Chapter Ten - Au Revoir

2.2K 125 11
                                    

..*..
Mereka menjadi saksi kehancurannya,
lalu ditinggalkan untuk bertanya mengapa?
Ia buta akan semua melainkan kegelapan,
Melewati bintang yang bersinar dibalik matanya,
Tetapi mungkin mereka telah lupa,
ketika mereka gagal melihat dibawah retakannya,
Bahwa cahaya bintang yang bersinar paling terang,
Adalah ketika pada awal kehancurannya.

____

Warna spektakuler orange kecoklatan perlahan mulai mengisi sedikit demi sedikit hamparan langit kota yang dijuluki sebagai City of love itu. Memberikan sebuah pemandangan menakjubkan bagi siapa saja yang memandangnya.

   Sebastian menghentikan mesin mobilnya lalu menolehkan kepalanya ke arah figur indah yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Laki-laki itu tak tau sudah berapa lama ia memandangnya, sesekali jemari-jemari nya bergerak mengelus pelan wajah gadis manis itu dan menyisipkan rambut-rambut yang berjatuhan di sisi-sisi bingkai wajahnya. Laki-laki itu juga benar-benar tak tega jikalau ia harus membangunkan gadis itu.
Ia kemudian kembali menyalakan mesin mobil dan menatap keluar, dalam diam ia menunggu sang raja siang tenggelam. Pemandangan Sunset di tempat ini memang tak terpungkiri sangat menakjubkan. Ini adalah salah satu spot yang berkenan di hati laki-laki itu, sebuah memori yang telah ia kubur dalam-dalam. Sebuah kisah kelamnya yang telah lalu namun masih meninggalkan bekas irisan yang tak dapat disembuhkan bahkan oleh waktu sekalipun. Ia tak pernah berniat untuk kembali pada tempat ini, dan seingatnya terakhir kali ia mengunjungi dan menapakkan kedua kakinya di tempat ini adalah sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Ia tak tau persis apa yang membawanya untuk kembali dan berkunjung ke tempat ini. He had to be strong. It was on past now, tak ada yang bisa ia perbuat untuk merubahnya. Ia tak perlu mengingat, tak perlu. Karna ini adalah pilihannya, He chose to forget.

**

Tepat saat laki-laki itu ingin menjalankan mobil yang ia kendarai kembali, tiba-tiba Charlotte perlahan membuka matanya. Untuk beberapa kali gadis itu harus mengedip-ngedipkan kedua matanya terlebih dahulu dan membersihkan kabut dari pandangannya. Entah mengapa yang ia sadari pertama kali adalah laki-laki yang di sampingnya itu kini terduduk begitu kaku dan tegang, 'ada apa dengannya?' gadis itu mendapatkan dirinya bertanya-tanya. Ia kemudian mencoba meluruskan posisi duduknya dan menatap laki-laki itu lekat.

"Sebastian?" Gadis itu kemudian bertanya pelan.

Seketika seperti kembali dipanggil ke dunia nyata, Laki-laki itu kemudian menggelengkan kepalanya dan menyadarkan dirinya.

"Kau melewatkannya." Ucap laki-laki itu kemudian pelan, tatapannya masih dingin terarah kedepan nyalang.

Gadis itu masih menatap laki-laki yang seketika posturnya kembali normal, seperti tadi tidak terjadi apa-apa dan apa yang ia lihat seakan adalah hanya sekedar ilusi dari matanya. Ya mungkin ia memang hanya mengada-ada, lagi pula Sebastian memang selalu dingin dan misterius pikirnya. Ia kemudian mengikuti pandangan laki-laki itu dan menatap kedepan. Charlotte baru saja tersadar kalau mereka sedang berhenti, dan kini langit sudah bewarna hitam pekat. Sudah berapa lama ia tertidur? mengapa Sebastian tak membangunkannya?

"apa yang aku lewatkan?" tanyanya kemudian heran.

Perlahan laki-laki itu kemudian membalikkan kepalanya kearah Charlotte dan tersenyum tipis,

"Matahari tenggelam." jelasnya singkat.

Meskipun senyuman Sebastian begitu indah walaupun hanya sesaat, tapi entah mengapa Charlotte bisa merasakan kepedihan di baliknya. Ia tak tau pasti, entahlah mungkin waktu yang akan menjawab. Gadis itu juga bisa merasakan kekecewaan di dalam dirinya, dia sudah melewatkan salah satu rencana awalnya yaitu melihat matahari tenggelam.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang