Chapter Fourteen - Sebastian dan Puisi

2.9K 162 36
                                    



..*..

Author Notes, Hey love I would like to say sorry for the long update and this short interruption. Saya sudah merubah satu bagian yaitu 'Awal' mohon cek bagian itu dan baca ulang. Please if you have a heart, to support new author like me, Jika kamu menyukai cerita ini dan menginginkannya untuk tetap berlanjut, saya mengharapkan agar kamu bisa meninggalkan komentar ataupun vote itu sangat dihargai. Don't forget to give me some comments and though about all the SSDS character or any ideas! Once again thanks love, for all your support and enjoy the story.

P.s picture of Seb grey eyes above.
___

Gadis itu kembali tertawa mendengar perkataan yang baru saja Sam lontarkan, "Dasar bodoh!" teriaknya mengejek dan kembali terpingkal. Terasa begitu menyenangkan untuk bisa kembali bercengkrama dengan wajah-wajah yang ia kenali dan dapat terbuka menjadi dirinya sendiri. Bebas selayaknya orang normal pada umumnya. Sudah sekitar satu bulan telah berlalu sejak Charlotte kembali di kota New York setelah kunjungannya ke kota paris, tepatnya ia sedang berada di salah satu restaurant cepat saji di kota ini.

"SAMUEL!" dengan posisi kedua tangan di atas perut kesakitan menahan tawa Casey juga ikut berteriak, "ber- hentilah.. Ak- aku- tak bisa- bernafas," lanjutnya lagi terbata-bata disela tawa.

   Mendengar hal itu laki-laki manis berambut pirang itu kemudian memutarkan kedua matanya dan kembali melanjutkan ceritanya, "Itu bukan kesalahanku! aku tak tau kalau dia akan menggunakan kursinya.. lagi pula apa yang harus aku lakukan? berdiam diri? hal terbaik adalah melarikan diri.." Curhatnya pasrah dengan tangan mengibas-ngibas di udara. Ekspresi laki-laki itu begitu lucu dengan dahi yang berkerut berkonsentrasi mencoba agar ia dapat se-serius mungkin dan tampak meyakinkan atas diri yang menurutnya 'tak bersalah' itu.

"Oh tuhan kau ini laki-laki bukan? benar-benar tak bertanggung jawab. Lebih parahnya lagi dia adalah seorang tua renta! Dia pasti kesakitan.. kau bahkan tak meminta maaf, the fudge were you thingking dude?," Komentar Oliver yang meringis tak percaya apa yang sahabatnya itu telah lakukan, membuat Charlotte dan Casey tertawa makin menjadi mendengarnya.

Sam melirik tajam kearah laki-laki yang baru saja menyalahkannya dan kemudian mengerutkan bibirnya, "Well duudee," jawabnya membela diri dengan kata 'dude' yang ditebalkan, "Kalau saja kau melihat wajah menyeramkan nenek itu saat tubuhnya menyentuh lantai.. kau pasti akan melakukan hal yang sama." ia kemudian berhenti dan menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghapuskan kejadian mengerikan  yang kembali terngiang di kepalanya.

"Setidaknya kau harusnya meminta maaf dumbass! Aku berani bertaruh kalau kau tidak melakukan hal itu bukan?" Gerutu Oliver kembali. Sam kemudian menganga lebar seolah tersinggung dan melemparkan beberapa kentang goreng kearah laki-laki berambut coklat keriting disebrangnya itu, "HEYY dasar sok tau! Just so you know boss.. aku sudah meminta maaf, and it was. not. my. fault." sahutnya risih.

Casey kemudian tertawa dan mengorok besar, "Itu bukan meminta maaf namanya Christensen... kalau kau melakukannya dengan teriakan sambil berlari," komentarnya. Ia lalu bergerak bangkit dari tempat duduknya dan memberikan pukulan lima jari bersama Oliver yang tersenyum bangga meskipun senyuman itu tak sampai di pelupuk matanya. Sam lagi-lagi memutarkan kedua bola matanya seraya memberikan gigitan besar pada burger ditangannya dan menghempaskan kedua bahunya tak perduli. Ia masih yakin dan berpegang teguh atas ke tidak bersalahannya itu. Dengan mulut penuh ia kembali berjurus membela diri, "Memilih untuk tinggal diam itu sama saja dengan melakukan adegan bunuh diri dan aku belum ingin mati.. beside kan sudah kubilang mana aku tau kalau dia akan mendudukinya."

Sekawan itu kemudian tertawa dan bersorak mengejek tidak setuju, membuat Charlotte tersenyum lembut dibalik perkelahian ke anak-anakan yang sedang berlangsung disekitarnya itu. Ohhh, Betapa ia merindukan hal ini.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang