Chapter One - Datang Kabar

4.6K 177 19
                                    

..*..

Senja pun mulai datang, menggantikan biru langit dengan berkasan orange kegelapan yang terhampar luas. Gadis itu menatap kosong kejalanan, sesekali terdengar desahannya mengambil nafas. Kemudian diseruputnya teh manis yang sudah tak panas lagi itu, matanya sembab dan raut mukanya menyampaikan berbagai duka mendalam yang tertancap di hatinya.

Kasihan.. terlahir dengan tak mempunyai ibu yang meninggal saat melahirkanya, kini ia harus sebatang kara karena kehilangan seorang ayahnya yang pergi menyusul ibunya tercinta.

Sekitar tiga bulan lalu ia harus menerima kepahitan yang mendalam bahwa ayahnya harus pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Sempat terlintas di ujung benaknya keinginan untuk menyerah, menyudahi semua ini. Apalagi yang ia cari? semua begitu naas.. tetapi gadis itu tersadar bahwa bukankah ini semua sudah suratan takdir dariNya?

Satu bulan terakhir ia sudah mulai melakukan aktifitas seperti biasanya, memilih untuk bangkit. Orang mengenalnya dengan gadis yang tangguh dan periang, sampai saat ini pun siapapun yang melihatnya akan berpikir seperti itu. Namun apabila dilihat dengan seksama akan terpampang jelas dan nyata jiwa yang rapuh dengan tatapan yang hampa dan kosong. Tersembunyi, dibalik semua itu.

Gadis itu menggalihkan pandanganya dari jalanan. Ditatapnya secangkir teh yang kini hampir kosong, ia kemudian meneguk sisanya sampai habis. Seakan air teh itulah pembasuh kepedihannya.

"Lotty kamu gak apa-apa?" tanya Rose sahabatnya tiba-tiba, seraya menepuk nepuk pundak gadis itu.

"I'm fine, no worries." jawab gadis itu serak sambil tersenyum manis, kemudian menyapu sisa sisa air mata di pipinya, mencoba meyakinkan sahabatnya itu.

"Sorry ya aku telat, tadi ada sedikit urusan." ucap Rose seraya mengarahkan mata birunya ke arah gadis itu kemudian duduk di sampingnya.

"Iya, lagi pula kata orang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?" jawab gadis itu di ikuti dengan tawa manisnya.

Rose tersenyum sedih, ia tau persis apa yang dirasakan sahabatnya itu.

sejenak ia terdiam kemudian ikut tertawa kecil.

"so...? what's the news? tumben kamu ngajak ketemuan, biasanyakan aku sampai harus membujukmu baru kamu mau ketemu." Rose, perempuan cantik berambut panjang coklat tua itu berkata sambil tersenyum jenaka.

"Kamu baru aja sampai, sudah begitu penasaranya." ejek gadis itu seraya mengangkat tanganya untuk memanggil pelayan.

*

"Seperti biasa nona?" tanya pelayan tersebut.

kedua gadis itupun tersenyum manis dan mengangguk mengiyakan.

Di cafe yang kecil dan sederhana inilah mereka biasa menghabiskan waktu bersama. suasananya yang rumahan, harga terjangkau serta tak begitu banyak pengunjung membuat cafe kecil ini pilihan terfavorit mereka.

"You know right?, kemarin itu ulang tahunku yang ke 19?" ucap gadis itu, kini dengan wajah dan tatapan yang serius.

"Tentunya aku tau itu. Bukannya kita selalu menghabiskanya tiap tahun bersama? ya, terkecuali kemarin." jawab Rose sedikit sedih.

Gadis itu mengarahkan mata violetnya yang unik kearah jalanan kemudian membuang nafas yang tak ia sadari telah ditahanya. Ia kemudian kembali menoleh dan memandang sahabatnya itu kemudian berkata,
"Maafkan aku Rose.., bukanya aku tak ingin merayakannya bersamamu tapii...-"

Gadis itu tak perlu melanjutkan kalimatnya, "Kau tak mau berbahagia karena kau merasa tidak pantas berbahagia. Lotty, ini semua bukanlah salahmu! jadi berhentilah untuk menyalahkan dirimu." bantah Rose seraya menggengam tangan kiri gadis itu.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang