..*..
Entah ia memang benar gila atau bukan, Charlotte bersumpah ia dapat merasakan waktu bergulir begitu cepat sekaligus begitu lama di saat yang bersamaan. Memandang pantulan dirinya di cermin kini menyadarkan dirinya utuh atas realitas yang akan ia hadapi. Keringat dingin berlayar jatuh menuruni begitu indah wajahnya kini dan ia masih memandang lamat. Gadis itu tak akan bisa menyangkal sekarang bahwasannya selama ini ia hanya berdusta ketika mengatakan dirinya baik-baik saja. Seperti kesadaran akan kenyataan baru saja menenggelamkannya Charlotte merasakan jatungnya berdegub sangat cepat layaknya deras air terjun. Kini mulai gemetaran dan sebuah ombak besar akan ketakutan menghantamnya bersamaan dengan dadanya yang tiba-tiba terhimpit begitu keras dan serasa ingin meledak. Rasa mual tidak karuan mendadak melesak ke seluruh sudut perutnya disertai pandangan yang berputar dan sisi kepala seakan berdenging memaksa Charlotte memejamkan keras matanya dan menahan dirinya yang hampir gila seakan ingin mati untuk tidak terhuyung jatuh ke permukaan lantai.
Marissa yang pertama menyadari perubahan drastis pada kondisi Charlotte. Dengan panik juga ia berlari dan menyergap tubuh gadis itu yang hampir jatuh,
"Charlotte... Charlotte, kau kenapa? Charlotte katakan sesuatu..!"
Dengan sengsara gadis itu membuka lebar mulutnya berusaha menarik semua oksigen yang sepertinya hilang dari paru-parunya,
"MUNDUR KALIAN SEMUA!" Bentak Marissa kepada seluruh pelayan, asisten, penata dan penghuni ruangan itu yang juga ikut panik yang tadinya mendekat mengepung gadis itu mendadak menyebar menjauh seperti lautan yang dibuka.
Dengan semburat khawatir yang terpampang jelas di air mukanya perempuan berambut merah itu melangkah maju,
"Marissa, Charlotte sedang mengalami episode panic attack!"
Mendengarkan langsung seruan yang terlontar dari Jacqueline baru bisa menerjemahkan isi kepala Marissa juga yang dalam kondisi panik.
"Ambil kursi!" perintah Marissa, "dan Stacy bantu aku membawanya duduk."
Disaat Marissa dan Stacy berusaha mendudukan Charlotte yang nyaris tak berdaya, Jacqueline memutarkan dirinya untuk mencari sesuatu yang bisa di kipas. Melihat banyaknya orang yang masih hanya terdiam terpatut layaknya orang bodoh dan hanya menyaksikan membuat kening perempuan berambut merah itu berkerut,
"Apa yang kalian lakukan hanya berdiri disini!
Est-ce que vous avez tous un cerveau?" Apa kalian semua punya otak? Ia berteriak setengah frustasi tidak percaya, "For god sake bisakah satu orang saja cukup pintar untuk membawakan air mineral dan obat penenang!"Disaat yang bersamaan Noella baru saja memasuki ruangan dan sempat terheran-heran sebelum matanya bertemu dengan Jackie kemudian kepada Charlotte. Kesadaran dengan keadaan itu langsung membasuhnya.
"HEY, HEY..," Seru Noella tiba-tiba menghentikan seluruh aksi penghuni ruangan itu yang mulai bergerak dan sepertinya sebagian besar masih setengah tidak sadar melakukan itu, juga dalam kondisi panik tidak tau pasti apa yang harus mereka lakukan, "Biar aku yang mengambil air dan obat. Kalian semua bisa keluar dari ruangan ini."
Marissa menghela nafasnya lega dan mengangguk berterima kasih kepada seluruh partner kerjanya itu setelah ruangan kini berubah lengang. Marissa dan Stacy berdampingan di kiri dan kanan mengenggam tangan Charlotte yang kini terduduk di kursi putih berusaha menenangkannya. Jackie duduk setengah berlutut di karpet mengipas gadis itu dari sisi depan. Sedangkan Noella kemudian dengan cepat keluar untuk mengambil air dan obat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari Surga
Romance"Aku mencintaimu hari ini. Aku mencintaimu esok hari. Aku mencintaimu selalu. Karena ketika kita ber-reinkarnasi dan terlahir kembali, aku akan jatuh cinta kepadamu lagi, lagi, dan lagi." Charlotte tak pernah menyangka pada saat ulang tahun ke se...