"Aku mencintaimu hari ini. Aku mencintaimu esok hari. Aku mencintaimu selalu. Karena ketika kita ber-reinkarnasi dan terlahir kembali, aku akan jatuh cinta kepadamu lagi, lagi, dan lagi."
Charlotte tak pernah menyangka pada saat ulang tahun ke se...
Suara dari kicau burung bersahutan merdu melantun rindu kembali pulang. Ia memandang kepada langit yang menadah warna temaram. Pelan kakinya berjalan ragu menyusuri setapak batu yang terasa tidak asing. Gerlungan kabut menyibak goda pada wajahnya pelan melewati dan membuka sebuah jalan. Keberadaan rumah yang sebelumnya tak terlihat kini kontras terpampang nyata pada gambaran yang tengah ia saksikan. Jauh di dalam dirinya ia menemukan ini sedikit gasal, seperti ia pernah mengenalinya tetapi tidak dapat mengingat secara spesifik dimana dan apa maksud dari rumah yang kini berada di hadapannya. Rasanya cukup dengan menjulur tangan ia dapat meraba dan merasakan fondasi kayu-kayu tua yang mulai melapuk pada dinding rumah. Melihat jelas tekstur dan variasi warna pada catnya yang sebagian mulai meluntur. Tetapi tatkala menengok ia pada tanah yang di pijaknya keningnya berkerut, jarak keduanya merenggang jauh dari pemahaman sebuah kedekatan.
Angin kembali berhembus mesra. Harum, udara terasa harum.
Charlotte...
Kuat suara berat terdengar memanggilnya sekali lagi terdengar akrab hanya saja ini jauh lebih lembut dari ingatannya. Ia menoleh kembali ke rumah. Kini seorang pria terduduk seperti sedang menunggu di depan teras rumah. Bajunya tampak lusuh tetapi terkesan penuh kehangatan akan rasa nyaman.
Dia mirip ayahku, Batinnya.
Pria itu tersenyum lembut kepadanya, bibirnya menyungging sebentar seperti hendak berkata namun terasa ditelan kembali. Ia tersenyum.
Gadis itu ikut tersenyum, entah mengapa ia ingin melangkah maju tetapi nihil hasil dari usahanya. Tertahan, Ia berada tetap di tempat yang sama.
Seorang perempuan membuka pintu keluar dari dalam rumah, berjalan dan berdiri dibelakang merangkul mesra pria itu. Ia lalu juga tersenyum kepada gadis itu dengan sebuah senyum hangat ke ibuan. Adakah frasa isyarat kata pada manik matanya, gadis itu tidak dapat pula menerjemahkan.
Charlotte memandang keduanya penuh tanda tanya. Terkesiap ia menemukan gambaran di sekitarnya perlahan mengabur menjadi samar-samar. Sebelum kemudian hilang sepenuhnya, tanpa sadar tangannya pun ikut bergerak melambai berucap selamat tinggal kepada kedua orang tadi yang segerabmenghilang.
Gadis itu terbangun dari lelap tidurnya. Ia menyibak ujung matanya yang basah masih tersenyum. Sepenuhya terjaga kini gadis itu menyadarinya. Semua itu hanyalah mimpi. Meski mimpi itu kini menjadi samar apa yang dapat terkenang dalam ingatannya adalah ia bermimpi rumahnya dahulu. Dapat sekali lagi bertemu dan memandang ayahnya juga mengenang ibundanya. Wajah yang sebelumnya hanya bisa ia raba kasar melalui foto yang tersimpan. Apa yang dahulunya mimpi buruk kini tampaknya tak lagi menyakitkan. Air mata yang mengalir bukanlah duka melainkan haru. Sekali lagi Charlotte tersenyum, semuanya seperti bunga tidur indah sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.