Keraguan

12.7K 561 31
                                    

Iqbal masih memikirkan pertanyaan Arumi saat diperjalanan kerumah didalam mobil jenazah. Arumi ada bersamanya saat ini sambil merenungi jasad neneknya dengan perasaan sedih. Mengapa neneknya pergi disaat mereka baru bertemu? Apakah Arum juga akan pergi seperti neneknya? Padahal Arumi hanya menatap mata Arum yang terbuka dalam hitungan detik saja. Lalu hal itu terjadi dan mata Arum masih tertutup hingga sekarang.

Iqbal tahu pertemuan mereka kembali dari awal hanya menciptakan airmata. Mereka fikir, setelah berpisah mereka akan menjalani hidup yang lebih baik dan bahagia tapi kenyataannya? Mereka kembali ketitik yang sama. Yang bisa dia lakukan adalah memperbaiki hubungannya dengan Nina. Tapi, apakah menikah lagi adalah cara yang tepat. Iqbal menatap Arumi yang masih menunduk sambil menangis tersendat-sendat. Baru pertama kalinya Iqbal melihat Arumi yang ceria jadi murung dan tersiksa seperti ini.

"Ya Allah.. berikanlah kami jalan.!"

***

Operasi Arum berhasil. Aslan, Rifki, Fauzi, Aisyah dan Nina yang mendengar kabar dari dokter sekarang bisa bernafas lega. Nina menangis dipelukan Aisyah karena tekanan dihatinya sudah mulai berkurang. Dia bersyukur kepada tuhan yang telah memberi putrinya kekuatan dan kesempatan untuk bertahan hidup dan melihat dunia ini. Sudah lama Nina tidak melihat tawa dibibir Arum, rasanya Nina sangat ingin memeluk anaknya detik ini juga. Tapi dokter berkata dia masih belum siuman karena masih dalam pengaruh obat.

Nina mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi ke ponsel Iqbal tapi Fauzi malah mencegahnya dan menarik ponsel Nina.

"Jangan hubungi dia! Laki-laki itu tidak ada urusan apa-apa lagi dengan keluarga ini!!"

"DIA AYAH ANAK-ANAKKU. Dia lebih memiliki hak dibanding bang Fauzi atau yang lainnya. Jadi kembalikan ponselku!" Nina merebut kembali ponselnya.

Fauzi ingin membentaknya tapi Aisyah menahan Fauzi dan mengisyaratkannya untuk mengalah sekali ini saja. Aisyah berhasil menenangkan suaminya itu dan mengajaknya duduk karena ada hal yang ingin dikatakannya. Sementara itu Nina segera mengirim Iqbal pesan singkat tentang kondisi Arum.

"Mas, aku hamil mas!" Aku Aisyah. Seharusnya dia gembira, tapi wajah Aisyah malah menjadi khawatir. Bagaimana tidak, umurnya sudah 45 tahun. Apakah nanti kandungannya baik-baik saja? Dan apa dia sanggup melahirkan secara normal? Itu menjadi kecemasannya sendiri.

"Kok bisa?" Tanya Fauzi. Dia sama khawatirnya dengan Fauzi.

"Gak tau mas. Seharusnya aku tidak hamil, karena aku minum pilnya. Memang, sejak Arum masuk rumah sakit kadang aku lupa minum obat."

"Sekarang semuanya sudah terjadi, jadi lebih baik kita mempertahankan janin itu."

"Mas serius?"

Fauzi mengangguk, dia masih memikirkan rumah tangga adiknya. Bagaimana kalau Nina rujuk dengan mantan suaminya itu? Jujur saja Fauzi takut Nina akan dikecewakan lagi oleh Iqbal.

***

Esoknya Iqbal dan Arumi datang kerumah sakit setelah mengurus perpindahan Arumi kesekolah Arum. Selama disekolah kakaknya itu, Arumi dan ayahnya menjadi pusat perhatian. Awalnya mereka termasuk para guru mengira kalau Arumi itu adalah Arum, tapi Iqbal menjelaskan semuanya agar mereka tidak kebingungan.

Selama di mobil mimik Arumi begitu tegang, dia sudah tidak sabar untuk melihat Arum yang katanya sudah sadar. Dia ingin memeluk Arum dan bercerita banyak hal dengan kakak kembarannya itu tentang kehidupannya yang membosankan selama di Jerman.

Mereka berjalan tergesa-gesa setelah tiba di rumah sakit dan disana sudah ada Nina, beserta Fauzi dan Aisyah. Arum juga sudah sadar dan terlihat bahagia ketika disuapi Nina.

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang