini? Atau dia sedang berakting didepanku. Sangat tidak bisa dipercaya masih ada spesies manusia dengan ciri-ciri seperti ini, bahkan Nina masih lebih tangguh dari dirinya. Nina lagi, sudahlah lupakan.

"Siapa yang merasa bertanggung jawab? Gue cuma gak mau ninggalin lo disini karena kemungkinan preman itu mengikuti kita. Lo mau ditangkap sama mereka?"

Dia langsung menggeleng. "Nggak mas, aku takut."

"Kita juga baru kenal kan. Emangnya lo gak takut sama gue?"

"Tapi mas kan orang baik. Keliatan kok dari wajah mas." Polos banget sih. Pantes dia gampang ditipu.

"Gue tau kok gue ganteng. Tapi gak semua orang ganteng itu baik. Jangan mudah ditipu, ok!" Narsis sesekali bolehlah. Ngobrol sama cewek lugu ini gue jadi lupa sama masalah gue.

"Iya mas. Tapi kita jalan kemana ini mas?"

"Ke Mall." Jawabku.

"Mall? Gedung besar itu? Mas mau ngajak aku ke mall?"

"Emang iya, kenapa? Lo gak pernah ke mall?" Dia mengangguk. Astaga, kolot banget sih, ke mall aja gak pernah.

"Kita ngapain ke mall?" Tanyanya lagi.

"Makan. Terus cari baju buat lo"

"Kenapa?"

"Lo mau balik ke panti?" Dia cepat-cepat menggeleng. "Kalo gitu lo kerumah gue aja. Kebetulan gue butuh pembantu satu lagi.

"Apa? Tapi..."

"Lo nolak?"

"Nggak!" Jawabnya sigap.

"Bagus! Jadi turuti aja kata gue, dan selama ke mall jangan aneh-aneh yah. Jangan bikin gue malu. Ngerti!"

"Iya pak!"

"Panggil Rama aja. Oh iyah, nama lo siapa? Gak mungkin gue manggil lo "oi" kan.."

"Namaku Wulandari, tapi orang-orang dikampung panggil saya Wulan." Ucapnya sambil unjuk gigi.

"Lo mau kerja dirumah gue?"

"Jadi apa?"

***
Author POV

Aisyah dan Fauzi sudah pulang setelah berkunjung kerumah Nina. Selama disana, mereka tidak membahas tentang Rama yang tiba-tiba datang mencari Nina. Mereka fikir itu lebih baik, karena Nina sudah punya suami tidak baik jika dia memikirkan laki-laki lain.

"Mas, apa kita suruh Nina tinggal dirumah kita sampai Iqbal pulang?" Tanya Aisyah saat mereka dalam perjalanan pulang.

"Kenapa Aisyah?"

"Nina lagi hamil. Mertua dan suaminya tidak ada dirumah. Apalagi besok Nina ulang tahun. Mas gak kasihan?"

Fauzi tampak memikirkan perkataan Aisyah yang sepenuhnya benar.

"Jangan terlalu khawatir sama Nina. Dia itu harus belajar untuk mandiri, dia juga sudah jadi istri seorang pebisnis, harus kuat walau ditinggal suaminya berhari-hari bahkan sebulan lebih. Dia akan terbiasa nanti."

"Mas.. Dia masih terlalu muda.."

"Dewasa tidak ditentukan umur Aisyah, tapi keadaan. Mas yakin, Nina pasti bisa bertahan."

"Tapi, kita jadikan besok kerumah Nina? Dia pasti senang kalau kita datang."

"Iya."

"Mas, perutku sakit..."

"Ada apa Aisyah? Kandunganmu baik-baik saja kan?"

"Aku diare mas sejak pagi.. Mungkin ini karena mangga muda tadi.."

"Ya ampun!"

#tbc

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang