You're the one for me
I'm in pain because of you
I try to forget you, but it doesn't help
I just end up hating youThat's why I can't do it
I wonder if you know that
I'm always missing you~Geeks "Officially Missing You" (lyrics translation)
***
"Hari ini Aslan tidak masuk lagi?" tanya pak Miswar, guru olahraga mereka. Rifki segera melirik kursi Aslan. Masih kosong. Semua siswa saling berbisik dan semakin yakin bahwa Aslan ada hubungannya dengan Arum.
"Maaf pak, saya telat!" itu adalah suara Aslan.
"Haahhhh?" seluruh isi kelas terkejut dengan sosok yang baru saja datang kekelas mereka. Mereka termasuk pak Miswar seakan tidak percaya dengan Aslan yang masuk sekarang. Penampilannya berubah 180 derajat. Sepertinya Aslan baru saja mencukur rambutnya, dia memakai dasi, blus seragamnya lebih rapi dan masuk kedalam celana, serta dia membawa tas ransel, bukan tas selempang yang sudah menjadi ciri khasnya itu.
"Oh, tidak apa-apa Aslan. Silahkan duduk ke kursimu." jawab Pak Miswar setelah dia "sadar".
"Terima kasih, pak!" Aslan berjalan kekursinya lalu duduk tanpa memperdulikan yang lain sedang menatapinya seperti orang bodoh. Tapi raut wajahnya berubah sendu saat melihat kursi kosong disampingnya. Sepertinya itu kursi Arum.
***
Selama dua hari Arumi akan tetap dirumah hingga prosedur pemindahan sekolahnya selesai. Arumi tahu bahwa ayahnya masih dirumah sakit. Bayangkan betapa bosannya dia berada dirumah besar sendirian. Rumah ini lebih luas daripada condominium tempat tinggal mereka di Jerman.
Setelah makanan yang disiapkan bibi Surti ludes disantapnya, Arumi berniat untuk berkeliling melihat seisi rumah. Arumi melihat kolam, mini teater, tempat fitnes dan musholla kecil disamping. Keempat tempat itu sepertinya sudah lama tak terpakai. Sekarang Arumi penasaran dengan kamar-kamar yang ada didalam.
Kamar tamunya ada dua, namun Arumi hanya melihat-lihat sebentar karena dia merasa tidak ada hal menarik untuk di jelajahi dikamar itu. Saat berhenti dikamar ayahnya, terbersit difikiran Arumi untuk mencari sesuatu didalamnya.
Arumi membuka lemari pakaian, namun nihil tak ada isinya. Masih belum puas, Arumi membuka laci yang ada disamping kasur. Isinya hanya buku. Arumi ingin menutup laci itu namun tak jadi karena buku yang berada ditengah-tengah bukanlah buku ilmiah atau karya non fiksi kesukaan ayahnya. Itu album foto.
Dengan mengendap-endap, Arumi melarikan Album foto itu ke kamarnya lalu mengunci pintu dari dalam. Arumi menarik nafas dalam-dalam sebelum mengetahui wajah yang sedang dicarinya dikumpulan foto itu.
Foto yang terlihat pertama kali adalah foto seorang bayi. Dengan sekali lihat, Arumi langsung tahu kalau itu adalah foto ayahnya. Foto-foto berikutnya diisi dengan kenangan masa kecil ayahnya hingga dia mulai dewasa.
"Daddy memang uda ganteng dari dulu". pujinya.
Mata Arumi terbelalak saat melihat potret seseorang yang dicarinya dihalaman berikutnya. Didalam foto itu Iqbal memakai baju pengantin sepertinya sedang membaca ijab qabul, wajah perempuan disamping ayahnya tidak jelas karena dia menunduk. Arumi membuka halaman selanjutnya dan dia menitikkan airnata karena akhirnya wajah ibunya terpampang sangat jelas dimatanya. Begitu ayu dan cantik.
"Mama.." isaknya. Arumi menyeka airmatanya lalu melihat foto berikutnya, itu adalah foto sebuah pantai tapi Arumi tidak tahu dimana itu. "Apa itu Bali?" fikir Arumi.
Foto selanjutnya, saat kedua orang tuanya naik perahu kecil berdua, foto Iqbal diatas kapal phinisi, foto Nina yang mencium pipi Iqbal di tepi pantai dimalam hari dan yang terakhir, foto USG. Arumi heran dengan foto itu, karena janin yang terekam tidak hanya satu. Tapi ada dua, jadi..
"I'm twin? But, daddy never told me.." tebak Arumi bingung.
"Tunggu dulu!" Arumi membuka halaman sebelumnya dan menatap lekat-lekat wajah ibunya itu. Rasanya tak asing, Arumi yakin dia pernah bertemu dengan perempuan yang ada difoto itu.
Arumi memutar otaknya mencoba mengingat-ingat dimana dia bertemu dengan wajah itu. "Dari bandara, aku langsung ke rumah sakit." ujarnya.
"Rumah sakit?? Aku ingat sekarang "
***
Aslan berhasil membuat dirinya menjadi pusat perhatian dalam sehari karena revolusi yang dilakukannya hingga pulang sekolah. Semua orang heran karena Aslan lebih fokus pada pelajaran hari ini tanpa membuat masalah sedikitpun. Saat bel tanda pelajaran berakhir Aslan bergegas menuju parkiran dan melajukan motornya setelah keluar dari sekolah.Rifki memperhatikannya sejak tadi pagi, dan berniat untuk membuntutinya dari belakang. Apa dia sanggup menyamai kecepatan Aslan?
Aslan menghentikan motornya tepat didepan toko buku dipusat kota, dan masuk kedalam. Rifki yang mengawasinya dari jarak 15 meter tak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. Seorang Aslan masuk toko buku? Apa dunia mau kiamat?
Aslan langsung menuju rak tempat novel-novel terbaru disusun. 2 minggu yang lalu Arum pernah mengatakan kalau novel yang yang ditunggu-tunggunya akan diluncurkan tanggal 15 Oktober, dan dia sangat ingin membeli novel itu. Namun, waktu berkata lain saat ini Arum bahkan tidak terbangun untuk bisa pergi kesini. Aslan akan melakukannya demi Arum. Dan sejujurnya perubahan drastis Aslan pun dikarenakan Arum.
"Apa salahnya menjadi orang baik?" perkataan itu masih terngiang ditelinga Aslan. Kala itu Arum dan Aslan masih baru-baru kenal, mereka didekatkan oleh tugas yang menunjuk mereka sebagai satu kelompok. Arum kewalahan untuk berkomunikasi dengan Aslan karena Aslan selalu memasang tampang garangnya pada Arum. Akhirnya Arum yang tidak tahan dengannya tanpa sengaja meluncurkan kata-kata nasihat yang saat itu terdengar menjengkelkan ditelinga Aslan.
"Mengapa aku berubah saat kau tidak bisa melihat perubahanku ini?" sesal Aslan.
Dia sudah menemukan novel yang dicari hanya dalam sekejap. Novel itu berjudul " Salju dan Air". Sontak Aslan teringat dengan ucapan Arum yang diarahkan kepadanya.
"Kau itu sebenarnya air, tapi hatimu sangat dingin hingga kau beku seperti salju. Kau salju yang bertahan di puncak gunung Everest. Sangat tinggi, dan tidak mungkin mencair. Kau hanya akan kesepian, yakinlah padaku. Apa salahnya menjadi orang baik? Jatuhlah dari puncak itu, lalu mencair meskipun sakit. Karena saat kau menjadi air, kau bisa mengalir kemanapun."
Dan yang dilakukan Aslan saat itu adalah membentak Arum hingga dia menangis. Jahat sekali. Aslan dikagetkan saat membaca nama pengarang dari buku itu, Arum Anindita Said.
***
Arumi tidak sabar ingin menjumpai ayahnya yang berada dirumah sakit. Tapi saat sampai disana, ayahnya sudah pergi entah kemana. Arumi segera membuka layar ponselnya dan melihat tanggal.
"Sekarang tanggal 15 Oktober, apa ayah akan menyendiri lagi? Ada apa dengan tanggal ini?"
***
Iqbal sedang menenangkan diri di mesjid Istiqlal hingga Ashar nanti tiba. Sama seperti kebiasaannya selama belasan tahun di Jerman setiap tanggal 15 oktober. Jika dia tidak bercerai dengan Nina, mungkin saja mereka sedang merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 16 tahun ini. Namun khayalan itu tidak akan pernah terjadi lagi.
"Aku merindukanmu, seandainya Allah mempertemukan kita walau sekali saja.."
#tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal