Chapter Twenty Eight - Sebastian dan Misteri Lukisan

548 61 12
                                    

   
..*..

Tangga panjang yang memutar akhirnya selesai pada ujung pencapaiannya. Gadis itu menyangka rumah raksasa yang menyambut kepulangannya itu akan terasa tegang dan sedikit menyeramkan. Mengejutkan ketika perkiraannya itu tidak terjadi. Charlotte tidak melihat dan merasakan adanya sesuatu yang aneh. Hanya diam dan keheningan. Kendati demikian diantara itu semua ia bahkan masih bisa merasakan hangat dan kenyamanan dari sebutan rumah. Mungkin itulah kata yang tepat untuk mengambarkannya.

Terserah dimana, apabila bersama Sebastian itu akan terasa seperti rumah.

Bahkan para pelayan yang telah menunggu tuannya di sekitar rumah itu tidak dapat lagi dilihat. Setelah menyambut seperlunya, menggambil barang dan sebahagiannya mereka langsung pergi untuk menjaga privasi. Tidak ada satupun lagi yang berani berkeliaran di sekitar jarak pandang keduanya.

   Sebastian yang memimpinnya di depan menelusuri ruangan lenggang lalu menuju koridor juga masih terdiam berjalan dengan langkah beratnya.

Ketika akhirnya mereka sampai di depan pintu kamar miliknya gadis itu berbalik,

"Selamat malam Sebastian," ia tersenyum lembut.

"Terimakasih telah mengantarku sampai disini."

Yang ia harapkan lalu datang. Sebastian ikut melengkungkan sebaris bibir indahnya,

"Selamat malam Charlotte." Ucapnya dalam.

Charlotte kira laki-laki itu hendak memutarkan tubuhnya ke arah koridor sebaliknya menuju kamarnya sendiri. Tetapi ia tidak melakukan itu.

   Charlotte menunggu Sebastian pergi tetapi laki-laki itu masih berdiri pada tempatnya seraya memandanginya.

"Kenapa Sebastian?" Tanya Charlotte heran merasakan ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh suaminya itu.

Gadis itu menyaksikan dengan wajah datar Sebastian Renoires mengatakan,

"Tidurlah dikamarku."

Mata gadis itu membulat, jantungnya kembali berdegup kencang. Charlotte tak dapat menahan untuk tidak membuat wajahnya memerah. Meskipun ia sudah pernah tidur sekamar dengan Sebastian sebelumnya, tetapi ketika mendengarkan suaminya itu meminta langsung kepadanya seperti ini secara tiba-tiba, tetap saja masih membuatnya malu-malu.

"Bukan kah kita ini suami istri?"

Charlotte tertawa mendengarnya dengan wajahnya yang semakin memerah.

Sebastian tersenyum menggoda,

"Tapi itu kalau kau mau saja Amoureux. Aku hanya takut kau akan kesepian sendiri. Apalagi dengan seluruh kejadian yang terjadi di sekitar kita, aku benar-benar tidak menginginkan kau terbaring dan terjaga karena itu. Setidaknya ketika tidak sedang sendirian kau bisa melupakan itu semua. Apa aku salah?"

Gadis itu menggeleng.

    Alasan Sebastian masuk akal. Charlotte kembali ingin menangis haru mendengar kelembutan manis laki-laki bertampang dingin ini.

Lagipula ini adalah kesepakatan diam diantara mereka berdua untuk menjalankan pernikahan dengan sebenar-benarnya. Seperti pasangan yang telah menikah biasanya, bukan perjodohan atau perjanjian bisnis. Ya, ini untuk kebaikan keduanya.

   Tidak perlu jual mahal, siapa yang bisa menolak tawaran menjanjikan ini? Seperti mendapatkan hadiah jackpot, untuk bisa lebih dekat dengan Sebastian gadis itu merasakan kemenangan.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang