"Mas Iqbal?"
"Kau sudah ingat? Tanya Iqbal bersemangat. Seolah-olah dia sedang mendapat hadiah Yang berharga ketika Nina menyebut namanya.
"Aku.." Nina menggantung ucapannya dan tampak berfikir. "Tidak, Aku tidal mengingat apapun." Suaranya berubah dingin. Tangan Iqbal Yang tadinya memeluk tubuhnya berangsur longgar dan terlepas dari Nina.
"Benar begitu? Dont you dare to try to make me like a fool! Katakan kau sudah mengingatnya. Tolong Nina, jangan membuatku gila"
" Kumohon pergilah!!
"Apa?"
"Tinggalkan aku mas. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri."
"Waktu? Dulu kau pernah bercerita tentang waktu padaku. Tapi, sekarang masih belum cukup bagimu."
"Aku tidak mengerti apa yang mas katakan! Tolong, pergilah dari sini.!"
"Jadi, itu yg Kau inginkan? Baiklah. Maafkan Aku Karena sudah mengganggumu, nyonya Said.!" Ucap Iqbal lalu keluar meninggalkan Nina. Dia memperhatikan Iqbal menghilang dibalik gang dengan mata berkaca-kaca.
Lelaki itu, sangat hancur hatinya namun wanita itu menghancurkan hatinya sendiri.
Ponsel Nina berdering keras berulang-ulang tapi tak disadarinya, hingga suara gemuruh diiringi tangisan Hasan membuyarkan lamunannya.
"Astaghfirullah!" Ujar Nina sambil menyeka airmatanya. "Hasan sayang, kamu kaget ya nak?" Tanya Nina lalu memeluk Hasan yang sudah terbangun dan terus merengek.
Ponsel Nina berdering lagi, Rifki sudah berkali-kali meneleponnya. Nina langsung menyambar ponselnya dan mengangkat telepon itu dengan firasat tak enak.
"Halo!"
"Halo Bi, bibi harus kerumah sakit sekarang!" ujar Rifki dengan suara gemetar.
"Apa yang terjadi Rif??"
"Arum..Arum masuk ICU lagi bibi."
Lutut Nina langsung lemas saat mendengar berita itu. Dia sudah tak mampu berkata-kata lagi. Nina mengumpulkan kekuatannya untuk mampu bangkit dan pergi kerumah sakit bersama Hasan sekarang.
***
Nina berlari sambil menggendong Hasan setelah turun dari taxi dan segera masuk ke dalam rumah sakit. Fisikya masih lemah, tapi Nina harus kuat karena Arum sedang membutuhkannya sekarang.Setelah bertanya pada bagian administrasi, Nina meneruskan langkahnya menuju lift. Nina berulang kali memencet tombol lift itu karena tidak sabar dan akhirnya merasa lega saat pintu lift sudah terbuka. Pintu itu hampir saja tertutup namun seseorang menahannya hingga pintu lift terbuka lagi. Iqbal!
Keduanya sama-sama terkejut saat bertemu dan semakin canggung saat mereka sudah berada di lift yang sama. Iqbal bisa melihat dengan jelas sisa airmata di sudut mata Nina dan pipinya, Nina terlihat sangat terpukul. Rasanya Iqbal sangat ingin berbagi pundaknya kepada mantan istrinya itu namun dia ragu karena Nina pasti menolaknya.
Akan tetapi, perasaannya sudah tak bisa ditahan lagi. Iqbal sudah tau kabar tentang Arum, anaknya. Tentu saja Iqbal juga merasakan kesedihan yang sama dengan Nina. Perlahan-lahan suara isakan Nina terdengar ditelinganya dan luluh sudah pertahanan Iqbal. Dia sudah tak kuasa lagi untuk meredam keinginannya merengkuh tubuh Nina. Tanpa adanya penolakan, Nina membiarkan dirinya menangis dipelukan Iqbal hingga pintu lift terbuka dan mereka sudah sampai dilantai 5.
Sambil terus memapah Nina yang lemas, Iqbal menggendong Hasan dan membawa mereka menuju ruang ICU. Tak pernah terbayangkan olehnya, waktu sudah mendekatkan mereka berdua disaat-saat sulit seperti ini.
Keduanya terperangah karena didepan ruang ICU sudah banyak teman-teman Arum berdatangan. Mereka menyaksikan Nina dan Iqbal dengan penuh tanda tanya akan siapa pria yang sedang merangkul Nina sekarang. Iqbal mencari sosok Arumi tapi dia tidak ada diantara orang-orang itu. Bagaimana jadinya jika Nina bertemu dengan Arumi? Iqbal bertambah kekhawatirannya saat memikirkan itu.
"NINA!" Suara Fauzi terdengar nyaring dibelakang mereka dan secara refleks Nina melepaskan tangan Iqbal.
Fauzi yang tampak berang berniat ingin melabrak Iqbal tapi Aisyah menarik sebelah tangannya dan berusaha meredakan emosi Fauzi.
"Apa yang kau lakukan disini, orang asing. Aku sarankan kau untuk pergi dari sini atau.."
"Apa? Atau apa?" Potong Iqbal. "Tidak ada yang bisa melarangku untuk melihat anakku. Termasuk dirimu!"
"Anak? Lalu menurutmu adikku itu apa? Istrimu? Beraninya kau meletakkan tanganmu ditubuh adikku." Fauzi sepertinya sudah lepas kendali hingga tak mempedulikan teman-teman Arum yang menonton pertengkaran mereka
Nina berdiri terpaku, dengan lutut yang gemetaran. Kepalanya sakit sekali, dan ubun-ubunnya seperti akan meledak.
"Maaf, aku tak berminat untuk berdebat denganmu dan menelantarkan anakku didalam sana. Dia butuh orang tuanya, ingat itu!"
"Oh, setelah sekian lama kau pergi, mengapa baru peduli padanya sekarang? Buang omong kosongmu itu jauh-jauh, pak Iqbal. Anda sudah tak punya tempat disini, jadi pergi dan tinggalkan kami.
"Aku tidak pernah berniat untuk menelantarkan mereka, tapi kalian yang selalu menyembunyikan mereka dariku. Kalian sengaja membuatku hampir gila, dan harus membayar seorang psikiater untuk mencegah kegilaanku ini. Kalian masih belum puas melihatku tersiksa? Ayo Nina, ikutlah denganku!" Iqbal mencoba untuk meraih tangan Nina namun Fauzi segera mendorongnya hingga Iqbal tersungkur kelantai, terdengar suara jeritan histeris dari teman-teman Arum karena kejadian itu. Iqbal meringis kesakitn, tapi dia berusaha bangkit lagi.
"Sudah kukatakan berulang kali, jangan pernah menyentuh adikku. Pergi dari sini, sebelum kesabaranku habis. Nina tidak mengingatmu lagi, jadi jangan berharap dia akan menerimamu. Kau hanya hanyalah.."
"DIAMM!!!" Teriak Nina dengan nafas yang saling memburu. Dia melangkah melewati Fauzi dan menuju Iqbal lalu menarik tangannya.
"Aku sudah ingat semuanya! " Ujar Nina pelan disamping Fauzi. Sontak Aisyah dan Fauzi terkejut saat mendengar itu. Berbeda dengan Iqbal, sedikit senyum tersungging dibibirnya. Iqbal mengganti posisi mereka, kini Iqbal yang menggenggam tangan Nina menerobos kerumunan orang dan berjalan menuju ruangan dokter yang merawat Arum.
"Arumi ada disini!" Ucap Iqbal.
"Arumi? Dimana Arumi?"
#tbc
Jgn lupa voment nya yahhhh.
Maaf telh mengecewakan klian krna baru update sekarang.Mian, saranghae...
PROMOTE!!!!! Baca yah novel baruku yg berjudul When We Became Stranger. Semoga kalian suka!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomansaCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal