BAB 37

341K 26.6K 4K
                                    

Rest Your Love - The Vamps


BAB 37

"NICE shoot!" seruan dari teman Om Seth—Om Alvaro, membuat senyum lebar terukir di wajah Raja. Layaknya anak kecil, Om Alvaro meminta tos dari Raja dan menari hula-hula bersama teman satu timnya, yaitu Om Juna. Raja ingin ikut menari tapi dia sendiri masih gengsi karena Ratu tengah menonton di pinggir lapangan.

Seperti yang dijanjikan oleh Om Seth, Raja bermain tiga lawan tiga. Di timnya ada Om Alvaro dan Om Juna. Sementara tim lawan adalah Om Seth, Om Mika, dan Om Matt. Raja merasa aneh bermain basket dengan Om-Om, tapi perawakan dan tingkah mereka tidak mencerminkan umur.

There's is no too old to act young, mungkin perkataan itu benar bila Raja melihat potret mereka berenam.

Oh, Raja sampai lupa. Ada satu lagi teman Om Seth, yaitu Om Julian yang bertindak sebagai wasit mengingat dari dulu dia benci olahrga, begitu katanya saat Raja tanya.

"Ah, curang! Gue dari dulu jagonya futsal," gerutu Om Matt. Omong-omong timnya kalah di babak pertama ini.

"Gue nggak jago apa-apa. Tapi karena Julian nggak main, ya udah gue ikutan. Tau sendiri gue nggak mau tampak menyedihkan kayak dia," gumam Om Mika sambil terkekeh kecil.

Om Julian menatap Om Mika dengan sadis. Bila tatapan bisa membunuh, mungkin Om Mika sekarang sudah terkapar di tengah lapangan.

"Ya ampun, masih aja kayak anak kecil," gerutu Om Juna dengan melempar kacang polong.

Mereka berenam terkekeh geli, sementara Raja hanya tersenyum. Senangnya bila punya pertemanan yang langgeng seperti mereka.

Selesai bermain, Raja berlari kecil menuju Ratu. Cewek itu dengan pengertian langsung menyodorkan sebotol minuman isotonik. Raja menerimanya sambil tersenyum.

"Thanks," gumam Raja sambil duduk di samping Ratu.

Ratu hanya mengangguk singkat, pandangan matanya tertuju pada teman-teman ayah Ladit di lapangan. Raja mengikuti arah pandang Ratu, lalu menebak dengan cepat.

"Pasti lo mikir apa lo sama temen-temen lo bisa ngumpul bareng kayak mereka setelah lulus SMA? Apa pertemanan kalian bisa selanggeng itu?"

Mendengar tebakan itu, Ratu terkekeh kecil dan menyenggol bahu Raja. Hanya sentuhan kecil, tapi Raja harus membuang mukanya supaya Ratu tak melihat betapa merah pipi Raja.

"Sejak kapan lo tau pikiran gue, Ja?" tanya Ratu. Dia menghela napas berat seraya menatap langit sore berwarna jingga. "Tau nggak? Kadang gue berpikir kalo pertemanan gue sama mereka nggak berlangsung lama."

"Kenapa?" tanya Raja, meski sebenarnya Raja juga tak yakin antara pertemanan dirinya, Resta, dan Edo.

"Karena masih ada hari dimana gue merasa kosong. Gue nggak tau apa rasa kosong itu dirasain semua orang. Atau orang-orang yang kesepian tapi terlihat nggak kesepian kayak gue," kini Ratu menoleh ke arah Raja, "Tapi akhirnya gue ngerti hidup ini adil, karena semua orang bilang; hidup ini nggak adil."

Sesaat mereka hanya bertatapan, suara obrolan serta desau angin seolah teredam. Raja perlahan mengambil tangan Ratu, lalu meremasnya lembut. Begitu Raja mendongak, air mata menggenang di pelupuk mata gadis itu.

"Gue kangen Mama sama Papa," bisik Ratu nyaris tak terdengar, "Gue merasa kosong saat itu terjadi. Tapi gue nggak bisa ungkapin itu ke temen-temen gue. Gue ... gue ...."

"Ssh," Raja menarik Ratu ke pelukannya, memberi rasa nyaman yang pertama kali Ratu rasakan selain dengan Reon. "Diem, ya. Jangan ngomong lagi."

"Kenapa nggak boleh ngomong lagi?"

Raja menghembuskan napas berat, "Nanti gue makin sakit dengernya, Rat."

Ratu tahu bahwa ucapan Raja lebih daripada ungkapan menenangkan yang terbaik sekalipun. Karena pada saat itu, Ratu lantas menangis. Ia mengeluarkan seluruh bebannya selama dua bulan.

Ratu tidak menangis saat orangtuanya meninggal, tapi ia menangis di depan Raja.

Dan Raja tidak masalah akan hal itu, dia mengusap-usap punggung Ratu perlahan.

Di lain sisi, keenam pria paruh baya yang akhirnya menyadari situasi kini berbondong-bondong pergi diam-diam. Sebelumnya, Om Seth mengatakan pada anaknya untuk merekam Raja dan Ratu di lapangan sekarang juga.

Momen tidak terlupakan itu memang benar-benar terjadi saat matahari tenggelam di peraduan, desau angin melembut, dan suara jangkrik merintih pelan.


R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang