"Fate is like a strange, unpopular restaurant filled with odd little waiters who bring you things you never asked for and don't always like."..*..
Miranda Elizabeth Renoires yang kini kembali duduk di kursi tahta anak laki-lakinya menarik nafas panjang yang dalam dan memejamkan matanya. Wanita itu mencoba kembali memutar memori memori lama yang terkubur dalam ingatannya. Ia belum siap! mungkin tak akan pernah siap. tapi mau tak mau, cepat atau lambat wanita yang tak lagi muda itu tau ia harus meledakkan berita ini. Sebuah tepukan pelan tangan yang tak asing lagi membangunkan wanita itu dari pejamannya. Tangan yang sangat ia kenali, bersandar di bahunya sebagai pertanda dukungan. Wanita itu memalingkan wajahnya ke pemilik tangan itu. Rainier Arnaud Renoires menatap istrinya dengan lembut kemudian mengecup pipinya pelan dan membisikkan,
"Kau bisa sayang."
Charlotte menatap kedua pasangan suami istri di depannya itu, yang masih terlihat sangat saling mencintai. Berdiri di samping istrinya, terdapat Mr Renoires yang baru saja masuk kedalam ruangan. Di usianya yang tidak muda lagi yaitu pada umur lima puluh tujuh tahun Rainier Renoires masih sangat gagah perkasa, terkenal sebagai pemikat berbagai kaum hawa. Tinggi, tegap kekar, alis tebal dengan wajah bangsawan, begitu tampan persis dengan anak laki-lakinya Sebastian. Tampaknya penuan bukan hal yang buruk bagi laki-laki tua ini, ia masih saja seperti seorang model yang baru keluar dari panggung runway. Wajahnya dingin dan misterius. Meski tak semisterius anak laki lakinya, wajah laki-laki tua ini menunjukkan kekuasaan dan jabatan tetapi seketika wajah itu dapat berubah menjadi sangat lembut dengan penuh cinta ketika ia memandang istrinya.
Kini ruangan itu berisi total delapan orang, yaitu dirinya, Mrs Renoires, Mr Renoires, Sebastian, Marissa, Amanda atau asisten pribadi Mrs renoires, seorang pengecara dan yang terakhir dan yang paling Charlotte pertanyakan, Rose. Meski begitu banyak orang didalamnya Ruangan itu terasa begitu hening dan canggung hingga suara dalam yang begitu merdu meledak,
"Mother," Semua mata tertuju pada sumber suara itu.
ia kemudian membuka mulut indahnya yang terlihat begitu menggiurkan dan melanjutkan kata-katanya,
"Waktuku terbatas." ucapnya dingin.
Dengan satu kalimat yang singkat, padat dan jelas itu Miranda Renoires sudah langsung mengerti. Ia tau persis bahwa anak laki-lakinya itu sangatlah sibuk, semua orang juga tau kalau 'Hal terakhir yang ia inginkan adalah untuk berada disini.' Wanita itu kemudian menganggukkan kepalanya kepada anaknya. Ia kemudian menutup mata dan mengambil nafas panjang sekali lagi, sambil mengenggam tangan suaminya kemudian membuka mata.
"Charlotte," serunya. Gadis itu kemudian menatap wanita itu.
"Apakah kau membawa surat yang kau terima dari almarhum ibumu dear?" entah mengapa pernapasan gadis itu terasa seperti tercekik, ia mendapati dirinya susah berbicara. Lidah nya terasa kelu, hingga beberapa saat ia baru tersadar dan menjawab pertanyaan yang sepertinya di tunggu oleh seluruh penghuni ruangan tersebut.
Charlotte mengangguk,
"Aku-, Iya ma'am."
untunglah ia membawanya, dan menaruh surat itu kemarin di kantong seragam kerjanya di Scarlett's."Sekali lagi panggil aku Miranda, Bisakah aku melihatnya, dear?"
tanya wanita itu lagi. Charlotte kemudian mengopoh saku dress hitamnya dan meraih surat itu. untunglah gadis itu sudah memindahkan surat itu dari saku seragam kerjanya ke dress yang ia kenakan sekarang. Tanpa basa-basi Charlotte kemudian berjalan menuju Mrs Renoires dan menyerahkan surat itu. Wanita itu tersenyum lembut dan mengambil surat itu dari Charlotte, ia kemudian menepuk lembut tangan gadis itu dan menyuruhnya untuk kembali duduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/48418545-288-k335205.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari Surga
Romance"Aku mencintaimu hari ini. Aku mencintaimu esok hari. Aku mencintaimu selalu. Karena ketika kita ber-reinkarnasi dan terlahir kembali, aku akan jatuh cinta kepadamu lagi, lagi, dan lagi." Charlotte tak pernah menyangka pada saat ulang tahun ke se...