BAB 5

601K 36.1K 584
                                    

Teka-Teki - Raisa

BAB 5

MENGHELA napas lesu, Raja mengambil dua mangkuk mie ayam dari tangan Pak Safiudin, penjual mie ayam yang terkenal di kantin.

"Dua puluh ribu," ucap Pak Safiudin.

"Tangan saya penuh," dalih Raja.

"Mau ngutang lagi?" Pak Safiudin melotot.

Raja ikut melotot. "Ya Tuhan, yang kemarin kan udah dilunasin Bunda."

"Saya harus malu-maluin istri ketua yayasan lagi?" tanya Pak Safiudin, matanya semakin melotot. Raja ngeri kedua bola matanya meloncat keluar, "bayar!"

"Tangan saya pen-"

"Bayar!"

Raja cemberut. "Iya nanti abis makan."

"Sekarang! Saya nggak bisa dikadalin lagi!"

"Tolong Raja, Ya Tuhan," Raja terpaksa menaruh dua mangkuk mie ayam ke meja kembali. Ia mengambil selembar uang dua puluh dari sakunya, lalu memberinya pada Pak Safiudin.

Pak Safiudin tersenyum puas. "Begitu dong."

Raja tersenyum masam dan berlalu dari warung Pak Safiudin dengan dua mangkuk di tangannya. Resta dan Edo yang melihat kejadian tadi tergelak. Tawa mereka tidak berhenti, bahkan saat Raja sudah duduk di hadapan mereka. Barulah saat Raja melotot, mulut mereka menutup secara otomatis.

"Duit banyak aja masih suka ngutang," ledek Edo, cowok dengan mata sipit dan tampang jahil, "gimana kalo lo kere, Bos?"

"Free food is everything," kekeh Raja. Ia melirik dua mie ayam itu, lalu mendengus, "gue belum beli minumnya dan gue males ke ruang guru. Guru lo emang terlaknat, Do, Res."

"Ngajarnya nggak enak, soal ulangannya enak," bela Resta, "semua soal-soalnya bisa dicari di buku mandiri sama internet. Kurang enak apa, coba?"

Raja dan Edo saling tatap, lalu sama-sama mengangguk maklum.

"Resta," ucap mereka berbarengan dengan nada paham.

Resta melotot. "Anjir, gue jadi berasa sangat alim kalo lo berdua udah ngomong gitu."

Lantas Raja tergelak bersama Edo, sementara wajah Resta berubah masam. Sudah jelas di antara mereka bertiga, Resta yang paling alim dan penurut.

"Ngomong-ngomong, kita ikut komplotan rahasia lagi, nggak?" tanya Edo setelah tawanya dan Raja mereda.

"Pastinya," jawab Resta langsung, sementara Raja terdiam sesaat.

Edo mengangguk dengan wajah senang. "Pastinya," ulang Edo. Cowok itu menoleh pada Raja, "lo, Ja?"

"Gue mau ke ruang guru dulu, bentar," ucap Raja mendadak sambil membawa satu mangkuk mie ayam, wajahnya datar.

Resta menaikkan satu alisnya, sementara Edo menatap Raja dengan bingung.

"Minumannya jangan lupa," sahut Resta mengingatkan.

Raja yang telah melebur di kerumunan lantas menoleh dan mengacungkan jempolnya, lalu melanjutkan langkahnya.

Resta dan Edo saling tatap, sama-sama berucap pelan dengan nada maklum dan paham.

"Raja."

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang