BAB 19

435K 33.1K 3.5K
                                    


Kid in Love - Shawn Mendes

BAB 19

HAL bodoh pertama; menepuk pundak Raja di saat cowok itu sedang bersama teman-temannya.

Hal bodoh kedua; meminjam uang Raja.

Hal bodoh ketiga; gagu di depan Raja.

Ratu menghitung kebodohan demi kebodohan dengan jarinya, lalu meringis bertepatan saat Raja selesai membayar batagor. Ratu mendongak untuk melihat Raja. Cowok itu juga menatapnya balik, hanya sekilas karena cowok itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Entah gugup atau tak nyaman.

"Makasih ya," ucap Ratu dengan suara pelan.

Raja mengangguk, "Santai aja."

Tadi Ratu menyempatkan diri pergi ke kantin karena perutnya lapar meskipun jam istirahat sebentar lagi berakhir. Saat melihat Raja masih berada di kantin, mendadak Ratu grogi. Alasan Ratu menghindari kantin adalah Raja. Dan Ratu duga Raja sudah lama pergi meninggalkan kantin. Saking groginya, Ratu lupa mengecek keberadaan uang di saku seragamnya. Bila Raja tidak membuatnya seperti ini, 'insiden meminjam uang' tidak akan terjadi.

Setelah urusan bayar membayar selesai, Ratu berjalan beriringan dengan Raja. Keduanya menyadari tatapan penasaran dari teman-teman Raja yang ada di salah satu meja kantin. Raja tertawa gugup dan berusaha menyembunyikan Ratu dengan punggungnya.

"Ratu," ucap teman Raja yang berambut cepak saat mereka sampai di meja mereka. Dari bet namanya tulisan EDO terlihat jelas, "makan di sini aja sama kita-kita."

Tanpa Ratu sempat berkedip, Raja menggeplak kepala Edo dengan indahnya. Ratu meringis mendengar suara geplakan Raja. Pasti sakit.

"Nggak lucu," desis Raja kejam.

"Lah, siapa juga yang ngelawak?" protes Edo dengan tampang tersakiti. Dia menoleh pada Ratu. "jadi, mau nggak?"

Dari nada bicaranya, sudah pasti Edo memaksa. Ratu menarik napas panjang. Oke, ini mudah. Dirinya hanya akan duduk bersama keempat cowok—salah satunya Raja, tak lebih dari sepuluh menit. Ratu pun melengkungkan senyum dan mengangguk.

Wajah Raja berubah cemas, "Nggak apa-apa kalo nggak mau."

"Nggak bisa gitu dong, Ja," seorang cowok berkacamata dengan alis tebal berbicara, namanya Resta. "Ratu mau, kan makan di sini bareng kita?"

Jelas itu paksaan secara tidak langsung.

"Mau, kan ada Raja," jawab anak cowok berambut cokelat dengan pandangan mata jahil. Ladit.

Ratu mengangkat kedua bahu lalu mengambil tempat duduk di samping Resta. Raja duduk di hadapannya, di samping Ladit.

"Makan dulu ya, Kakak-Kakak. Lapar," ucap Ratu polos.

Resta, Edo, dan Ladit terbahak dan mengangguk. Sementara Raja tetap diam dan sorot matanya mengarah pada Ratu, cemas. Membuat Ratu sejenak bingung, sejak kapan Raja peduli padanya?

"Kenal Raja sejak kapan?" tanya Resta tiba-tiba.

Raja dengan cepat menggeplak kepala Resta. "Nggak lucu."

"Nggak lucu mulu," ceplos Ladit, "gue tau yang lucu menurut lo cuma Ratu, tapi nggak segininya."

Wajah Raja berubah warna menjadi merah padam, menyebar ke telinga dan leher. Sontak Ratu menunduk, pipinya panas. Ladit, Resta, dan Edo yang menyadari sikap salah tingkah keduanya pun tertawa geli.

"Eh, udah mau bel nih," ucap Edo. "gue balik ke kelas, ya. Ayo, Res."

"OH iya, gue belum ngerjain PR," timpal Ladit si anak baru yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang PR, "duluan ya, Ja."

"Gue juga, guru gue galak. Ayo, Do," ajak Resta, "gue nggak mau kehilangan kesempatan gue untuk masuk UGM lewat jalur undangan."

Ladit, Resta, dan Edo dengan serempak meninggalkan Raja dan Ratu.

Mendadak rasa batagor yang Ratu kunyah terasa hambar.

"Sorry, temen-temen gue suka nggak jelas," gumam Raja.

Ratu mengangguk pelan. "Santai aja."

Raja mendongak, menatap manik mata Ratu lalu tersenyum miring.

"Kenapa?" tanya Ratu heran.

"Tadi gue yang bilang 'santai aja' sekarang gantian lo," jawab Raja.

Ratu ingat. Dirinya ikut tersenyum. "Jodoh kali."

"Iya kali," timpal Raja.

"Gue kira lo sayang banget sama duit lo. Sebenernya tadi gue sangsi lo nggak minjemin," ungkap Ratu.

"Cowok juga punya skala prioritas," gumam Raja, tanpa sadar mengucapkannya keras-keras.

Mendengar itu Ratu menunduk, senyumnya sangat lebar.

"Gue ganti besok, ya," tambah Ratu.

"Supaya ada alasan buat ketemu lo lagi ... okelah," ceplos Raja.

Ratu tertawa, "Bisa banget."

Meski Ratu makan selambat mungkin, tetap saja batagor-yang-tidak-jadi-hambar-nya habis. Raja dan Ratu berdiri dari posisi duduk lalu berjalan beriringan menuju kelas. Begitu sampai di antara lorong kelas XI dan XII, mereka berpisah.

Raja berkata, "Dah."

Dan Ratu membalas, "Dah, Raja."

Itu saja sudah lebih dari cukup bagi keduanya.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang