"Arrrhgggghhh!" Jeritan Elsa sangat kuat membuat Nina panik dan berfikiran macam-macam setelah mendapat panggilan misterius dari nomor yang tidak dikenalnya.
Dengan hati berdebar-debar Nina kembali keruang tamu dengan tergesa-gesa dan hampir tersandung. Dia melihat Arum sedang menenangkan Elsa yang ternyata takut karena seekor kupu-kupu datang entah darimana. Dari umur 1 tahun Elsa memang sudah terlihat kalau dia fobia kupu-kupu sementara Anna sangat menyukainya.
"Astagfirullah, mama fikir Elsa tadi kenapa-napa." Ucap Nina yang segera menggendong Elsa dan membawanya ke pelukannya.
"Mama kok ampe gemetar gitu? Kenapa ma?" Tanya Arum.
Nina tampak berfikir, dia tidak ingin memberi tahu anak-anaknya tentang penelepon itu sekarang. "Mama laper!" Bohong Nina.
"Kalo gitu, biar kami yang masak. Mama duduk aja disini, ok!" Ujar Arumi.
Nina mengiyakan namun wajahnya masih tampak murung setelah ditinggal Arum dan Arumi ke dapur. Dia masih khawatir jika orang yang menelepon tadi adalah orang jahat dan membahayakan keluarganya. Dia fikir, dia harus menceritakan ini kepada Iqbal ketika dia sudah pulang.
***
Iqbal pulang lebih telat malam ini, dia tidak sempat makan malam bersama anak-anaknya karena mereka sudah tidur. Wajar saja, kini sudah tengah malam. Dia berjalan perlahan dari ruang keluarga dan naik ke tangga menuju kamar mereka. Dia mengira Nina sudah tidur, namun saat dia membuka pintu kamar, Nina masih duduk bermenung didepan cermin riasnya sambil memangku wajahnya dengan tangan kanannya.Nina yang melamun tak menyadari Iqbal sudah berjalan ke arah nya dan seketika lamunannya buyar saat Iqbal memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalanya dibahu Nina hingga pipi mereka saling menempel.
"Ada apa sayang?" Tanya Iqbal lembut. "Apa yang kau pikirkan sampai gak bisa tidur? Hm?"
Nina bangkit perlahan dari kursinya lalu berdiri menghadap Iqbal untuk membukakan jas yang masih dikenakan Iqbal. Dia masih enggan untuk bercerita. Iqbal sengaja menunduk ketika Nina mencoba melepaskan dasi dari lehernya. Lagi-lagi Nina tidal fokus, dia tampak gelisah hingga tanpa sadar tangan Nina lanjut membuka kancing baju Iqbal seolah-olah dia sedang ingin mengganti baju Hasan.
"Wah... sejak kapan kamu seagresif ini? Goda Iqbal membuat Nina tersentak dan menyadari apa yang dia lakukan. Dia memukul dada Iqbal pelan karena malu.
"Seminggu lagi Arum tunangan!" Tiba-tiba Nina mengalihkan pembicaraan.
"Iyah benar! Jadi, apa masalahnya? Bukankah persiapannya sudah selesai?"
"Aku kasihan pada Arumi mas, sampai saat ini dia belum pernah dekat dengan seseorang. Aku takut di akan merasa sedih saat acara pertunangan nanti."
"Jangan khawatir, Arumi bukan gadis seperti itu. Dia ceria dan kuat, mas yakin dia tidak begitu peduli meski pun sendirian hingga sekarang. Bukannya itu bagus? Dengan begitu, Arumi bisa lebih fokus pada pendidikannya."
"Tapi terkadang dia jadi pemurung mas, dia kesepian."
"Sudah, jangan banyak berfikir lagi. Semua sudah ada waktunya, nanti dia juga punya pasangan. Percayalah...! Tapi, kamu sendiri bagaimana sayang? Seminggu ini, mas selalu pulang saat kalian sudah tidur, apa kau tidak kesepian?" Bisik Iqbal dengan suara serak-serak seksinya.
Wajah Nina jadi merah padam, dia mengerti Iqbal berusaha merayunya malam ini. "Aku mengantuk!" Ujar Nina, menolak Iqbal dengan spontan.
"Anna dan Elsa sudah tidak tidur dengan kita, apa lagi alasanmu untuk menghindar?"
"Mas, tapi aku...!"
"Tidak ada tapi-tapian sayang!" Potong Iqbal, seolah tak menerima penolakan. "Aku sangat 'merindukanmu', sayang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal