"MAMA!!" Teriak Arum setelah sampai dirumah mereka. Arum yang paling terlihat cemas dan ketakutan karena selama ini dialah yang selalu berada disisi mamanya. Arumi terlihat gusar dan kepayahan menggendong adiknya, Elsa. Beruntung Aslan mau menggendong Anna dan Jeremy menggendong Hasan yang tertidur dimobil. Mereka langsung berjalan kelantai dua, menuju kamar Nina dan Iqbal.
Pintu kamar Iqbal dan Nina tertutup tapi tak dikunci. Arum membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan mendapati kedua orang tuanya sedang tertidur. Iqbal berbaring disamping Nina sambil memeluknya erat. Arum segan untuk membangunkan mereka, tapi dia ingin tahu apa yang terjadi, dan memutuskan untuk membangunkan papanya.
"Papa, bangun pa!" Ucap Arum pelan karena takut mamanya juga ikut terbangun.
Iqbal perlahan-lahan terbangun dan menyadari Arum sedang berdiri disampingnya, sedangkan Arumi baru saja masuk kekamar.
"Pa, bagaimana kondisi mama sekarang?" Tanya Arumi.
"Sudah nggak apa-apa lagi nak, mama kalian sudah ditangani dokter."
"Kok mama bisa tenggelam sih pa? Emangnya papa dimana?" Tanya Arum sedikit sinis.
Iqbal tampak ragu untuk menjawab, karena dia tahu jawabannya hanya akan membuat kesal anak perempuannya itu. Iqbal meraih tangan Arum dan menatapnya dengan perasaan bersalah.
"Maafkan papa nak, tadi papa banyak berkas yang harus dikerjakan. Jadi papa.."
"Papa lebih peduli sama kerjaan papa daripada mama!" Teriak Arum lalu keluar dari kamar itu dengan wajah memerah karena marah.
"Arum, pahami kondisi papa juga dong! Proyek papa dikejar deadline, bahkan papa tidak bisa tidur jika berkas-berkas itu tidak selesai."
"Biar Arumi yang nenangin kak Arum pa! Papa jagain mama aja! Kasihan mama!" Arumi mendekati Nina lalu mengecup keningnya. "Cepat sembuh ya ma!" Bisiknya lalu segera bangkit dan keluar menyusul Arum.
***
Mata Citra agak sembab karena menangis tadi,namun setelah mencuci wajahnya, sembab itu mulai berkurang. Citra menemui Azhari yang menunggunya diluar toilet untuk segera pergi ke studio yang dimaksud Azhari."Sudah enakan?" Tanya Azhari perhatian.
"Iya mas!" Jawabnya singkat.
Di studio sudah banyak terpasang peralatan untuk pengambilan gambar nanti, termasuk property agar background fotonya lebih keren. Citra terperangah melihat semua kegiatan kru yang terlihat sangat sibuk untuk memulai pemotretan nanti.
"Assalamualaikum!" Sapa Azhari pada seorang wanita berkhimar yang berdiri disamping fotografer. Raut wajahnya yang gusar berubah ceria saat tau Azhari sudah disana.
"Walaikumsalam wr.wb!" Ya Allah, kirain dek Azhari nggak jadi datang." Ucapnya.
"Yah, aku kan udah janji kak mau datang!"
"Oh iyah, kenalin kak, ini Citra, Citra, ini kak Mawar, kakak sepupuku."
"Halo!" Sapa Citra sambil menjabat tangan Mawar.
"Citra ini pacarmu yah?" Tebak Mawar langsung.
Citra langsung menggeleng karena mereka memang tidak memiliki hubungan yang seperti itu.
"Dia teman dekatku kak!" Jawab Azhari.
"Dekat? Apa kami sedekat itu? Ucapannya bisa membuat orang lain salah paham nanti." Fikir Citra.
"Oh, teman dekat. Teman dekat bisa berubah menjadi kekasih, dan kekasih biasanya akan menjadi istri. Ayolah Azhari, segera cari calon istrimu. Jangan kejauhan mencarinya, karena siapa yang tau kalau jodoh itu sudah ada didekat kita tanpa kita sadari?" Ucapnya sambil melirik sedikit kearah Citra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
عاطفيةCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal