Nenek moyang ku seorang pelaut, kalian pasti pernah mendengar itu kan?
Tetapi ini beda, bukan neneknya melainkan ayahnya yang seorang pelaut.
Sejak umurnya 6 tahun, baru-baru banget masuk SD dia sudah ditinggal ayahnya yang bekerja sebagai pelaut.
Jadi semenjak itu dia hanya tinggal berdua bersama ibunya, kasihan ibunya karena kadang merindukan ayahnya.
Sudah sangat lama mereka ditinggal, ya walaupun duit tetap ngalir dari ayahnya namun ibunya merasa kesepian.
Evelyn terkadang juga merindukan Tomi ayahnya, dia berharap suatu saat Tomi pulang dan melepas rindu kepada anak dan istrinya.
Namun harapan itu tidak pernah terjadi, bahkan disaat Evelyn tumbuh menjadi gadis remaja pun ayahnya tidak pernah pulang.
Kabar pun tidak lagi terdengar namun anehnya setiap bulan duit tetap ada yang entah dikirim siapa.
Pernah Evelyn bertanya ke ibunya dan hanya dijawab.
"Ayah lagi sibuk mungkin nak." Hanya itu jawaban, setiap Evelyn bertanya.
Sesibuk itu kah pelaut sehingga tidak sempat memberi kabar.
Ya setidaknya ke ibunya saja karena Evelyn tidak suka melihat wajah murung ibunya.
Waktu demi waktu pun berlalu hingga Evelyn beranjak dewasa dan mulai bekerja.
Ibunya tidak murung lagi bahkan terlihat biasa saja dan melakukan kegiatannya sehari-hari, seperti memasak, membereskan rumah dan lainnya.
Seperti pagi ini, ibunya datang ke kamar dan membangunkan Evelyn karena dia harus bekerja, Evelyn bangun sambil menggumam pelan dan mengangkat kepalanya dari bantal karena posisi tidurnya tengkurap.
"Hm?" Bergerak duduk dan berdehem dengan suara khas bangun tidur, ibunya tersenyum hangat dan merapikan rambut anaknya.
"Bangun, nanti kamu telat." Evelyn menguap sambil meregangkan tubuh dan menoleh ke jam dinding.
Ia bergerak turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi, meninggalkan ibunya yang membereskan kasur setelah itu keluar dari kamar menuju dapur.
Beberapa menit Evelyn mandi dan lengkap dengan pakaiannya, ia berjalan keluar menuju dapur dan melihat ibunya tengah meletakkan nasi goreng ke piring lalu ke meja.
"Cantiknya anak ibu." Evelyn terkekeh kecil mendengarnya dan menarik kursi lalu duduk.
"Ibu juga makin cantik aja." Dari kecil Evelyn menyadari kalau ibunya sangat cantik, dan makin hari, bertambahnya bulan dan berganti tahun ibunya terlihat awet muda, bahkan bodynya makin sexy.
"Bisa aja kamu." Wajah ibunya merona merah, Evelyn terkekeh kecil untuk kedua kalinya dan mulai menyantap nasi goreng buatan ibunya.
"Enak?" Bertanya sambil duduk di sebelah anaknya dan bertopang dagu menatap lekat Evelyn.
"Kapan sih masakan ibu gak enak, selalu enak ini." Mendengar itu ibunya tersenyum senang dan mendongak disaat Evelyn bangun.
"Yaudah Evelyn berangkat ya." Ibunya bangun dan merogoh saku mengeluarkan uang, melihat itu Evelyn langsung menolak dan memasukkan kembali uang kedalam saku ibunya.
"Duit Evelyn masih ada bu, jadi simpan aja buat ibu."
"Iya udah, sini peluk dulu." Tangan ibunya terentang dan Evelyn mendekat memberikan pelukan hangat.
"Semangat ya." Berucap setelah pelukan terlepas dan Evelyn mengangguk setelahnya berjalan mendekati pintu utama.
Tentunya disusul ibunya dan berdiri di depan pintu melihat punggung Evelyn perlahan masuk ke dalam mobil dan mobilnya berjalan meninggalkan perkarangan rumah.
