Chapter Eleven - Pertunangan

2.5K 117 4
                                    

   ..*..

Aku berjanji bahwa aku akan menyelamatkanmu,
Ketika kau tak lagi mampu tetap mengapung,
dan jika air matamu dapat mengisi lautan,
maka untukmu akulah perahu.

____

   Gadis itu kerap berjalan mondar-mandir di sepanjang ruang kamar yang kini ia tempati. Jantungnya berdegup semakin kencang. Apakah ia telah mengambil keputusan yang salah? apakah ia akan bahagia?

   Ia kembali teringat atas perkataan calon suaminya itu. There is no turning back, ya tak akan bisa waktu terulang lagi dan saat semua telah terlaksanakan maka ia akan sah menjadi tunangan seorang Renoires.
Lagi pula apa yang bisa gadis itu lakukan jikalau tinta hitam tanda tangan miliknya sudah terpampang jelas berada pada surat kontrak itu, ditulis secara nyata.

   Charlotte kembali megambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, mencoba menghilangkan perasaan gelisah dan mual yang sedari tadi tinggal didalam dasar perutnya. She is a woman with words, dan Charlotte tak akan mundur dari perkataannya sendiri. Ia telah setuju dengan semua ini dan inilah,
inilah keputusannya.

   Kedua tangan miliknya lagi-lagi kembali melayang ke udara. Delapan ratus undangan! pesta pertunangan macam apa ini? gadis itu bertanya-tanya. Ia menatap bayangan dirinya yang kini berbalut gaun malam long-lace sleeves spektakuler simple tetapi terlihat elegant dan shopisticated bewarna hitam pekat dari balik cermin besar kamar itu. Gaun itu sungguh sempurna memeluk dan membentuk lekukan tubuhnya seperti halnya dengan sebuah sarung tangan. Dress berbahan silk itu membalut dirinya dari atas hingga menyapu lantai. Dipadukan dengan sentuhan lipstik merah membara serta sebuah kalung berlian megah yang kini melingkar di lehernya mantap. Terakhir tampilan malamnya ini disempurnakan lagi dengan sepasang heels perpaduan hitam dan emas gadis itu benar-benar disulap layaknya seorang putri kerajaan. a princess indeed!

   Kepalanya begitu pusing memikirkan hal-hal gila yang dalam hitungan jam akan terjadi padanya. Apakah ia akhirnya akan bisa bersosialisasi dengan Sebastian? sekedar teman mungkin? tidak.. tidak.. gadis itu enggan berharap. Toh, ia tak peduli lagi dengan pendapat apa yang dipikirkan calon suaminya itu terhadap dirinya. Lagipula gadis itu melakukan hal ini semata-mata karna kecintaan dan kesetiaannya kepada amanah dari ibundanya tercinta.

   Gadis itu kembali meremas arloji kecil peninggalan ibunya itu yang sampai kini masih menjadi misteri- ia Mencari ketenangan. Ya arloji itu adalah satu-satu hal yang bisa ia kenang dari ibundanya. Salah satu benda personal yang merupakan kesayangan milik Anastasia. Ia mengucapkan beberapa pucuk doa kepada ibunya, meminta restu serta pertolongan darinya. Percayalah, gadis itu benar-benar butuh kekuatan.

   Telah lama Charlotte mencoba kuat, mencoba untuk tetap berdiri tegar. Menyembunyikan luka-luka dalam hatinya yang selalu ia kubur dalam-dalam. Sebuah kisah kelam yang ia simpan dan tutup rapat-rapat. Ya pernikahan ini juga merupakan salah satu alasan gadis itu. Ia ingin melupakan segalanya, memulai jalan yang baru. Dia telah pergi.
Meski cinta Charlotte kepadanya sebesar dan seluas samudera, tapi gadis itu tak akan pernah bisa melupakan siksaan yang kerap ia dapatkan. Segera saja gadis itu menggelengkan kepalanya, dan memblokir semua kenangan suram itu. Membuangnya jauh-jauh.

   Ia kemudian kembali menatap bayangan itu. Who is she? apakah itu benar memang dirinya? gadis itu, dia berdiri dengan sangat anggunnya. Charlotte berusaha untuk tersenyum tapi entah mengapa...
senyuman itu tak dapat sampai hingga pelupuk matanya.

   'Tersenyumlah Charlotte,' Gadis itu merancau meyakinkan diri dalam benaknya yang sedang dilanda cemas.

   Ia kemudian meletakkan salah satu telapak tangannya tepat pada
jantungnya,

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang