Nina POV
" Butuh tumpangan?"
"Ya ampun.. Dia lagi, dia lagi. Bisa ribet kalo Rahma dan Fatin ngeliat aku dengannya. Aku harus bilang apa ini?" Batinku.
"Engg... Aku..."
"Nina!!!" Ucapanku terhenti karena suara yang ku kenal memanggilku.
" Azhari???" Syukurlah.. Aku punya alasan sekarang untuk menghindari om-om ini.
"Maaf ya Om, saya udah dijemput sama teman."
"Okay... !" Jawabnya lalu melajukan mobilnya meninggalkan kami dengan mimik yang tidak bisa kuartikan. Apa dia marah padaku?
Azhari, dia temanku dari SD. Aku sangat dekat dengannya. Sampai semua orang iri melihatku. Karena dia tidak memandang rendah padaku meskipun aku ini low profile, bukan kaum jet set seperti mereka.
"Azhari, lo ngapain disini? Bukannya lo ada di Bandung?"
"Gua gak jadi kuliah. Nganggur dulu.."
"Apa??? Tapi kenapa?"
"Gua mau ke luar negeri... " jawabnya senang.
"Luar negeri? Kenapa?"
"Kenapa? Lo sedih gua pergi? Tenang aja, gua cuma pergi setengah tahun kok. "
"Sedih? Aku malah senang karena si kunyuk yang suka gangguin garis ketenangan di hidupku yang indah akan hijrah.. Walau sementara."
"Ih.. Lo kok gitu amat Nina? Gak ada sedih-sedihnya berpisah sama gue." Dia menyikut lenganku. Aku tertawa lepas. "Gimana bokap lo? Dia sudah sehat?"
"Ayah? Ayahku gak kenapa-kenapa kok ri. "
"Tunggu dulu, tapi kemarin gue ngeliat bapak di rumah sakit pas nganterin nyokap gue check up."
"Lo salah lihat kali ri. Ayah gue lagi di Medan menghadiri pesta pernikahan temannya." Aku tak percaya dengan ucapan Azhari.
"Gue yakin gak salah liat. Ayo kita kesana. Gue anterin biar lu percaya.." Aku setuju untuk memastikan kebenarannya.
***
Iqbal POV
"Siapa laki-laki tadi? Pacarnya? Tapi apa peduliku." Aku segera menepis bayangan gadis itu. Nina, dia tidak begitu cantik.. Tapi kenapa dia terus berputar-putar di dalam kepalaku? Aku mungkin sudah gila karena terlalu lama melajang.
Aku sudah berjanji pada kedua orang tuaku bahwa dalam 2 bulan ini aku akan memperkenalkan calon istriku kepada mereka. Aku butuh bantuan seseorang sekarang. Tapi, bantuan siapa? "Hendra". Yah, mungkin dia bisa membantuku.
***
"Lo mau cari jodoh?" Tanya Hendra saat kami sudah bertemu di Cafe Midsummer .
"Iya Dra. Kalo gua sendiri yang nyari paati susah."
"Lo sih bray. Lo udah punya Aisyah dulu tapi lo lepasin gitu ajah. Sekarang pusing lo kan. Gak nyangka seorang CEO besar ngelakuin hal kecil seperti ini ajapun gak bisa." Ejeknya.
"Lo mau bantu apa nggak?. Kalo nggak, gua pulang aja. Don't waste my time."
"Santai Iqbal. Gue pasti bantu. Ini free. Gak pake bayar. Karena lo teman gue dari masih orok."
"Lo udah ada calon?"
"Sepertinya, ada satu yang cocok." Ucapnya yakin.
***
Nina POV
Azhari membawaku kesebuah ruangan yang ada dilantai dua. Di kamar flamboyan ini dia yakin telah melihat ayahku kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal