Hari sudah pagi, Arumi, Arum dan Hasan sudah bersiap-siap ingin pergi sekolah. Aslan sudah menunggu Arum diluar sementara Arumi masih bermalas-malasan di depan cermin. Dia tidak siap untuk masuk kuliah dan bertemu dengan Jeremy. Tapi, dia tak akan bolos hanya karena lelaki itu.
Nina sedang memasangkan dasi Iqbal dikamar dan menahan dirinya untuk tidak terpancing dengan Iqbal yang terus-terusan bermanja dengannya. Kejadian tadi subuh masih terkenang dikepala Nina.
Sahabatnya itu tertangkap basah dengan Citra sedang berada dalam posisi yang tak pantas. Citra tampak kikuk saat itu, namun Azhari dengan santai menjawab semua tanda tanya dikepala Iqbal dan Nina seolah tak terjadi apa-apa.
"Sayang, apa sih yang kamu fikirkan? Lihat dasi yang kamu pasang, salah arahnya." Protes Iqbal yang selalu menundukkan badannya ketika Nina memakaikan dasinya.
"Eh.. ya ampun. Maaf ya mas, tadi aku kefikiran sesuatu."
"Apa itu?"
"Kamu lihat nggak cara Azhari menatap Citra? Sepertinya dia suka sama perempuan itu. Aku jadi pengen nyomblangin mereka berdua."
"Oh, jadi dari tadi kamu mikirin sahabatmu itu dan mengabaikan suamimu? Cukup tau ajalah..!" Ucap Iqbal kesal dan langsung pergi menuju pintu sambil membawa tas kerjanya.
Nina mengejar Iqbal sebelum Iqbal sempat membuka pintunya. Dengan menjinjitkan kakinya, Nina mencium kening Iqbal sambil tersenyum.
"Sayang, aku nggak bermaksud seperti itu." Jelas Nina.
Tanpa babibu Iqbal segera mengecupnya dengan lembut dan lama hingga Nina hampir kehabisan nafas. Tangan Iqbal begitu kuat mendekap tubuh istrinya yang mungil itu seakan ingin meremukkannya.
"Sudah cukup! Nanti, aku tak jadi kerja karena dirimu." Perkataan Iqbal membuat Nina jadi malu.
"Nakal! Disini ada Elsa dan Anna, gimana kalau mereka melihat? "
"Nggak masalah, mereka masih tidur kok!" Goda Iqbal.
***
Citra sudah selesai mandi dan bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya sementara Azhari sedang menyantap sarapannya bersama anak-anak Nina diruang makan.
Saat Citra datang, mata Azhari tak mau lepas darinya hingga Arumi berdehem dan menyadarkan dirinya. Sepertinya Arumi cemburu melihat cara Azhari menatap Citra seperti itu tapi dia berusaha menyembunyikannya."Ayo kak, makan sama kami disini." Ajak Arum.
"Nggak usah dek, makasih. Kakak harus pulang sekarang!" Tolak Citra.
"Jangan menolak!" Ujar Azhari. "Lebih baik sarapan dulu, kamu belum sehat sepenuhnya."
"Baiklah...!" Jawab Citra dengan ragu.
Citra mengambil sedikit nasi dan sedikit lauk keatas piringnya. Melihat itu, Azhari jadi kesal.
"Apa kau akan kenyang dengan makan sesedikit itu?" Sindir Azhari.
"Aku bahkan pernah hanya makan sekali sehari. Jadi ini bukan masalah bagiku." Ucap Citra dengan mata berkaca-kaca, sepertinya airmatanya akan tumpah saat itu juga.
Arumi dan Arum tersentuh saat mendengar ucapan Citra. Mereka ingat dengan kebiasaan mereka yang suka membuang-buang makanan. Tidak bersyukur karena diluar sana ada begitu banyak orang yang kelaparan.
"Maaf! Aku tak bermaksud menyinggungmu!" Ucap Azhari menyesal. Citra tak menjawab dan terus memakan makanannya tanpa memandang Azhari.
"Kak, Aslan mengapa diluar? Kok nggak kak ajak masuk aja?" Tanya Arumi mengalihkan suasana.
"Biarin, dia masih segan gitu. Padahal kakak uda ngajak dia masuk tadi."
"Oohhh...!" Ucap Arumi manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal