Chapter Thirteen - Sebastian dan Piano

2.4K 123 10
                                    


..*..
Percayalah padaku, Bahwa setiap hati memiliki rahasia kepedihannya tersendiri yang dunia tidak ketahui.
Dan terkadang kita mengatakan pria itu kejam, ketika ia hanya berduka.
____

   Bukan udara dingin mencekam yang membangunkan-nya. Bukan juga mimpi buruk yang terus datang-berulang menghantuinya. Ia terjaga sempurna, menatap langit-langit ruang kamar yang sepertinya ikut bergetar bersama suara amuknya gemuruh angkasa yang membelah. Meghujamkan kilat, petir dan gemuruh guntur secara bertubi-tubi mengisi keheningan gelap malam. Suara yang membawa gadis itu kembali kepada memori yang seluruh hidupnya ia coba untuk hapuskan. Membawa perasaan menghanyutkan yang ia nikmati secara perlahan.

Charlotte bisa merasakan bunyi-bunyian jendela-jendela kaca di seisi ruangan yang ikut bergetar. Ia begitu menyukainya. Mungkin terdengar sedikit aneh, disaat semua orang akan ketakutan mendengar suara makian langit itu, sebaliknya Charlotte malah begitu menyukainya. Ia merasakan kedamaian.., Ketenangan, Penyelamatnya. Ruangan itu gelap, hanya ada sedikit cahaya-cahaya putih yang kerap masuk membanjiri ruangan tatkala kilat mencambuk tanah. Gadis itu menghela nafas dan membuka matanya lebar. Ia kemudian membangkitkan dirinya dari tempat tidur raksasa yang terbuat dari bulu angsa terbaik- selembut- dan seempuk awan nan mewah itu yang naasnya bahkan tak dapat membuatnya nyaman terlelap sekalipun.

   Ia beranjak mengambil jubah tidurnya kemudian mengenakannya, seraya menyelipkan kedua kaki dingin itu kedalam sendal kamar dan berjalan menuju ke jendela menatap angkasa gelap bersinar diatasnya. Suara detakan jarum jam juga turut terdengar dari ujung ruangan. Dengan seonggok nafas yang kembali ia hirup; gadis itu memeluk tubuhnya, ia mendengarkan suara dentungan itu dengan seksama. Menyusun lantunan irama bagai bait lagu di kedua telinganya.

   Entah apa yang membawa gadis itu keluar dari kamar yang ia tempati, melangkah memasuki koridor panjang megah yang hanya dicahayai oleh sinar-sinar dari balik jendela-jendela di sepanjangnya. Bintang-bintang itu kini terasa begitu dekat, membuat Charlotte menaikkan ujung bibirnya dan ikut tersenyum. Ia kemudian mendapati matanya menerawang ke sekitar dan melekat pada sebuah Grand Piano besar bewarna hitam di sebrang ujung koridor tempat ia berdiri. Dengan langkah pelan gadis itu berjalan melewati lampu-lampu kristal berkilau megah diatasnya, mendekati alat musik tersebut. Ia meraba dan menyusuri benda spektakuler hitam mengkilat itu dan kembali tersenyum, terpukau.

Charlotte kemudian mengambil posisi duduk dan meletakkan kedua tangannya diatas tuts hitam putih di hadapannya itu. Kapan ia terakhir bermain? gadis itu tak dapat mengingatnya. Jantungnya makin jatuh saat ia menatap cincin berlian besar di salah satu jemarinya yang kini berkilau membutakan. Gadis itu kemudian menggelengkan kepalanya, mengambil nafas panjang dan mengerakkan matanya menyusuri ruangan.

Satu...

Dua...

Tiga.

Jemari-jemari itu bergerak pelan dengan gemulai saling berlomba untuk menciptakan suatu nada yang indah. Awalnya gadis itu tak tau lagu apa yang akan ia mainkan. Tetapi seketika tangan itu bergerak, dengan tak disengaja jiwanyalah yang memilih.
Suara merdu nada-nada indah dalam mengisi seisi ruangan itu secara perlahan. Ritmenya, pelan- begitu intens menghanyutkan; menggambarkan jiwa yang ingin terbang bebas. Nada-nada klasikal melankolis yang meluluhkan jiwa, Her favorite. It is a Sad song, terdengar basuhan suara keputusasaan.

Gadis itu tak melihatnya, bayangan tinggi di seberangnya yang sedang mengawasinya. Dengan posisi tegap bersandar ke tembok dan tangan dilipat diatas dada, Sebastian Renoires menyaksikan sebagai penonton bisu. Beberapa menit telah berlalu dan laki-laki itu tetap berada di posisinya menatap dari kejauhan. Menatap gadis yang kini bagaikan seorang malaikat dengan jubah panjang tidur sutranya terduduk memainkan piano, diterangi oleh cahaya bulan dari balik jendela disampingnya. Tak lagi Sebastian menghiraukan suara-suara guntur dan kilat disekitarnya, ia terfokus pada satu objek. Gadis itu.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang