Kau Adalah - Isyana Sarasvati ft. Rayi Putra
BAB 32
LADIT: Sore ini ada pesta BBQ di rumah gue, mau dateng nggak, Ja? Ajak Resta sama Edo juga, ya.
Pesan itu terpampang di layar ponsel Raja saat dia mengecek notif. Berlarian dengan notif dari Resta dan Edo yang mengatakan bahwa mereka ikut ke pesta itu. Tampaknya, mereka bertiga lebih akur dibanding bersama Raja. Entah karena ada rahasia yang tidak Raja tahu atau memang Resta dan Edo lebih cocok bersama Ladit.
Raja menggeliat dan menarik selimut yang menutupi tubuhnya di sofa ruang keluarga. Hari Sabtu adalah hari dimana Raja ingin bersantai layaknya pelajar setelah lima hari berkutat di sekolah. Tapi melihat pesan Ladit, juga paksaan dari Resta dan Edo untuk menyuruhnya datang, tampaknya Raja harus menyingkirkan zona nyamannya.
Yang berarti, Raja terpaksa mengingat sikap kasarnya di depan Ratu. Sikap kasar yang timbul karena salah tingkahnya di depan Ratu, Bunda, dan Ayah.
"Harusnya gue nggak ngomong gitu ke Ratu," gumam Raja seraya mengusap wajahnya yang kusut. "KENAPA GUE NGOMONG GITU KE RATU?!"
Mendengar teriakan Raja yang cukup membahana dan bumi gonjang-ganjing itu, Budhe Ratih datang dengan tergopoh-gopoh. Celemek yang hendak dipakainya baru menyangkut di satu bahu. Sisi kanan wajah Budhe Ratih terdapat bercak tepung terigu.
"Ada apa, Den Raja?" tanya Budhe Ratih cemas, "Den Raja mau dendeng sapi, perkedel, sama sup ayam, ya? Kali ini Bunda nggak kasih amanat untuk mengamankan kulkas, kok! Den Raja bisa makan sepuasnya. Den Raja enak banget, ya. Makan makanan sekulkas aja nggak gendut-gendut, Budhe mah liat foto cireng aja naik dua kilo ...." tambah Budhe Ratih yang berujung dengan curcol.
Raja menatap Budhe Ratih dengan bingung, seolah wanita paruh baya itu datang dari planet yang hendak menyelamatkan kegalauan Raja. Namun teringat bahwa Budhe Ratih seorang asisten rumah tangga, Raja menghela napas berat.
"Den Raja perlu apa?"
"Perlu sendiri, Budhe."
"Loh, terlalu lama sendiri nanti Den Raja malah nyanyi lagunya Kunti .... Kunti apa, ya?"
"Kunto Aji, Budhe."
"Nah, iya! Kunto Aji. Kabar-kabarnya dia nggak lagi sendiri, loh. Den Raja kapan kayak Kunto Aji-nya?"
"Budhe," hela napas Raja, "Jangan kebanyakan nonton infotaiment, deh."
"Lho, ketahuan, ya?" tanya Budhe Ratih dengan tampang cemas.
"Kalo Budhe nggak bisa berhenti ngoceh, nanti Aja kasih tau Bunda kalo siang-siang kerjaannya Budhe nonton TV," ancam Raja.
Budhe Ratih menunduk seraya mengangguk. Sungguh Raja akan terbahak melihat ekspresi Budhe Ratih yang lucu. Namun ucapan Budhe Ratih menyentil Raja sehingga cowok itu memasang ekspresi datarnya.
Raja meninggalkan Budhe Ratih dan masuk ke dalam kamarnya. Dia menjatuhkan badannya di tempat tidur, lalu berguling.
Terlalu lama sendiri? benak Raja mengulang ucapan Budhe Ratih, Gue udah biasa sendiri, kok. Ah, Budhe Ratih aja yang banyak omong. Gue nggak apa-apa sendiri. Lagian dari orok sampe sekarang, gue memang anak tunggal. Nggak perlu repot-repot perlu pendamping.
Raja tidak perlu repot-repot didampingi ... Ratu. Pikiran itu membuat Raja sontak duduk tegak dengan ekspresi syok. Kenapa sekarang Ratu selalu terlintas di pikiran Raja?
"Ah, ini gara-gara Budhe Ratih," simpul Raja seraya mengenyahkan seluruh pikirannya dari Ratu. Ia mengambil ponsel dari saku celananya lalu mengetikkan balasan untuk Ladit.
Raja: Oke, Bang. Sampai jumpa di pelaminan.
Raja hendak bercanda, namun ternyata balasan dari Ladit mengubah motivasinya.
Ladit: Pelaminan lo dan Ratu, Ja? UHUK. Ditunggu undangannya bernama Raja dan Ratu.
Motivasi awal: mengusir Ratu dari pikirannya—gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
R: Raja, Ratu & Rahasia
Teen FictionSudah Difilmkan, 12 Juli 2018 💝 #1 Fiksi Remaja - 3 Januari 2016, 7 Februari 2016 "Raja marah?" meski seratus persen yakin dengan jawaban cowok itu, Raja, cewek itu tetap bertanya. Tetapi Raja tidak pernah menunjukkan amarahnya di depan cewek itu...