BAB 46

325K 23K 3.9K
                                    

Come Together - Echosmith


BAB 46

RATU mencoret tanggal lima pada bulan Agustus di kalender yang terpasang di sisi kiri dinding dapur. Dengan wajah berseri, dia kembali ke meja makan. Di sana sudah tersaji dua piring roti bakar dan susu cokelat. Hari ini, Ratu yang memasak sarapan berhubung suasana hatinya selalu baik akhir-akhir ini.

Begitu Ratu duduk untuk memulai makan, suara berdebum pelan terdengar dari arah tangga, disusul oleh suara ringisan Reon.

"Abang jatoh lagi?" tanya Ratu sambil terkekeh kecil.

Tak lama, Reon muncul dengan tangan mengusap-usap bokongnya. Dia memamerkan kulit pisang yang Ratu sengaja taruh di anak tangga. Sudah berkali-kali jatuh, tetap saja Reon terkena jebakan supernya Ratu.

"Lama-lama, Abang bisa mati kalo jatuh terus kayak gini," gerutu Reon sambil membuang kulit pisang itu.

"Eh, Bang Reon, kalo ngomong suka bener," balasan dari Ratu membuat mata Reon melotot.

"Lo iseng banget sih, jadi orang," Reon duduk di depan Ratu dan memakan roti bakarnya dengan ganas. Begitu menyadari sesuatu, Reon tersenyum berseri-seri. "Ya ampun, bakat darimana, Rat? Roti bakarnya enak bener."

"Dibuat dengan cinta dan kasih sayang, Bang."

"Aduh, jadi nggak nafsu makan."

Mereka berdua tertawa, mengisi kekosongan meja makan. Hanya saat sarapan, rumah ini terasa hidup. Hanya saat mereka bersama, Ratu tidak lagi merasa kosong. Reon adalah kakak Ratu satu-satunya, pun satu-satunya keluarga kecil yang Ratu miliki.

Setelah cukup lama mengobrol dan menghabiskan sarapan, Reon tiba-tiba berdiri. "Susu cokelat gue habis. Gimana sih, Rat? Kan udah gue bilang dua gelas susunya."

"Dasar maruk," ledek Ratu melihat Reon berbalik ke dapur untuk mengambil kotak susu.

Dari sana, Reon membalas dengan berteriak, "Yang bayar siapa, ya?"

Yah, semua kebutuhan finansial memang Reon yang membayarnya. Tapi yang mengurusnya 'kan, Ratu! Aduh, lama-kelamaan Ratu jadi pusing dengan semua urusan ini.

Saat Ratu menggigit suapan terakhirnya, ponsel gadis itu berdenting halus. Ratu melirik ponselnya yang tergeletak di meja, layarnya menampilkan pesan tanpa nama.

Sabtu siang, rumah Daniel, dress code: Sporty look.

—pertemuan kedua Komplotan Rahasia

"Dari siapa, tuh? Kok senyum-senyum?" tanya Reon tiba-tiba, membuat Ratu terkejut dan menaruh ponselnya dengan cepat di saku.

"Bukan siapa-siapa. Udah ambil susunya?" Ratu bertanya balik sambil memotong roti bakarnya dengan pisau. Dia memang tak mampu berbohong sambil menatap Reon.

"Hm, dari Komplotan Rahasia, ya?"

Ratu pasti salah dengar.

Mendongak, Ratu kembali bertanya. Kali ini dengan nada was-was dan wajah bingung. Kenapa Reon bisa menebak seperti itu, dengan gaya kasual pula? "Apa, Bang?"

Reon hanya mengedikkan bahunya. "Dari Agung, ya?"

Yah, Ratu memang salah dengar. Setidaknya, itu menurut pandangannya.

"Bukan," gumam Ratu pelan, teringat tentang sikap Agung yang aneh tempo hari. Cowok itu juga jadi jarang mengumpul bersama teman-temannya.

"Tuh, kan," tukas Reon melihat wajah nelangsa Ratu. "Lo pasti dijauhin Agung gara-gara makin deket sama Raja?"

"Loh, kok Abang tau?"

Reon, pemuda berumur 25 itu membusungkan dadanya. "Expert soal cinta. Gue yakin Agung merasa kalah dan akhirnya berusaha untuk lupain lo."

"Maksud Abang apaan, sih? Emangnya Agung suka sama gue?"

"Lah, jadi selama ini lo nggak nyadar?"

"Apa sih, Bang!"

Menepuk jidatnya, Reon geleng-geleng kepala. "Kenapa Adek gue bego banget, Ya Tuhan ...."

"Jadi, Agung suka sama gue, gitu maksud lo? Aduh, mimpi darimana sih, Bang?" Ratu terkekeh geli dengan pikiran itu. Mana mungkin Agung suka dengan dirinya! Bukannya selama ini, Agung tampak dekat dengan Leoni? "Dari dulu Agung tuh cuman sahabat, Bang. Lagian, dia sama Leoni."

"Ya, ya, ya. Dulu semua orang bilang kalo lo dan Leon cocok, Agung dan Leoni juga. Padahal kenyataannya, Leon sama lo lebih baik sahabatan. Agung suka sama lo, Leoni suka sama Agung. Lo? Suka sama yang itu," oceh Reon sambil mengutip kata itu dengan kedua jarinya.

Dan tak ada yang bisa Ratu lakukan lagi selain mendesis, "Ish, ngawur."

Meski sebenarnya, ada nada resah terselip di suaranya.

Bagaimana bila Agung memang menyukainya? Bagaimana dengan Leoni?

Bagaimana dengan ... Raja?

Rasa roti bakar yang Ratu makan jadi sedikit hambar.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang