BAB 27

356K 25.6K 744
                                    

Me & The Rhytm - Selena Gomez

BAB 27

Rasanya, Ratu bisa menjadi Margo Roth Spiegelman pada saat-saat tertentu. Contohnya saat ini, dia memakai kaus abu-abu dengan celana legging hitam. Berjalan seringan bulu menuju jendela kamar tamu, melirik pintu dan berdoa Raja masih menonton film, lalu membuka jendela dan kabur.

Di bawahnya, Agung bak Quentin sudah menunggu. Hari ini sahabatnya itu memakai atasan kaus abu-abu dilapisi jaket kulit berwarna hitam dengan bawahan celana jins. Matanya berkilat melihat Ratu ternyata memakai kaus abu-abu yang sama.

"Rat--"

"Psst!"

Baru saja Agung memanggilnya, Ratu langsung menyuruh cowok itu diam.

Agung nyengir. Akhirnya cowok itu menyadari keberadaan Raja di dalam rumah. Bisa mati Ratu bila Raja mendengar suara Agung.

"Ratu," bisik Agung, "Ayo, lompat."

Sebenarnya, itu yang ingin segera Ratu lakukan. Namun ketinggian jendela dari halaman belakang rumah Raja cukup membuat nyalinya ciut.

Mungkin nggak sakit, batinnya seraya membayangkan kedua kakinya bertumbukan dengan rumput lembut.

Tapi, batin Ratu lagi, gue bukan Margo yang bisa lompat kayak kucing. Gue Ratu Amara Erinska yang sejak dulu phobia ketinggian.

Nyatanya semua orang memiliki kelemahan masing-masing.

Agung seolah menyadari situasi. Cowok itu melihat ke sekeliling, melihat kursi taman tak jauh dari tempatnya berdiri, lantas Agung mengambilnya. Ratu menatap Agung yang naik kursi tersebut di hadapannya.

Lalu Agung mendongak seraya mengangkat kedua tangannya, bersiap menangkap Ratu.

"Lompat sekarang. Tenang aja, nggak bakal jatoh," ucap Agung santai.

"Kalo gue jatoh?" tanya Ratu dengan desisan. Ide kabur dari Raja dari awal memang terdengar bodoh.

"Ada gue, Rat," perkataan Agung tadi terdengar berbeda, sarat akan makna yang selama ini tidak pernah Ratu sadari.

Ratu bimbang untuk sesaat, lalu memutuskan bahwa dia bisa menjadi Margo dalam dua detik.

Maka Ratu melompat dengan gerakan halus. Segera, Agung menangkap tubuh Ratu dan menjaganya sehingga seimbang. Ujung sepatu Ratu berada di atas sepatu kets Agung, dan Ratu akhirnya menyadari betapa jarak telah terbunuh di antara mereka.

"Hati-hati," desis Agung saat Ratu mencoba melepaskan diri.

Ratu pusing. Pusing karena dia baru saja melompat. Juga karena wangi tubuh Agung.

"Rat," panggil Agung ketika Ratu mengalihkan pandangan dari wajahnya. Saat Ratu menoleh padanya, lidah Agung kelu.

Beribu keinginan Agung untuk menyatakan perasaannya, namun berjuta keinginan Agung untuk tetap bersama Ratu-nya.

"Berat badan lo ... nambah?" tanya.Agung jahil.

Mata Ratu melebar, "Kurang ajar, ya!"

Agung tertawa kecil sementara Ratu dengan kesal melepas pelukannya dari Agung dan berjalan menuju mobil yang terparkir di sisi belakang rumah Raja. Leoni dan Leon sudah menunggu di sana. Wajah mereka menyiratkan bingung saat Ratu datang dengan wajah merah padam.

"Kenapa lo?" tanya Leon heran.

"Si Agung tuh, ya!" ucap Ratu menggebu-gebu, "Masa, dia bilang kalo gue gendutan!"

Agung menyusul di bangku pengemudi. Di antara mereka berempat, hanya Agung yang sudah memiliki SIM. Cowok itu melontarkan kekehan kecilnya pada Ratu. Leoni dan Leon yang menganggap Ratu membesar-besarkan kini melempar cewek itu dengan kacang polong.

Mobil melesat maju membelah jalan malam. Sementara Ratu memperhatikan lampu jalan yang cantik, sesekali Agung memperhatikannya. Beranggapan bahwa Ratu lebih cantik dibanding lampu jalanan yang berpendar itu.

Andai Agung bisa mengatakan itu secara gamblang.

"Pertemuan pertama komplotan rahasia," ucap Leoni tiba-tiba di bangku belakang. Ternyata cewek itu merekam lewat ponselnya. "Pasti bakal seru banget! Ya 'kan, Guys?"

Sontak Ratu, Agung, Leon, dan Leoni bersorak senang.

Ratu tidak sabar berada di pertemuan pertama. Tidak sabar untuk melepas seluruh bebannya. Beban yang muncul sejak kedua orangtuanya meninggal.

Ratu ingin merasakan, rasa yang Reon dulu alami.

Dan malam ini saat yang tepat.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang