Malam sangat indah, meski dilewatkan Iqbal begitu saja karena dia tidak sempat lagi memandangi bintang yang berhamburan dilangit seolah tak ada batasnya dan tak berhenti kerlipannya kepada dirinya dan semua orang. Iqbal lebih fokus menatap sorotan lampu kendaraan, rambu lalu lintas dan arah jalan supaya cepat sampai kerumah mereka. Dia sangat beruntung jalan yang biasanya macet sekarang seperti memberikannya ruang untuk bergerak. Hanya dalam waktu setengah jam Iqbal sudah sampai dirumahnya namun Nina tidak lagi terbaring dikamarnya karena sebuah ambulans telah membawanya kerumah sakit yang baru saja lewat dari depan Iqbal.
"Ayah... mama udah diambulans!" Teriak Arumi didepan pagar, dia sudah bersiap-siap ingin menyusul dengan sepeda motornya.
"Kamu tunggu papa, kita naik motor saja."
"Ya pa!! Cepetan, aku nunggu disini saja ya pa...!"
Iqbal mengiyakan lalu segera memasukkan mobilnya kedalam bagasi. Iqbal sengaja naik motor agar lebih mudah menembus kemacetan yang mungkin saja terjadi agar mereka tidak terlambat.
Sementara didalam mobil ambulans Nina sudah berteriak kesakitan karena kontraksi diperutnya. Arum yang melihat kondisi Nina merasa sedih dan takut hingga dia menangis, tak henti dipeganginya tangan mamanya yang sudah berkeringat agar Nina mendapatkan dukungan dan kekuatan darinya.
Lagi-lagi jalan lengang dan tak ada tanda-tanda kemacetan hingga mobil ambulans itu bisa melaju lurus dengan cepat. Masih didalam mobil, kepala bayi Nina yang pertama sudah muncul dan suara tangisannya sudah terdengar. Saat itu mereka sudah berada didepan rumah sakit. Mereka memutuskan untuk tidak menurunkan Nina hingga tubuh bayinya sepenuhnya keluar. Bidan yang langsung dipanggil salah satu perawat berlari kedalam mobil ambulans untuk membantu Nina melahirkan.
Keadaannya sangat tegang karena Nina kehabisan banyak darah. Seseorang diperintahkan untuk membawa kantung darah dan peralatan lainnya agar Nina bisa diatasi didalam mobil ini. Perawat itu benar-benar cekatan, tak perlu menunggu lama-lama semua yang dibutuhkan sudah mereka pasang. Iqbal sudah datang dan bingung mengapa Nina tidak diturunkan lalu dibawa keruangan untuk diatasi? Iqbal melihat Arum turun dari mobil dan langsung memanggilnya.
"Papa, adek uda mau keluar...!" Teriak Arum.
Kebahagiaan terbuncah didalam dada Iqbal saat tahu anaknya akan lahir. Dengan cepat dia berlari kedalam mobil untuk melihat anak-anaknya yang akan melihat dunia untuk pertama kalinya, memeluknya, mendengar tangisannya dan mengumandangkan azan ditelinga bayi-bayi cantiknya itu. Perasaannya menjadi hangat dan terharu saat membayangkan itu, sama seperti perasaannya ketika Arum dan Arumi lahir dulu.
"Mas...!" Ucap Nina pelan dan setengah merintih karena kesakitan saat melihat Iqbal masuk kedalam mobil itu.
Iqbal tak bisa menahan tetesan air yang hendak keluar dar pelupuk matanya dan membiarkannya jatuh mengaliri pipinya. "Kamu harus kuat sayang!! Anak kita akan lahir, kita sangat menyayangi mereka jadi jangan menyerah Nina..!" Bisik Iqbal ditelinga kemudian mencium keningnya.
Lalu masa-masa menegangkan itu pun tiba, Nina berteriak dengan sangat keras hingga Arum dan Arumi yang menunggu diluar cemas dan ketakutan. Tangisan itu makin jelas terdengar hingga bayi Nina berhasil keluar seutuhnya. Mereka langsung mengucapkan syukur namun ini belum selesai karena Nina harus mengeluarkan yang satunya lagi. Nina sudah lemas dan hampir pingsan namun seakan ada kekuatan yang mendorongnya untuk tetap sadar hingga bayi yang kedua juga lahir.
Fauzi sudah hadir disana karena Aisyah juga sudah melahirkan anak keduanya 3 hari yang lalu dirumah sakit ini dan dia masih dirawat inap. Wulan, Aisyah juga Nina melahirkan dibulan yang sama, apakah di Indonesia selain musim dingin dan panas juga ada musim melahirkan?
***
Dengan suara yang gemetar karena haru Iqbal mengumandangkan azan ditelinga kedua putrinya itu secara bergantian. Nina yang memandangnya merasakan betapa beruntungnya dia memiliki Iqbal hingga dia menyesal pernah memutuskan untuk berpisah dengan Iqbal dahulu. Tak habis kata syukur didalam hatinya karena Allah sudah menyatukan mereka kembali meskipun sudah terpisah dengan jarak yang jauh dan waktu yang cukup lama.
"Danke (terimakasih)." ucap Iqbal sambil meneteskan airmata lalu menciumi kedua tangan istrinya itu. "Terimakasih karena telah kuat dan bertahan untuk anak kita."
"Iya mas.. !" Ucap Nina sembari menengadahkan kedua tangannya untuk mendapat pelukan yang langsung diberikan Iqbal kepadanya. Arum dan Arumi melihat pemandangan itu dari luar mobil karena didalam ambulans itu sudah sangat padat oleh dokter dan suster yang mendampinginya.
"Sampai kapan mama disitu terus?" Tanya Arumi tiba-tiba.
Arum mengangkat bahunya sambil menggeleng-geleng. "Tenang aja dong Mi... paling bentar lagi. Gak mungkin kan mama dirawat di mobil ambulans."
"Hehehe.. iya sih..! Haahh... gak sabar nunggu adek-adek kita gede. Ya kan hasan..!"
"Kalau mereka besar, mama masih sayang sama Hasan nggak?" Tanya Hasan polos, membuat Arumi dan Arum tercengang.
"Ya iyalah adekku sayang...!" Jawab Arum langsung sambil kemudian mengangkat Hasan kedalam pelukannya." Mama, papa dan kakak sayang sama Hasan seeeelamanyaa...!" Dia mencium pipi tembem Hasan dengan gemas.
Sementara Arumi berfikir bagaimana kalau nantinya Hasan mulai mengerti kalau mereka tidak seayah?
***
3 tahun kemudian......
Arum dan Arumi sudah kuliah semester 3 di salah satu univrrsitas di Jakarta dengan jurusan yang berbeda. Arum yang berjiwa tenang dan elegan memilih untuk menjadi seorang desainer karena dia ingin menjahitkan baju pengantin untuknya dan Arumi jika mereka menikah nanti. Rencananya sih keduanya ingin menikah dihari yang sama namun sepertinya sulit jika sampai sekarang Arum belum membuka dirinya untuk orang baru.
Jika Arum memilih menjadi desainer, Arumi memilih untuk kuliah perhotelan karena dia ingin bekerja diperusahaan papanya dan tertarik dengan bisnis properti, mungkin karena selama ini dia lebih lama tinggal bersama ayahnya.
Ponsel dikamar Nina berdering saat dia baru saja selesai memandikan sikembar Elsa dan Anna. Nama itu adalah pemberian Arum dan Arumi karena mereka berdua sangat suka dengan film disney berjudul Frozen. Sesuai nama mereka, Elsa lebih pendiam sedangkan Anna sangat periang dan tidak bisa diam walau hanya semenit saja. Sementara mereka sedang bermain dengan Hasan diruang tamu, Nina segera berlari mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenal itu.
"Halo!" Ucapnya.
"Halo... dengan ibu Nina!" Suara laki-laki dan sangat berat, Nina seperti pernah mendengar suara ini tapi siapa yah?
"Iya, maaf anda siapa?"
"Ini adalah kejutan jadi aku tidak bisa memberitahu sekarang.. seminggu lagi aku akan muncul, jadi bersiaplah..!"
"Maksudnya..?? Tut tut tut tut..!" Tiba-tiba Nina merasa heran dan takut. Siapa yang menelponnya tadi? Apa ada hubungannya dengan masa lalunya? Nina bahkan tidak punya musuh dimasa lalu. Jadi siapa dia?
"Arrggggghhh!" Bergema suara teriakan Elsa yang jarang terdengar dari ruang tamu hingga kekamar Nina. Nina panik, jangan-jangan...
#tbc
Mood lagi baik untuk menulis jadi tidak ditunda sama sekali..
Jangan lupa coment dan votenya yah teman2 reader semuanya..Besok update lgi.. janji..
Maaf yah semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomansCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal