Confused

24.3K 1.1K 7
                                    

Nina POV

"Loh, Iqbal? Kalian berdua saling kenal?" Kak Aisyah sepertinya mengenal Iqbal.

"Iya!" / "Tidak!" Kami menjawab secara bersamaan, tapi hanya aku yang menyangkal.

"Ada apa ini?" Tanya kak Aisyah.

"Nggak ada apa-apa kok kak! Lebih baik kita pulang. Ayo...!!!" Aku menarik tangan kak Aisyah menjauhi laki-laki itu supaya dia tidak bertanya lebih banyak. Tapi Iqbal menahan tangan kiriku. Apa sih maunya? Kalau dia begini, mereka bisa tahu masalah diantara kami.

"Lepasin!" Pintaku. Perlahan dia melonggarkan genggamannya dan melepaskan tanganku. Aku membawa kak Aisyah meninggalkannya yang masih diam ditempatnya berdiri. Mataku berkaca-kaca, tapi aku tak ingin menangis. Aku tidak ingin dia menganggapku perempuan lemah. Dia bukan lelaki yang baik, tidak pantas kutangisi.

***

"Kau mengenalnya kan?" Tanya kak Aisyah lagi saat kami sudah berada dalam taxi.

"Cuma kenal begitu aja kak. Sering berpas-pasan dijalan."

"Benarkah? Wajahnya frustasi banget waktu kamu tinggalin dia. Kalau memang kalian kenalan biasa aja, kenapa dia bertingkah seperti itu?
Nina, kakak sudah kenal Iqbal dari dulu... Kakak yakin ada sesuatu diantara kalian."

"Dari dulu? Temenan?" Kak Aisyah menggeleng.

"Dia itu mantan pacar kakak."

"APA???"

"Iyah.. Tapi jangan sampai mas Fauzi tau. Karena kakak sudah jujur, sekarang giliran kamu yang kasih tau kakak, kalian itu ada masalah apa?" Aku belum siap menjawabnya. Kualihkan pandanganku ke jalan dan berharap kak Aisyah mengerti.

"Ok! Temui kakak kalau kamu sudah siap untuk ceritain semuanya. Tenang aja. Hanya kita saja, mas Fauzi tidak akan tahu hal ini."

"Ma kasih ya kak!!" Aku memeluknya erat dan menumpahkan kesedihanku hingga bajunya basah.

***

"Nina kenapa lagi? Matanya sembab begitu." Tanya bang Fauzi sembari meminum teh di ruang tamu. Aku menaruh belanjaan didapur.

"Biasa mas, kemasukan debu waktu kami mau manggil taxi."

"Oh, bilang sama Nina di kotak P3K ada obat tetes mata. " kak Aisyah berbohong demi aku.

"Iyah mas!"


***

Iqbal POV

Perempuan ini semakin gencar mencari perhatian didepan mama, apalagi mama sudah terlanjur suka dengannya dan malah mengajaknya makan malam dirumah sekarang. Aku sudah salah mengambil keputusan. Entah kenapa, saat ini aku hanya memikirkan Nina.

Lamunanku buyar saat HP Elsa berdering diatas meja makan. Ekspresinya berubah, siapa yang menghubunginya.

"Permisi tante, saya keluar dulu, mau terima telpon dari teman."

"Kalo cuma dari teman, bicara disini saja."

"Udah Iqbal, biarin. Mungkin Elsa butuh privasi." Bela mama. Elsa tersenyum manis dan terburu-buru keluar rumah.

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang