Malam ini Iqbal begitu bersemangat dan tidak sabar menanti Nina keluar dari kamar mandi untuk mengecek apa dia benar-benar hamil dengan testpack yang dibeli Iqbal. Saat menunggu, Arum dan Arumi sudah pulang dengan wajah sumringah. Ada yang berbeda dengan mereka, Aslan berdua dengan Arum dan Arumi dibonceng oleh Jeremy. Sepertinya kesalahpahaman diantara mereka sudah selesai dan Arumi terlihat sangat bahagia malam ini. Dia tidak menyangka Jeremy sudah balik dari Jerman dan mereka bertemu lagi di Indonesia. Kerinduannya terlunaskan keinginannya terkabulkan. Arumi tak berhenti bersyukur kepada tuhan.
"Ehem, kalian baru pulang?" Tanya Iqbal saat dia sudah berdiri di depan pintu. Dia berlagak seperti ayah yang garang.
"Maaf Daddy, jalanan macet!" Jawab Arumi takut. Dia memandang Jeremy dan memberi kode untuk menyalam ayahnya. Tapi sebelum Jeremy, Aslan sudah mendahuluinya.
"Malam Om! Maaf saya tidak mengantar Arum tepat waktu." Ujarnya sopan.
"Saya juga Om.!" Ucapnya lalu menyalam Iqbal.
"Lain kali jangan lewat dari jam 10, mengerti!"
"Ihh.. daddy, kami kan bukan anak SMP lagi!"
"Jangan membantah. Kalian fikir tindak kejahatan itu hanya untuk anak SMP dan dibawahnya? Bagaimana kalau kalian bertemu dengan begal dijalan?"
"Sudah dong mas! Jangan marahin mereka terus, aku yang ngasih mereka izin." Ekspresi Iqbal melunak saat mendengar suara Nina.
"Baiklah, lain kali jangan antar mereka pulang terlalu malam!"
"Iya Om!" Jawab Aslan dan Jeremy bersamaan.
Iqbal berlalu dari sana lalu mendekati Nina untuk mengetahui hasil testnya. Nina tersenyum sumringah, testpack yang dipegangnya diberikan kepada Iqbal. Ada dua garis, artinya..
"YESSS! Alhamdulillah, makasih sayang!" Iqbal memeluk Nina llu mencium pipinya dengan perasaan bahagia meluap-luap.
"Napa daddy?" Tanya Arumi, mereka berempat tidak mengerti apa yang terjadi.
"Mama hamil lagi!" Jawab Nina.
"Waahhh.. congratulation tante, Om!" Ucap Jeremy.
"Iya Om! Selamat! Semoga anaknya tumbuh dengan sehat."
"Aamiin. Makasih ya Aslan, Jeremy Juga."
"Semoga adik kita nanti kembar juga yahh!" Khayal Arum.
"Hahahahaha!" Tawa mereka pecah mendengar harapan Arum.
***
5 bulan kemudian.
Perut Nina sangat besar, tapi dia harus tetapikut mengurus persiapan acara ulang tahun Arum dan Arumi yang ke 17. Iqbal juga masih belum pulang dari Surabaya karena ada pertemuan disana. Alhasil, Nina harus menyewa party planner untuk merancang pesta yang meriah untuk putri-putri cantiknya itu.
Arum dan Arumi memakai gaun mewah hadiah dari Nina untuk malam ini. Dileher Arum, terpasang sebuah kalung berlian pemberian Aslan yang sangat cantik. Awalnya Arum ingin menolak hadiah itu karena kalungnya pasti sangat mahal. Tapi Aslan pasti kecewa jika dia melakukan itu. Sedangkan Arumi bolak-balik memperagakan sepatu yang diberikan oleh Jeremy. Jeremy tau ukuran kakinya, kira-kira siapa yang memberi tahu? Arum tidak akan menyangka kalau Aslan pernah mengintip ukuran sepatunya saat mereka berdua berada direstoran lesehan.
"Arumi, kau cantik sekali memakai sepatu itu!" Puji Arum.
"Iya kak, Jeremy memang punya selera yang bagus. Aku tidak keliru menyukainya."
"Tapi, mengapa kalian belum pacaran juga?"
"Entahlah, dia tidak pernah menembakku meskipun dia tau aku menyukainya. Apa dia nggak menyukaiku kak?" tanya Arumi dengan sedih.
"Dari tatapannya, kakak bisa langsung tau kalau Jeremy menyukainya."
"Ahhhhh... kakak, jangan bikin aku jadi geer deh...!"
"Kakak serius!" Tegas Arum.
Arumi tampak memikirkan ucapan Arum.
***
Pesta ulang tahun Arum dan Arumi berlangsung dengan meriah, Aslan datang dengan mengenakan jas hitam dan memotong sedikit rambutnya. Dia terlihat makin dewasa malam ini, dan pastinya Arum juga tak kalah cantik ditambah dengan kalung pemberiannya yang semakin membuat Arum bersinar dipesta ulang tahunnya. Mereka membuat pasangan-pasangan lain menjadi iri.
Sedangkan Arumi menantikan kehadiran Jeremy yang belum juga muncul dipesta ulang tahunnya. Arum mengetahui kegelisahan Arumi, berusaha meyakinkan Arumi kalau Jeremy pasti datang.
Dan benar, Jeremy memang datang. Tapi dia tidak sendiri. Dia sedang menggandeng seorang gadis yang sangat cantik disampingnya. Mata Arumi jadi perih, dia tidak sanggup menyaksikan pasangan yang sedang berjalan menuju tempat mereka berdiri.
"Selamat ulang tahun Arumi, selamat ulang tahun juga Arum.!" Ucap Jeremy sambil menyalami mereka. Tapi Arumi tidak ingin berjabatan tangan dengan Arumi. Dia berkilah kalau dia ingin pergi ke toilet sebentar. Jeremy jadi merasa ada yang aneh dengan Arumi. Dia tidak mengerti mengapa Arumi menghindarinya.
"Kita harus bicara!" Ajak Aslan pada Jeremy. "Bisa kan gue pinjam cowok lu bentar?" Ucap Aslan pada gadis yang masih menggandeng Jeremy dan seolah tak ingin lepas darinya.
"Lu uda punya cewek?" Tanya Aslan saat mereka sudah menjauh dari Arum.
"Bukan, itu bukan cewek gue. Dia itu anak temennya mama gue, dan dia maksa buat ngikut kesini."
"kalo bukan, mengapa kalian bertingkah seperti itu? Lu kan tau sendiri Arumi suka sama lu? Nggak ngehargain perasaan cewek banget sih lu!"
"Tapi gue kan memang gak berhubungan apa-apa sama Gladys. Dia memang agresif. Sekalipun gue larang dia, dia gak akan ngelepasin tangan gue.!"
"Jadi cowok yang tegas dong bray! Jangan entar lu nyesal!" Ucap Aslan lalu meninggalkan Arum.
***
Esok harinya Arum tidak masuk sekolah karena kecapekan. Arum tau bukan cuma itu alasannya, dan sekarang dia jadi kesal melihat Jeremy yang telah memberi adiknya harapan.
Arumi membiarkan sepatu dari Jeremy tergeletak dilantai tanpa berniat menyimpannya karena Arumi sedang patah hati.
Malamnya Iqbal pulang, tapi anak-anaknya tidak ada yang menyambutnya karena mereka semua sudah tertidur. Hanya Nina yang setia menungguinya pulang meski sudah terkantuk-kantuk.
"Hai sayangku!" Ucap Iqbal kemudian merengkul Nina lalu mengecupnya.
"Kenapa mas lama sekali?" Tanya Nina kecewa.
"Maaf sayang! Lain kali mas akan pulang lebih cepat." Dia membungkukkan badannya agar Nina bisa melepaskan dasinya.
Nina membuka dasi Iqbal dengan pelan-pelan, lalu dengan sengaja dia mengecup dada suaminya yang masih terbalut kemejanya.
"Kau mencoba menggodaku?" Tanya Iqbal dengan suara beratnya. "Sejak hamil, kau makin berani saja. Apa semua ibu hamil seperti ini?" Goda Iqbal.
"Ya sudah kalau gak mau!" Ucap Nina lalu melangkah menjauhi suaminya itu. Iqbal menahannya lalu menarik Nina kedalam pelukannya.
"Aku juga sangat merindukanmu sayang!!" Bisik Iqbal ditelinga Nina. Tangannya mulai bergerak mengelus punggung Nina.
"Jangan disini mas!" Ucap Nina.
"Okay!" Iqbal menggendong Nina kekamar dan tidak peduli dengan berat badannya yang naik sejak perutnya membuncit.
"Kalau kau jadi seagresif ini saat hamil, aku jadi ingin kau hamil setiap tahunnya.!" Ucap Iqbal nakal.
Hehehe, otak mesumnya bangkit.
#tbc
Komen dan votenya ditunggu..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride (Finished)
RomanceCinta akan hadir disaat kita selalu bersama... "aku tahu, dia itu mimpi yang paling indah, tapi yang paling tidak mungkin terjadi.." Nina "Dia tidak sempurna, tapi mempertahankannya adalah hal berarti yang harus kulakukan sekarang." Iqbal