Cafe, Malam lagi

37.6K 1.4K 13
                                    

Nina POV

Hari kamis sudah tiba. Hari ini akan sibuk sekali karena tamu VIP dari luar kota akan berkunjung ke restoran tempatku bekerja. Nervous, itulah yang kurasakan saat ini. karena aku baru saja bekerja disini selama 4 hari. Aku takut membuat kesalahan nanti.

"Nina, semangat!" batinku. Kulihat sisil sedang memakai seragamnya diruang ganti.

"Sisil, lo gugup gak?" tanyaku sambil menaruh tasku di loker.

"Udah biasa Nina, kami sudah biasa melayani tamu-tamu besar. tapi, yang kali ini sepertinya lebih berkelas."

"Emangnya, tamu VIP kali ini siapa?"

"Mereka itu pengusaha-pengusaha properti dari 10 kota di Indonesia. Dan satu orang, itu berasal dari Jerman. Dialah CEO tertinggi di perusahaan itu."

"Owhhhh....!! Duh, aku jadi gugup nih". Aku menyentuh kedua pipiku yang seakan membeku.

"Berdoalah Nina!" ujarnya dengan tersenyum simpul sambil berlalu meninggalkanku.

"Huacchim!!" Wah, sepertinya fluku belum sembuh sejak 2 hari yang lalu.

***

"Alhamdulillah, aku tidak diberi tugas untuk melayani mereka" Batinku lega. Para seniorku lah yang mengambil alih, dan kami para junior disuruh memperhatikan mereka dari balik kaca ruangan ini.

Satu persatu tamu besar itu berdatangan. Kak Putra menyambut mereka dengan ramah. dia memang profesional dan berwajah menarik. Wajar saja banyak staf perempuan disini yang suka padanya. daripada melihat wajahnya seperti yang dilakukan gadis-gadis lain disampingku, aku lebih suka memperhatikan raut wajah tamu yang datang. Apakah mereka senang atau tidak.

Wajah yang terakhir datang mengagetkanku.

"Om itu?" Ucapku tanpa sadar.
"Om yang mana nina?" tanya Fatin.
"Nggak, aku salah lihat." jawabku berbohong.

"Apa yg dilakukannya disini?" gumamku. Dia memakai setelan jas hitam yang terlihat sempurna di badannya. Sepertinya dia potong rambut, karena malam itu rambutnya lebih panjang. Bulu-bulu tipis di pipinya pun sudah dicukur. Dia....tampan.

"Ganteng banget...." Ucap Fatin. Aku melihat arah pandangannya. Dia menatap orang yang sama.
"Iyah Fatin, kayak artis hollywood deh" sambung Rahma.

"Hussss.... supervisor kita lagi mengawasi dibelakang tuh, lebih baik kalian tenang!" Saranku.

Mereka tampak serius membicarakan hal yang sangat penting. Tapi saat makanan datang ekspresi mereka berbeda, yang tadinya serius sekarang lebih santai. Mereka memang profesional.

"Rahma, aku kebelakang dulu yah.. kebelet." ujarku pelan. Dia mengangguk sebentar. Aku segera ke kamar mandi takut kelepasan.

***

"Hahhhh, syukurlah!" ucapku lalu membuka pintu toilet.

"Uwaaahhhh!!!" aku terkejut bukan kepalang, om-om kemarin berdiri tepat di depanku.

"Hei, nice to meet you, again!" sapanya.

"Eh, om ngapain disini?" tanyaku kikuk.

"Jadi kamu kerja disini?" tanyanya balik.

"I-iya om. Masalah jasnya, nanti ku kembalikan" aku gugup sekali sehingga aku tak mampu menatap matanya.

"Oh, jas itu, saya gak masalah kok. Simpan aja.."

"Huaaahhhh,,, aku meleleh.." fikirku. ini sebuah keberuntungan memiliki jas dari orang terkeren disini. Aku menendang fikiran aneh ku itu jauh-jauh. "Jangan berurusan dengan orang kaya!" fikirku. Mereka suka berbuat seenaknya.

"Kalau begitu, saya permisi om!" ucapku sopan sambil sedikit menunduk.

"Hey Nina!!!" teriaknya.

Aku berbalik

"o-o-om tau namaku dari mana?"
"Itu di nametag mu..!!" jawabnya sambik tersenyum simpul.

Aku senang.. tapi....oh tidak! ini tidak bisa terjadi. Aku tidak mau dikatakan perayu Om-om. mungkin dia sudah punya istri dan 3 anak sekarang. tidak bisa, aku tidak bisa tertarik dengannya. "Ya Tuhan...selamatkan aku!!!!!"

Sesampainya didapur Fatin dan Rahma langsung mencegatku. Mereka sepertinya tahu sesuatu.

"Ada hubungan apa lo dengan laki-laki itu Nina?" Tanya Fatin.
"Iyah, Nina, lo ngobrol sama dia tadi kan?" Sambung Rahma.

"Nggg... Laki-laki yang mana yahh?" Tanyaku pura-pura.

Rahma menepuk jidatnya lalu menatapku kesal. "Udah deh Nin, gak usah ngeles. Tadi pas kami ngebuntutin laki-laki itu, kami ngeliat lo ama dia ngobrol panjang lebar. Hayo ngaku...!"

"Oh... Dia. Cuma pernah ketemu dijalan kok. Udah dulu yah. Nanti kita dimarahi pak bos."

"Hey Nina, jangan kabur. Jelasin dulu." Teriak Fatin. Aku tidak memperdulikan mereka. Beruntung tamu-tamu VIP tadi sudah pulang. Kalau tidak, aku pasti merasa tidak nyaman.

"Pelayan!!" Seorang pelanggan memanggilku. Aku harus fokus. Jangan biarkan hal kecil ini merusak kinerjaku. Bisa-bisa gajiku dipotong nanti.

***

Iqbal POV

"Gadis yang aneh." Fikirku sambil melihatnya pergi. "Apa dia menghindariku?"

"Iqbal??" Suara wanita memanggilku. Aku menoleh dan tak percaya apa yg kulihat saat ini.

"Aisyah?" Dia tersenyum. Syukurlah, dia terlihat lebih bahagia.

"Ini suamiku, Fauzi. Mas, ini Ikbal teman SMA ku dulu." Aku maklum dia tidak menjelaskan lebih detail hubungan kami.

"Iya.. Aku sudah tahu." Ujar Fauzi.

"Kami sempat bertemu saat resepsi pernikahan kita. Sepertinya waktu itu kamu terburu-buru." Ucapnya tenang.

"Aku mau berangkat ke Jerman, jadi aku tidak bisa lama-lama. Aku minta maaf. Kalian sudah punya anak?"

Keduanya hanya diam saat kutanyai. Apa ada yang salah?

"Belum. Rezekinya datang agak telat." Jawab Aisyah.

"Maaf, aku tidak bermaksud..."

"No problem. Kami sudah terbiasa kok." Potong Fauzi. "Ayo gabung sama kami makan malam." Ajaknya. Aku ragu untuk menolak. Padahal barusan aku sudah makan.

"Oke." Jawabku.

***

"Terima kasih udah mentraktir kami." Ucap Fauzi.

"Gak usah sungkan, lain kali, gantian..direstoran yang lebih mahal kalo bisa.."ucapku bercanda...

"Hahaha, ternyata CEO sepertimu humoris juga yah.." Ujarnya.

Kami berjabat tangan sebentar, lalu mereka masuk kedalam mobil. Aku iri pada Fauzi. Dia terlihat perhatian dan protektif pada Aisyah. Dan aku bukan laki-laki seperti itu.

Segera kunyalakan mesin mobilku dan baru saja akan keluar dari parkiran tapi orang yabg berjalan kaki ke luar restoran sambik menyandang tas itu menyita perhatianku. Fisiknya terlihat kecil dan lebih kecil jika dilihat dari jauh... Tidak mungkin usianya dibawah 17 karena direstoran ini anak dibawah umur tidak dipekerjakan.

Ku ikuti langkahnya dari belakang dengan pelan sampai dia tidak menyadari pergerakanku. Sampai mobilku berhenti disampingnya. Ku turunkan kaca mobil supaya dia bisa melihatku.

"Om?"

"Butuh tumpangan?"

#tbc

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang