Chapter Eighteen - Pembunuh

1.5K 99 14
                                    

..*..

   Sebastian tak perduli lagi dengan berapa angka kecepatan mobil yang telah ia tempuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebastian tak perduli lagi dengan berapa angka kecepatan mobil yang telah ia tempuh. Kencangnya mobil mesin bertenaga kuda itu telah menyapu seluruh pemandangan yang terlewati di sekitarnya membias dengan warna abu-abu yang mendominasi. Porsche hitam sekelam malam melaju serasa nyaris melayang. Konsentrasi Renoires muda itu sepenuhnya terpaku pada jalanan di hadapannya. Rahangnya terpaut kuat dengan kedua alisnya yang sesekali bertemu. Manik-manik matanya yang mengintimidasi secara tajam dibiarkan tersembunyi dibalik kokohnya rangka kaca mata hitam. Keduanya lurus menatap beku secara nyalang kearah jalanan tol panjang terbentang yang akan dilintasi.

Dering telfon secara tiba-tiba menyeruak mengisi keheningan ruang kendaraan itu. Secara instan Sebastian meraih ponsel miliknya dan melirik nama penelfon di layar sekilas. Ia kemudian memperlambat kecepatan, mengangkat panggilan itu dan mengarahkan perhatiannya kepada sumber suara di sebrang sana.

"Qu'elle?"

'Boss, maafkan saya menelfon-' Suara salah satu anak buahnya terdengar dengan suatu tanda keraguan diantara nadanya.

"Sebaiknya ini adalah hal yang penting," potong Sebastian dengan nada datar.

Terdapat jeda cukup lama di saluran panggilan itu, 'Mr Renoires sekali lagi maafkan saya tapi-'

"Xavier saya sudah dekat, Any news? How's my fiance, ia sudah siuman kembali?" Potong Sebastian sekali lagi mengira panggilan itu mengenai kondisi Charlotte.

'Err..,' lawan bicaranya itu sesaat kembali berhenti dan mempertimbangkan penempatan kalimatnya yang akan datang, 'Dengan berat hati, No sir.. Ms Wilson masih belum sadarkan diri lagi sejak terakhir kali saya menelfon.'

Sebastian mengerutkan keningnya dalam dan mendecak pelan, "Lalu kenapa kau menelfon?" desisnya sedikit risih.

'Dia datang lagi boss. Pria ini benar keras kepala. Dia tidak kunjung menyerah dan membuat tontonan bahkan berani memberontak juga melawan empat pengawal kita. He demands to see her sir..'

Sebastian menghembuskan nafasnya pelan mendengar itu. Sesaat jemarinya beriringan melakukan gerakan mematuk-matuk pada setiran. Pikirannya dibiarkan menimbang-nimbang.

"Let him." ia memutuskan.

Perintah Sebastian yang tiba-tiba sontak mengagetkan lawan bicaranya, 'Pa-Pardon sir..?' Tanya Xavier terbata.

"Biarkan dia, apa perlu ku ulangi lagi?"

Sekali lagi Sebastian menghela nafasnya menunggu lawan bicaranya itu kembali mengisi saluran telefon.

'Apakah kau yakin akan hal ini boss..?' Tanya Xavier kembali memastikan.

Merasa hanya akan menyia-nyiakan sarkasmenya, Renoires muda itu memilih untuk menjawab,

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang