LEON paling tidak suka dengan lingkungan baru. Karena lingkungan baru, selalu bersangkutan dengan teman baru. Teman baru, berarti harus berkenalan, ngobrol-ngobrol, dan sok-sok jaim seperti pdkt dengan cewek gebetannya.
Leon tipe orang yang malu-malu kalau berkenalan, tapi malu-maluin kalau sudah kenal dekat.
Dan Leoni, bertingkah seperti kembar menyebalkan, tidak banyak mendukung kegelisahannya.
"Ya, lo usaha, lah," cecar Leoni sambil menggulung rambutnya dengan rolan. "Gimana bisa dapet pacar, kenalan aja udah kabur duluan."
Leon menggerutu. Leoni menyinggung salah satu keinginannya jadi anak SMA–punya pacar. Ini semua karena Papa dan Mama adalah pasangan sejak SMA. Cerita mereka yang menakjubkan membuat Leon terinspirasi memiliki pacar saat SMA juga. Tentu saja Leon menutup habis-habisan keinginannya ini, tapi Leoni selalu tahu apa saja, bahkan jalan pikiran Leon.
"Ya udah, iya, iya, gue usaha," ucap Leon sebelum berderap ngambek ke kamarnya yang membuat Leoni cuma bisa memutar bola mata.
Esoknya, Leon sudah menyiapkan kata-kata sapaan, mencoba tersenyum, dan memperhatikan sekitar. Tapi tampaknya, semua orang sibuk pada urusannya masing-masing, berhubung MOS pada saat itu lumayan sadis dengan tugas dan teriakan kakak kelas. Tidak ada waktu untuk berteman, adanya waktu untuk berpartisipasi bersama kelompok untuk memenangkan apa pun itu yang sudah disiapkan menjadi salah satu rangkaian acara MOS.
Bicara dengan satu orang saja, Leon tidak bisa. Apalagi koar-koar seperti gorila ngamuk di lautan manusia. Yang ada suaranya malah seperti kelinci imut–tunggu, kelinci memang bersuara? Kelinci bukannya hanya makan rumput, loncat-loncat, dan kalau sedang terjepit, bunyinya, 'Ngiiik!'? Tunggu, lagi-lagi Leon mulai berpikir aneh karena panik.
"Bosen banget, ya," ucap perempuan yang sedari tadi berada di sebelahnya, sedang berpangku tangan dan bibir cemberut.
Mereka memang sedang disuruh duduk berurutan sesuai kelompok. Leon duduk di sebelah perempuan itu, perempuan yang rambutnya dikucir dua dengan pita kuning sebagai salah satu aturan berpakaian MOS.
Leon mengangguk, "Pengen pulang."
Perempuan itu menghela napas. "Sama."
"Pengen makan nasi goreng gak pake kecap."
"Sama, woi. Gue gak suka nasi goreng pake kecap."
"Pengen baca novel Harry Potter. Maraton."
Kali ini, perempuan itu menatap lekat-lekat ke arah Leon, berbisik. "Ini ya, rasanya kembar ketemu gede?"
Leon mengerjap. Tunggu. Baru saja dia memulai percakapan dengan perempuan manis, cantik, berambut bergelombang, dengan senyum menawan ini? Sungguh? Matanya masih normal, kan?
"Hah?" Leon mulai bersikap bodoh.
Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Gue Ratu. Lo?"
"Leon," jawab Leon canggung.
"Udah, gak usah canggung-canggung, entar kalo udah deket juga mulai keliatan aslinya," Ratu tertawa, tawa yang terlihat anggun tanpa dipaksakan. "Daripada harus jaim, kenapa gak jadi diri lo apa adanya?"
Leon tersenyum kecil. "Lo lucu. Sebenarnya..., gue mau pacaran pas SMA. Gue denger ortu gue dulunya pasangan sejak SMA. Ceritanya manis banget, gak realistis. Tapi, gue masih aja berharap bisa kayak mereka."
Ratu mengangguk, memahami. "Orangtua gue juga. Bikin ngiri. Dulu, pdkt-nya tuh, pake surat-suratan. Sekarang mah, chat aja udah bisa pacaran. Huh."
Leon tidak mau mengaku kalau SD dia menembak perempuan dengan SMS.
"Kalo lo?" tanya Leon, "Udah nemu orangnya?"
Ratu melihat Leon lagi, lalu menggeleng. "Susah."
Leon menghela napas. Tidak tahu kenapa, kok ada perasaan lega?
"Iya, susah, sih," ucap Leon seraya melihat ke lapangan. Memikirkan percakapan ini.
Ada jeda beberapa detik sebelum Ratu bertanya. "Lo mau pacaran sama gue?"
Leon tersedak. Menjadi perhatian sesaat, sebelum tidak dipedulikan lagi. Leon menoleh pada Ratu, kaget. Sementara Ratu sekarang tertawa geli melihat ekspresi Leon.
"Lo orangnya ekspresif ya, kocak," ucap Ratu. "Tadi gue gak serius, eh, serius sih, tapi gak."
"Boleh?" tanya Leon polos.
Ratu yang kini terdiam dan tawanya surut. "Boleh apanya?"
"Jadi pacar lo?" tanya Leon lagi.
Ratu sesaat termenung, lalu ia tersenyum lebar. "Hmm, liat aja nanti."
"Liat aja nanti, gimana?" ucap Leon yang keburu malu karena merasa ditolak.
Ratu nyengir, ada sinar jahil dimatanya.
"Ya, liat aja, nanti."
Meski pernyataan Ratu menggantung, Leon menyadari bahwa kini, ia tidak sendiri.
Ia memiliki teman baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
R: Raja, Ratu & Rahasia
Teen FictionSudah Difilmkan, 12 Juli 2018 💝 #1 Fiksi Remaja - 3 Januari 2016, 7 Februari 2016 "Raja marah?" meski seratus persen yakin dengan jawaban cowok itu, Raja, cewek itu tetap bertanya. Tetapi Raja tidak pernah menunjukkan amarahnya di depan cewek itu...