Azhari sudah mengantarkan Citra kesebuah butik pakaian disalah satu etalase dalam mall dimana Azhari berkeliling sekarang. Dia mencari toko perhiasan dilantai 2 namun belum ketemu yang cocok. Kira-kira dia beli perhiasan untuk siapa?
Azhari melihat-lihat kalung yang terpajang dengan Indah didepannya dan mulai memilih kalung yang paling nyentol dihatinya. Pilihan Azhari tertuju pada kalung diamond dengan liontin berbentuk waterdrop.
"Simple, tapi cantik. Sama seperti dirinya." Fikir Azhari. "Mbak, saya beli yang ini, bisa langsung dibingkis nggak? Buat kado..!" Ujarnya.
Azhari tidak mempermasalahkan harga kalung itu, yang penting, jangan sampai Citra merasa kalau ulang tahunnya kali ini tidak berkesan. Azhari ingin melihat ekspresi bahagianya Citra ketika mendapatkan kado darinya.
Saat kalung itu masih dibingkis oleh karyawan tadi, Azhari tiba-tiba merasa tertarik untuk melihat-lihat cincin yang ada di sebelahnya. "Hm, sepertinya ini cocok. Mbak, coba lihat yang ini!
"Ini kan cincin nikah mas, mas mau lamaran yah?" Tanya karyawan perempuan itu kepo.
Ditanyai hal itu Azhari hanya tersenyum tipis, dia tidak tau mengapa tiba-tiba saja dia tertarik dengan cincin nikah.
***
Arumi sedang stress dibuat tugas kuliahnya yang menumpuk dan tak bisa menahan keinginannya untuk tidur meskipun dibawah pohon mangga yang rindang didekat gedung fakultasnya. Saat dia mulai memejamkan mata, seseorang datang membawa es krim dan menempelkan bungkusnya ke hidung Arumi hingga dia kaget."Ya ampun, Jeremy. Aku kaget tau!" Teriak Arumi jengkel.
"Hahaha.. maaf! Nih, es krim cokelat spesial buat kamu. Aku tau kok, kamu lagi stress."
"Tumben perhatian!" Sindir Arumi dan menyambar es krim itu secepat mungkin dari tangan Jeremy. "Thanks yah..!"
"Iya sayang..!"
"Apaan sih, sok romantis banget!" Ejek Arumi sambil mulai menikmati es krim itu.
"Emang kenapa? Daripada kupanggil 'mama' kayak anak alay disini."
"Sama aja kok alaynya sama kamu."
"Jangan samakan aku dengan orang lain!" Nada bicara Jeremy berubah dingin, dia sepertinya tersinggung dengan ucapan Arumi.
"Tapi memang iya kan! Jujur saja, aku merasa sifatmu sudah banyak berubah." Ucap Arumi lalu menatap kosong kedepan. Dia mengingat saat-saat di Jerman dulu. Pertama kali melihat Jeremy, Arumi langsung terkesan dibuatnya. Penampilan Jeremy yang klimis, rapi, dan bersih, cara bicaranya yang sopan dan sikapnya yang tenang, sangat berkelas.
Arumi menatap Jeremy yang sekarang, dia bagai melihat dua orang yang berbeda dalam satu tubuh. Jeremy yang duduk disampingnya sangat aneh, bahkan dia mengancam Arumi agar mau jadi kekasihnya. Mama kepribadian asli Jeremy sebenarnya?
"Memangnya aku yang dulu seperti apa? Pendiam? Ramah? Lalu, apa itu ada gunanya? Saat aku sering mengalah untuk orang lain, mereka malah memanfaatkanku. Dan, karena takut menyakiti perasaan gadis yang selalu menempel padaku, aku malah melukai perasaan orang yang kusukai.
Arumi terperanjat, karena dia mengerti siapa yang dimaksud Jeremy. Jeremy diam, dia menatap Arumi tanpa berkedip.
"Siapa, yang membuatmu berubah?" Tanya Arumi ingin tahu. Es Krim yang ada digenggamannya meleleh tanpa ia sadari.
"Sebentar!" Ucap Jeremy. Dia langsung menjilat bagian es krim Arumi yang ingin meleleh.
Arumi terkesiap, dia tak menyangka Jeremy berani melakukan itu.
"Hampir saja! Aku sudah rela-rela menjemput es krim ini di kantin buat kamu, tapi, kamu malah membiarkannya terbuang begitu saja."
"Ma..maaf!" Dia mencicipi es krimnya kembali tapi diarah yang berlawanan.
"Apa aku pacar pertamamu?" Tanya Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal