Writing's on the Wall - Sam Smith
BAB 52
SUASANA rumah Daniel dua kali lebih ramai dibanding Karenina. Mungkin karena pertemuan pertama dilaksanakan malam, maka anggota tidak ingin mengganggu warga sekitar. Berbanding terbalik dengan halaman Daniel yang terbuka dan berada di pinggir jalan, sehingga orang lain bisa menonton permainan.
Tapi bukan itu yang penting sekarang, setidaknya bagi Ratu.
Mata Ratu memicing. Bola kasti berwarna hijau itu tengah melambung ke arahnya, siap untuk Ratu pukul dengan tongkat cokelat di genggaman erat tangannya.
"Ayo, Rat!" seru Leoni dari belakang garis putih, tempat para pelari lolos dari kejaran lawan.
Bola itu mendekat ... dan ....
TAK! Suara bola dan tongkat kasti yang beradu terdengar nyaring.
Gegap gempita terdengar di segala penjuru ruangan. Ratu pusing sesaat, namun ia tetap menggerakkan kakinya menuju tiang-tiang jaga. Setiap tiang yang berhasil ditempuhnya, sorak sorai semakin ramai. Ratu tidak peduli bola itu ada di tangan siapa, dia juga tidak peduli bila tim lawan mengejarnya dalam upaya menimpuk bola. Yang sekarang ratu pikirkan adalah; dia harus sampai ke garis putih.
Tepat setelah Ratu sampai di garis itu, bahu kanannya tertimpuk bola.
"Satu poin untuk tim B!" teriak wasit yang menyaksikan semuanya.
Bila kekuatan suara tadi kurang keras, Ratu tidak tahu lagi apa yang bisa mendeskripsikan suasana ini. Pasalnya, dengan lolosnya Ratu dalam permainan kasti ini, tim dirinya, B, menang.
"Thanks, Rat! Lo jago banget," seru Gadis.
"Gila lo, Rat, ternyata bisa juga main kasti," sahut Leon.
Ratu mengacungkan tangannya ke atas dengan cengiran lebar. "Untuk tim B!"
Seruannya itu mendapat sambutan yang tak kalah meriah. Seluruh timnya bersorak dan memberi selamat. Penonton berbondong-bondong mengerumuni lapangan untuk memberi para tim satu atau dua tos.
Karenina, ketua Komplotan Rahasia, berseru, "RATU, RATU, RATU!"
Ratu tersenyum lebar. Melihat keseluruhan lanskap anggota Komplotan Rahasia, Ratu merasa penuh. Kekosongan di hatinya akan kehilangan orangtua, kini diganti oleh mereka. Bukan Ratu tidak merasa orangtuanya berharga, hanya saja kehilangan itu sulit untuk disembuhkan.
Mereka berhasil menyembuhkan Ratu. Dugaannya selama ini benar. Kebersamaan ini, membagi rasa bahagia, dan berharap hari esok menjadi lebih baik. Itu hal yang selama ini ia inginkan.
"Udah dua kali tim yang lo ketuai menang," sahut Karenina pada Ratu. Senyum gadis itu sangat lebar, "Congrats, Rat."
Ratu mengangguk, "Makasih, Nin."
Di tengah-tengah kebahagiaan itu, Ratu tanpa sengaja melihat Raja. Cowok itu berada di pinggir lapangan, tampak enggan untuk ikut pada kebersamaan ini. Mata mereka bertemu dan rasanya, jantung Ratu berhenti berdetak melihat kilat kecewa dalam pandangan Raja.
Senyum Ratu pudar. Kakinya berhenti melompat-lompat senang. Dia terperanjat.
"Rat, ayo makan-makan di dalem," sahut Leoni sambil menepuk pundak Ratu.
Ratu melihat Leoni dan sekitar. Ternyata, seluruh anggota Komplotan Rahasia sedang berjalan santai ke dalam rumah Daniel.
"Lo duluan aja," balas Ratu sambil memaksakan senyum, "Gue mau ngambil minum dulu."
"Gue temenin," paksa Leoni.
"Udah, nggak apa-apa. Lo sama Gadis, gih," Ratu mendorong Leoni agar berjalan bersama anggota lain.
Meski enggan, Leoni akhirnya pergi. Ratu melihat gadis itu hingga punggungnya menghilang di balik pintu rumah Daniel. Lalu dia beralih pada Raja yang masih berdiri diam di sebrang sana.
Kini hanya ada mereka berdua.
Dengan terburu-buru, Ratu menghampiri Raja. Tak ada warna dalam raut wajah cowok itu.
Dentuman musik dari dalam rumah, suara percakapan, dan tawa bagaikan teredam baginya saat Ratu melihat manik mata Raja.
Cemas?
Mungkin, kadar kecemasan Raja memang tinggi.
Marah?
Mungkin, sebenarnya Ratu tidak pernah melihat Raja marah.
Takut?
Sudah pasti. Semuanya terlihat jelas di mata Raja.
"Raja marah?" meski seratus persen yakin dengan jawaban Raja, Ratu tetap bertanya.
Tetapi Raja tidak pernah menunjukkan amarahnya di depan Raja. Raja hanya mengulurkan tangannya dan berkata, "Ayo pulang, Ratu."
Ratu menyambut uluran tangan Raja.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka bisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
R: Raja, Ratu & Rahasia
Teen FictionSudah Difilmkan, 12 Juli 2018 💝 #1 Fiksi Remaja - 3 Januari 2016, 7 Februari 2016 "Raja marah?" meski seratus persen yakin dengan jawaban cowok itu, Raja, cewek itu tetap bertanya. Tetapi Raja tidak pernah menunjukkan amarahnya di depan cewek itu...