Chapter Six - Mrs. Renoires

2.7K 152 3
                                    

"The best fashion accessory for women is a handsome man."

Gadis itu memainkan kedua tangannya dengan gelisah. Entah kenapa Ia merasa sangat gugup, dan itu membuat tangan dan sekujur tubuhnya terasa sangat dingin. Ia kembali memandang pandangannya ke ruang makan yang sangat besar dan mewah itu. Luciana hanya mengantarkannya sampai di ruangan ini, gadis pelayan itu memohon maaf kepada Charlotte karna tidak dapat menemaninya, ia hanya diperintahkan untuk mengantarkan Charlotte ke ruangan ini dan ia tidak punya hak selain itu. Charlotte mengangguk mengerti, ia tau persis bahwa gadis manis itu hanya ingin melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sekitar setelah satu menit Charlotte menunggu, ia mendengar kedua pintu ruang makan dibuka oleh pelayan laki-laki dan diikuti oleh langkah kaki mulus dihiasi sepasang high heels Merah. Gadis bermata Violet itu mengarahkan kedua mata uniknya ke arah perempuan yang baru saja memasuki ruang makan. ia sangat lega mendapatkan bukan wajah asing tetapi wajah yang ia kenali. Marissa kemudian tersenyum manis dan berjalan ke arah Charlotte. Gadis itu pun berdiri seiring langkah Marissa, ia kemudian mendapatkan dirinya membalas pelukkan hangat yang diberikan oleh perempuan pirang di depannya itu sebagai sambutan.

kedua Perempuan itu kemudian saling melepas pelukan, dan mengambil tempat duduk di meja panjang ruang makan mewah itu.

"Hello Charlotte, kau terlihat sangat cantik hari ini. Untung saja kau baik-baik saja, andai saja kau tau betapa paniknya semua orang di Mansion kemarin? meski kau terlihat masih sedikit pucat hari ini, tetapi syukurlah tidak ada hal yang serius terjadi. Kata dokter kau hanya kecapean dan butuh istirahat."

Mendengar hal itu, Charlotte tersipu malu, ia yakin sekarang pipinya sudah sangat memerah. Ya pipi gadis itu memang bisa sangat merona bila ia dibuat malu.

Bisa-bisanya aku jatuh pingsan hanya karna hal itu..., pikirnya.

Marissa tertawa kecil melihat eskpresi Charlotte, kemudian menepuk pelan lutut Charlotte seraya berkata,

"kau tak perlu malu akan hal itu Charlotte. hahaha lagi pula aku yakin semua orang yang berada diposisimu mungkin akan jatuh pingsan juga. Aku saja... sampai sekarang, masih belum bisa terbiasa dengan kemewahan keluarga Renoires ini. dan aku juga yakin hal kemarin terjadi karna kau terlalu kecapean, seharian bekerja kemudian lanjut perjalanan mobil ditambah lagi perjalanan udara yang belum biasa bagimu."

Charlotte hanya membalas perkataan Marissa dengan senyuman, berterima kasih.

Beberapa saat kemudian pintu ruang makan kembali terbuka dan menyela percakapan ringan kedua perempuan itu. Charlotte mendengar seruan pelayan laki-laki yang sedari tadi di pintu itu berkata bahwa Mrs. Renoires telah tiba. Seketika Charlotte kembali berdiri melihat Marissa berdiri. Dengan gugup ia menatap kedua pintu besar ruang makan itu dan menunggu wanita yang di maksud 'Mrs. Renoires' itu menampakkan wajahnya.

Suara langkah kaki panjang putih mulus dihasi dua pasang High Heels maroon yang terlihat sangat mahal mengisi ruang makan hening itu. Langkah kaki itu tidak sendiri melainkan di ikuti oleh satu langkah kaki lainnya. Perlahan Charlotte mengarahkan matanya ke wajah wanita di sebrang meja makan itu. Charlotte seakan menahan nafasnya ketika kedua matanya bertemu dengan mata wanita disebrangnya itu. 'Mrs. Renoires' Wanita yang kini berada di akhir usia 40annya itu berjalan memasuki ruang makan, meski usianya bukan muda lagi tetapi wajah wanita itu tak memperlihatkan sedikitpun tanda penuaan seperti wanita pada usia akhir 40an biasanya. Ia berjalan dengan badan langsing postur tegap dengan anggunnya, wajah wanita itu sangat cantik, nan elegant. Rambutnya pendek bewarna putih kapas, dengan sedikit highlight warna hitam dan abu-abu dibagian belakangnya. Wanita itu menggunakan dress hitam selutut dengan blazer maroon, dan anting berlian bewarna hitam besar. terpampang jelas ditangannya sebuah cincin berlian raksasa, dan sebuah jam rolex maroon, sangat memukau dan berkelas.

a Letter From Heaven - Sepucuk Surat Dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang